Bisnis.com, JAKARTA – Biaya pakan menjadi persoalan utama yang sering dihadapi oleh para pembudidaya ikan dan udang. Apalagi jika dilakukan secara manual yang seringkali tidak efektif karena banyak yang terbuang dan tidak termakan ikan, akibatnya bisa memakan 60 persen sampai 70 persen dari biaya produksi.
Berangkat dari persoalan tersebut kemudian mendorong Gibran Huzaifah mengembangkan eFishery yang menjadi solusi bagi pembudidaya ikan dan udang melalui alat pemberi pakan ikan dan udang otomatis atau auto feeder melalui teknologi Internet of Things (IoT) yang dapat dioperasikan melalui smartphone.
Pengaplikasian alat ini di kolam budidaya terbukti mampu mengefisienkan penggunaan jumlah pakan dan mempercepat siklus panen sehingga pendapatan pembudidaya pun meningkat, seperti yang dialami oleh Suhardi, pembudidaya ikan patin di Kalimantan.
“Saya dapat menghemat pakan hingga 10 persen setiap siklusnya dan panen pun menjadi lebih cepat 74 hari setelah menggunakan feeder ini. Penghasilan saya pun ikut naik hingga 45 persen,” ujarnya, Rabu (14/10/2020).
Kini produk eFishery telah mendukung puluhan ribu kolam ikan di lebih dari 180 kota, yang berpusat di 24 provinsi di seluruh Indonesia. Lebih dari 5.000 unit eFisheryFeeder telah tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 1.500 pembudidaya ikan dan udang telah merasakan manfaat dari teknologi ini.
Bertransformasi Sebagai Aquaculture Intelligence
Baca Juga
Di usianya yang kini sudah mencapai 7 tahun sejak pertama kali didirikan pada 2013, eFishery telah bertransformasi menjadi perusahaan aquaculture intelligence pertama di Indonesia dan merupakan salah satu yang terbesar di Asia.
Selain eFisheryFeeder, eFishery juga mengeluarkan layanan lainnya yang dapat mendukung usaha pembudidaya ikan dan udang di Indonesia sehingga dapat menjadi lebih berkembang.
Gibran Huzaifah, CEO dan Co-founder eFishery mengatakan bahwa pihaknya selalu mencari cara untuk dapat lebih mendukung para pembudidaya. “Setelah melalui diskusi di lapangan, ternyata banyak pembudidaya yang mengungkapkan bahwa mereka kesulitan dalam mendapatkan akses pendanaan dari institusi finansial karena budidaya ikan termasuk sektor usaha yang high risk,” ujarnya.
Selain itu, sambungnya, banyak juga yang mengeluh kesulitan untuk menjual hasil panen sehingga mereka terpaksa menjual ke tengkulak dengan harga yang sangat rendah. “Jadi tahun lalu kami mulai mengembangkan produk bernama eFisheryFeed, eFisheryFund, dan eFisheryFresh.”
eFishery melalui eFisheryFeed bekerjasama dengan berbagai merek pakan ikan dan udang untuk memastikan distribusi pakan yang lebih mudah. Pembudidaya dapat menyesuaikan jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan karena merek pakan yang tersedia lebih variatif. Selain itu, pembudidaya juga dapat memperoleh pakan dengan harga yang kompetitif. Saat ini, ratusan pembudidaya membeli pakan melalui eFisheryFeed secara reguler.
eFisheryFund pun hadir dari keresahan para pembudidaya akan sulitnya mengakses layanan pembiayaan/finansial dari berbagai lembaga keuangan yang ada. Pada umumnya, lembaga keuangan enggan memberikan pinjaman untuk pekerja di sektor non-formal seperti pembudidaya ikan. eFisheryFund menghubungkan pembudidaya ikan secara langsung dengan lembaga keuangan untuk meningkatkan akses mereka terhadap pendanaan.
Komponen utama eFisheryFund adalah eFisheryKabayan (Kasih, Bayar Nanti) yang mengusung sistem yang serupa dengan sistem paylater.
eFisheryKabayan merupakan sebuah fasilitas yang menyediakan pembiayaan bagi pembudidaya ikan yang dapat digunakan untuk mendapatkan produk-produk eFishery, termasuk eFisheryFeeder dan eFisheryFeed.
Sekitar 80 persen dari biaya produksi dihabiskan untuk pembelian pakan sehingga dengan skema ini pembudidaya diharapkan dapat terbantu dalam pengelolaan biaya pakan. Pengaplikasian alat ini di kolam budidaya terbukti mampu mengefisienkan penggunaan jumlah pakan dan mempercepat siklus panen sehingga pendapatan pembudidaya pun meningkat
Hingga saat ini, lebih dari 500 pembudidaya telah didukung oleh eFisheryFund. Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, loan approval eFisheryFund mencapai hingga 50 Milyar rupiah demi mendukung usaha para pembudidaya, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
“Kalau tidak ada Kabayan, budidaya saya tutup saat pandemi kemarin karena kehabisan modal,” ujar Baban, pembudidaya ikan mas di Pamijahan, Bogor.
Untuk mendukung layanan di hilir, eFishery menghadirkan eFisheryFresh sebagai platform online untuk menghubungkan pembudidaya ikan dan udang dengan pelanggan mereka (baik konsumen akhir hingga pedagang). Layanan ini memungkinkan kedua pihak, baik pembeli maupun pembudidaya, mendapatkan harga yang baik dan transparan.
Mastria, pembudidaya ikan lele di Cirebon mengatakan selama beberapa dekade, dirinya terus berjuang mengurus kolam sendiri. Beruntung akhirnya dia menemukan eFishery yang membuat pekerjaannya menjadi lebih ringan dan efisien.
“Pemberian pakan juga meningkat hingga 20 persen, saya juga tidak lagi bingung menjual ikan kemana, karena eFishery juga mengakomodasi pendistribusian ikan. Dengan begitu, saya bisa tetap tenang dan penghasilan saya tetap stabil,”ujarnya.
Akuakultur dinilai sebagai sektor yang paling efisien dan berkelanjutan dibandingkan dengan produsen protein hewani lainnya, seperti daging sapi dan unggas. Selain itu, Indonesia sendiri sebagai produsen produk akuakultur terbesar kedua di dunia setelah China, dinilai memiliki potensi hingga US$1,2 triliun di sektor perikanan tangkap dan budidaya. Kehadiran startup perikanan seperti eFishery diharapkan mampu mengoptimalkan dan meningkatkan potensi yang ada saat ini.