Bisnis.com, JAKARTA - Nama Martua Sitorus bukanlah seseorang yang asing lagi. Dirinya memang dikenal sebagai raja minyak sawit di tanah air yang tak lain pendiri dari Wilmar Group.
Berkat bisnis yang dirinya tekuni, kini sosoknya masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes, di mana Martua menempati posisi ke-17, dengan harta kekayaan US$3,1 miliar atau setara dengan Rp44 triliun.
Adapun, perusahaan yang sukses dirinya besarkan adalah Wilmar Group, perusahaan yang sudah memiliki lebih dari 500 pabrik dengan jaringan distribusi yang luas mencakup China, India, Indonesia, dan lebih dari 50 negara lainnya.
Namun, dibalik segala pencapaiannya, ternyata kehidupan semasa kecil Martua jauh berbeda dibanding sekarang, di mana dahulu dia harus berjualan udang dan menjadi loper koran di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Lantas, seperti apa sosok dan perjalanan bisnis Martua Sitorus yang memiliki nama asli Thio Seeng Haap ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Martua Sitorus
Melansir dari Data Indonesia, pria kelahiran Pematang Siantar pada 6 Februari 1960 ini harus bekerja keras menambah pendapatan keluarga. Dibesarkan dari keluarga yang punya keterbatasan ekonomi, membuatnya menjadi pedagang udang dan loper koran setelah pulang sekolah.
Baca Juga
Berkat kegigihan dan sifat pantang menyerahnya untuk bisa melanjutkan studi, menjadikan dia mampu menamatkan kuliah di Universitas HKBP Nomensen di Medan. Usai menyelesaikan studinya, Martua sempat bisnis kecil-kecilan. Dia sempat bisnis minyak sawit dan kelapa sawit kecil-kecilan di Kota Medan.
Walaupun hidup serba kekurangan, tapi itu tidak membuat Martua menyesali nasib hidupnya. Berkat sikap yang baik dan motivasi untuk menghidupi keluarga dengan cara yang halal, menjadi gerbang pembuka meraih kesuksesan.
Sekitar tahun 1980, ketika Martua menjalani profesi sebagai penjual udang dan loper koran, dia akhirnya bertemu dengan Kuok Khoon Hong, pengusaha asal Malaysia.
Pertemuannya dengan pengusaha kayu asal Malaysia tersebut akhirnya membuat nasibnya sedikit demi sedikit berubah ke arah yang lebih baik, di mana pertemuannya menghasilkan ide bisnis yakni pengolahan kelapa sawit. Perusahaan ini pun diberi nama Wilmar Internasional yang diambil dari gabungan nama depan mereka William dan Martua, Wil-Mar. Hingga membawa Martua menjadi pengusaha kelas kakap.
Keluar dari Wilmar Group
Setelah sukses dengan bisnisnya, Martua pun keluar dari dewan direksi Wilmar, pada Juli 2018.
Dia dan saudaranya Ganda mendirikan KPN Corporation dengan minat di perkebunan kelapa sawit, pengembangan properti, dan manufaktur semen.
Bekerja sama dengan Grup Ciputra, Gama Land membangun kota mandiri di Medan, Sumatera Utara.
Pembuat semen keluarga Cemindo Gemilang mencatatkan sahamnya pada September 2021 dengan mengumpulkan US$77 juta atau setara dengan Rp1,1 triliun. Perusahaan rumah sakit mereka, Murni Sadar mengumpulkan US$21,3 juta atau setara dengan Rp331 miliar melalui IPO pada April 2022.
Perjalanan Bisnis Wilmar Group
Berdasarkan situs resmi dari Wilmar Group, beriut catatan perkembangan Wilmar yang menjadi tonggak sejarah bagaimana Wilmar Group bisa berdiri dan menjadi perusahaan besar sampai saat ini.
1991: Wilmar membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya dan membeli kebun kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera. Wilmar pun menjalin kerja sama dengan Grup Adani India untuk membuat anak perusahaan bernama Adani Wilmar yang berfokus kepada produksi serta distribusi tepung beras, kacang, gula dan minyak nabati di India.
