Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Kematian Cetak Rekor Tertinggi, Miliarder India Desak Lockdown

Perwakilan Konfederasi Industri India, yang juga miliarder Uday Kotak menyerukan peningkatan lockdown di India dan mendesak langkah-langkah penguatan nasional, termasuk membatasi aktivitas ekonomi, untuk mengurangi penyebaran infeksi yang saat ini makin sulit diatasi.
Miliarder India Uday Kotak/istimewa
Miliarder India Uday Kotak/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun upaya bantuan internasional terus berdatangan, gelombang kedua infeksi Covid-19 di India terus meningkat hingga angka kematian harian mencapai rekor tertinggi baru dan memicu protes dari pengusaha dan pejabat publik untuk intervensi pemerintah untuk membantu meringankan tingkat infeksi.

Menurut Forbes, perwakilan Konfederasi Industri India, yang juga miliarder Uday Kotak menyerukan peningkatan lockdown di India dan mendesak langkah-langkah penguatan nasional, termasuk membatasi aktivitas ekonomi, untuk mengurangi penyebaran infeksi yang saat ini makin sulit diatasi.

"Pada saat kritis ini ketika [jumlah] kehilangan nyawa meningkat ... melindungi keberlangsungan hidup adalah prioritas utama dan langkah-langkah tanggapan maksimal nasional pada tingkat tertinggi [harus] diserukan untuk memutus rantai transmisi virus," kata Kotak, seperti dikutip , Senin (3/5).

"Kita harus memperhatikan nasihat ahli tentang hal ini — dari India dan luar negeri," tambahnya.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melaporkan 3.689 kematian baru akibat Covid-19 pada hari Minggu (2/5), menandai jumlah kematian harian terbesar di negara itu dan menjadikan jumlah total kematian Covid-19 di India menjadi lebih dari 215.000.

India juga melaporkan 392.488 kasus baru pada hari yang sama, turun dari rekor tertinggi 401.993 yang dilaporkan Sabtu (1/5), tetapi masih menjadi rekor harian tertinggi kedua untuk negara mana pun di seluruh dunia.

Sementara itu, angka kematian dan infeksi India terus melebihi angka vaksinasi.

Sekitar 157 juta vaksin telah diberikan di negara itu, naik hanya 1,2% pada akbir pekan, dan meskipun India menjadi produsen vaksin terbesar di dunia, hanya 2% dari populasinya yang telah diinokulasi sepenuhnya karena sebagian besar harga vaksin yang tinggi dan populasi yang sangat miskin.

"Cukup sudah cukup," kata Pengadilan Tinggi Delhi saat memberikan pengarahan pada pemerintah pusat negara tersebut, yang telah dikritik karena respons pandemiknya yang tidak menunjukkan urgensi untuk memasok oksigen ke wilayah ibu kota India, Delhi.

Duta Besar Jerman untuk India, Walter J Lindner, mengatakan bahwa sebagian besar rumah sakit penuh pada Sabtu malam (1/5), saat mengantarkan ventilator ke New Delhi, menambahkan bahwa tidak sedikit orang sekarat di depan rumah sakit dan di mobil mereka karena mereka tidak memiliki oksigen.

Sekitar dua pekan terakhir, gelombang kedua pandemi telah meningkat di India — membanjiri rumah sakit, menguras pasokan vaksin nasional, dan menjadikan negara itu hotspot Covid-19 terbesar di dunia.

Banyak yang menyalahkan partai yang berkuasa di India atas wabah itu, mengatakan Perdana Menteri Narendra Modi berkampanye secara agresif untuk pemilihan negara bagian yang penting, sementara gagal menerapkan langkah-langkah untuk membantu mencegah wabah pandemi.

Kepada CBS 'Face the Nation,' Kepala Staf Gedung Putih Ron Klain mengatakan AS sedang bergegas memberikan bantuan ke India, termasuk alat terapi, ventilator, alat pelindung diri, dan tes diagnostik cepat.

AS juga ingin mengirimkan sebagian dari vaksin AstraZeneca yang sudah dibeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper