Bisnis.com, JAKARTA -- Kicauan Achmad Zaky, Founder Bukalapak, membuat kontroversi sepanjang pekan lalu. Di luar kontroversinya, bagaimana Zaky mengembangkan Bukalapak dari nol sampai sekarang?
Perjalanan alumni Institut Teknologi Bandung ini dimulai ketika ia bersama temannya, Nugroho Herucahyono, melahirkan Bukalapak.com pada tahun 2010.
Kala itu Zaky mengaku hampir semua investor menolak memasukkan modal mereka ke Bukalapak. Alasannya, bisnis digital masih belum jelas masa depannya.
Setahun berlalu, akhirnya Bukalapak mendapatkan pendanaan dari Batavia Incubator, perusahaan modal ventura gabungan dari Rebright Partners.
Pada 2012, Bukalapak mendapatkan investasi seri A dari dari GREE Venture. Pendanaan selanjutnya, Bukalapak juga mendapatkan dari 500 Startups.
Baca Juga
Tak sampai disitu, pada Februari 2015, Bukalapak menerima pendanaan seri B lewat KMK Online. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK Group) sebagai Lead Investor dalam pendanaan tersebut.
Kucuran dana Bukalapak terus mengalir, kali ini datang dari anak perusahaan Alibaba yaitu, Ant Financial senilai US$1,1 miliar pada Agustus 2017.
Diulang tahun yang ke 8, Achmad Zaky memberi kejutan. Zaky mengklaim bahwa perusahaan yang didirikannya itu telah berstatus Unicorn.
Hal ini membuat Bukalapak menjadi perusahaan Startup Indonesia ke-empat yang mendapatkan gelar tersebut, yang sebelumnya telah diperoleh Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.
Pada Oktober 2018, Bukalapak memperkuat eksistensinya dengan mengakuisisi e-commerce asal Bandung, Prelo. Dua bulan kemudian perusaaan ini mengoperasikan kantor riset dan pengembangan atau biasa dikenal dengan R&D di kota kembang, Bandung.
Lalu, pada awal tahun ini, Bukalapak kembali mendapat pendanaan. Investor Korea Selatan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund menyuntikkan dana segar senilai US$50 juta.
Dari laporan keuangan, EMTEK mencatat pendapatan dari salah satu entitasnya Bukalapak senilai Rp248,74 miliar. Nilai itu tumbuh 407,64% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.