1993: Bisnis Wilmar berkembang setiap tahunnya. Saat itu, melalui Joint Venture (JV) bersama dengan Archer Daniels Midland (ADM) dan Top Glory, anak perusahaan COFCO berpetualang ke China untuk memulai pembangunan East Ocean Grains Industry (EOGI) yang pada saat itu merupakan kompleks manufaktur minyak dan biji-bijian besar terintegrasi pertama di China. Setelah sukses besar, Wilmar dan ADM melanjutkan sekitar tiga tahun kemudian untuk membangun lima pabrik penghancur skala besar terutama di sepanjang pantai.
1994: ADM berinvestasi di 20 persen saham Wilmar. Sekitar waktu yang sama, investor lain mengambil 20 persen lagi. ADM tetap menjadi investor lama dan mitra bisnis Grup saat ini.
1999: Membentuk JV, Adani Wilmar Limited, dengan Grup Adani di India. Proyek pertamanya adalah kilang minyak dan pabrik pengemasan konsumen di Mundra, Gujarat yang mulai beroperasi pada tahun 2000 dan dilakukan perluasan pada tahun 2002. Adani Wilmar mengoperasikan lebih dari 100 pabrik di India saat ini dan 'Fortune' saat ini menjadi minyak goreng terlaris di negara itu.
2000: Dikembangkan bersama dengan Bidco Uganda Limited, perkebunan kelapa sawit pertama Wilmar di Afrika terletak di Danau Victoria di Kalangala, Uganda.
2004: Mendirikan JV dengan Pyramid Ltd untuk membangun kilang 200 MT/hari pertama dan pabrik minyak kemasan konsumen di Kolombo, Sri Lanka. Saat ini merupakan kilang penyulingan, minyak kemasan konsumen, dan produsen lemak khusus terbesar di negara ini.
2005: Mendirikan pabrik oleokimia pertama ditugaskan di Shanghai, Cina.
2006: Bisnis kelapa sawit Wilmar tercatat di Bursa Efek Singapura dan mulai masuk ke industri bisnis penggilingan tepung dan beras di China dengan pabrik tepung pertama di Zhoukou dan pabrik beras pertama di Jiamusi.
2007: Kilang minyak pertama Wilmar di Vietnam (melalui merger dengan Grup Kuok) merupakan usaha patungan dengan Vocarimex yang mulai beroperasi pada tahun 1988.
2010: Wilmar berekspansi ke bisnis gula melalui akuisisi Sucrogen Limited (sekarang dikenal sebagai Wilmar Sugar) di Australia – salah satu perusahaan gula terbesar di dunia, dan PT Jawamanis Rafinasi – penyuling gula terkemuka di Indonesia. Pabrik Proserpine, pabrik gula terbesar kelima di Australia, dan PT Duta Sugar International di Indonesia ditambahkan ke bisnis gula pada tahun berikutnya.
2013: Usaha pertama di Amerika Serikat, Wilmar Oils & Fats (Stockton), LLC, mulai beroperasi. Perusahaan ini memproses minyak sawit, kelapa, dan inti sawit untuk pasar California dan West Coast yang berdekatan.
2014: Mengakuisisi lahan seluas 100 hektar di Area Pelabuhan Thilawa, Yangon, untuk membangun dermaga internasional dan fasilitas pemrosesan terintegrasi. Dermaga tersebut selesai pada tahun 2018. Grup ini adalah pengekspor minyak sawit terbesar ke Myanmar dan penjual minyak kemasan konsumen terkemuka.
2019: Wilmar Group mulai mengembangkan pabrik pengemasan minyak nabati dan pabrik tepung Grup di Thilawa, Myanmar yang beroperasi mulai pada Oktober 2019.
2022: Wilmar Group menjadi grup agribisnis terkemuka di Asia dan salah satu yang terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 500 pabrik di 20 negara dan wilayah, di mana punya jaringan distribusi yang luas mencakup China, India, Indonesia dan sekitar 50 negara dan wilayah lainnya.