Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan pengguna fasilitas pinjaman online atau pinjol ramai jadi perbincangan karena semakin banyak penggunanya dan tak sedikit yang bermasalah.
Penggunanya pun kini didominasi anak muda, di mana generasi muda sekarang banyak yang memilih untuk mencari dana segar dari pinjaman online untuk memenuhi gaya hidup.
Pasalnya, cara pinjamnya mudah, hanya bermodalkan swafoto dengan KTP dan mengisi formulir data diri, dana yang diinginkan bisa cair dalam sekejap.
Dari data yang dipaparkan oleh ekonom Indef menunjukkan per Juni 2023, rata-rata pinjaman untuk usia di bawah 19 tahun tercatat masih berada di atas Rp2 juta, tepatnya Rp2,34 juta.
Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda mengatakan pinjol menjadi salah satu alternatif yang disukai masyarakat, termasuk anak muda, dan bisa menggantikan peran perbankan. Namun, jika tidak bijak kemudahan pinjol bisa menjadi bumerang bagi anak-anak muda ini.
Adapun, terdapat beberapa pemberi fasilitas pinjol berupa paylater atau bayar nanti yang menjadi favorit masyarakat pada tahun ini.
Baca Juga
Mengutip survei DataIndonesia.id 2023, ada Fintech di kategori paylater terpopuler awal tahun ini yaitu adalah PT Commerce Finance (Shopee Paylater), PT Mapan Global Reksa (GoPayLater), dan PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku).
Berikut profil sosok pendiri di balik tiga pinjol paylater terpopuler di Indonesia:
1. PT Commerce Finance (Shopee Paylater),
Shopee adalah situs e-commerce yang berpusat di Singapura yang di bawah perusahaan Sea Limited. Shopee didirikan pertama kali oleh Forrest Li pada 2009 di Singapura.
Forrest Li merupakan seorang pengusaha konglomerat pendiri SEA Limited dan beberapa kali disebut sebagai konglomerat nomor satu dan masuk dalam lima besar konglomerat terkaya di Singapura.
Forrest lahir dengan nama Li Xiaodong di Tianjin, Cina pada tahun 1977. Dia lahir dan besar bukan dari keluarga berada, orang tuanya hanya berprofesi karyawan di perusahaan negara.
Forrest Li meraih gelar Bachelor of Engineering dari Shanghai Jiao Tong University. Dia kemudian melanjutkan pendidikan dan mendapat gelar Master of Business Administration di Stanford University, Amerika Serikat.
Forrest Li mendirikan Shopee bersama Chris Feng dengan membawa model bisnis dari China untuk diterapkan ke pasar lokal Singapura. Forrest Li mengadaptasi marketplace seperti Taobao sebagai inspirasinya. Taobao merupakan perusahaan besutan Alibaba Group yang memiliki konsep mirip Amazon, Rakuten, dan eBay.
Kemudian pada 2015, Shopee mulai memperluas jangkauannya ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Selanjutnya, mulai 2019, Shopee juga mulai melanglang buaana di Brasil.
Di Indonesia, PT Shopee International Indonesia kemudian bekerja sama dengan PT Commerce Finance meluncurkan SPayLater yang merupakan layanan pinjaman finansial bagi pengguna Shopee yang juga digunakan sebagai metode pembayaran di Shopee.
SPayLater memungkinkan pengguna Shopee bertransaksi untuk membeli barang dan membayarnya di kemudian hari saat tanggal jatuh tempo.
Produk SPayLater memiliki tenor cicilan yang terdiri dari 1 kali, 3 kali, 6 kali, 12 kali, 18 kali, dan 24 kali.
2. PT Mapan Global Reksa (GoPayLater)
Di balik layanan GoPayLater ada nama Aldi Haryopratomo, yang merupakan pendiri, investor, dan komisaris perusahaan rintisan asal Indonesia.
Aldi merupakan lulusan dari S1 Teknik Elektro di Purdue University. Dia kemudian melanjutkan pendidikan dan menamatkan program S2 bergelar MBA di Harvard Business School pada Mei 2018.
Aldi mendirikan Mapan pada 2009 sebagai jaringan layanan keuangan berbasis komunitas yang memungkinkan penggunanya mencicil barang yang mereka ingin beli dalam katalog barang Arisan Mapan.
Mapan juga adalah pemilik salah satu layanan peer to peer lending pertama di Indonesia melalui PT Mapan Global Reksa.
Pada 2017, GoJek mengakuisisi tiga perusahaan layanan keuangan dan teknologi, salah satunya Mapan. Setelah diakuisisi, Aldi menjadi CEO dari unit bisnis Gopay yang baru dibentuk.
Di bawah kepemimpinan Aldi, Gopay menghadirkan inovasi QRIS, Gopaylater, Asuransi, Investasi, dan Akuisisi Saham Bank Jago.
Hingga tahun 2017, GoPay hanya dapat digunakan sebagai pembayaran non-tunai ketika menggunakan layanan GoJek, mulai dari pembayaran GoRide, GoSend, dan lainnya. Di 2018, Founder GoJek Nadiem Makarim mengeluarkan GoPay dari ekosistem GoJek dan bisa digunakan oleh masyarakat luas sebagai alat pembayaran di luar aplikasi GoJek.
Pada September 2018, GoPayLater diluncurkan sebagai fitur pembayaran terbaru yang memungkinkan pengguna untuk berutang dengan limit tertentu.
3. PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku).
Akulaku adalah sebuah perusahaan fintech yang berbasis di Indonesia dan mulai beroperasi sejak 2014.
Perusahaan ini dibangun oleh dua warga negara China, William Li dan Gordon Hu. Akulaku sempat berfokus pada bisnis remitansi yaitu transfer uang yang dilakukan pekerja asing ke penerima di negara asalnya dengan merek dagang “Silvrr”, tetapi kemudian beralih ke bisnis pinjaman konsumen dengan merek dagang Akulaku pada 2016.
William Li merupakan pria kelahir Jilin, sebuah provinsi di Cina yang berbatasan dengan Korea Utara.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah, dia memutuskan kuliah jurusan hukum di Universitas Tsinghua di Beijing. Dia pun melanjutkan kuliah S2 dengan mengambil gelar master hukum di Washington and Lee University, Amerika Serikat.
Sebelum mendirikan Akulaku, William memulai kariernya dengan bekerja di sebuah firma hukum dan pernah terjun sebagai Investment Manager Ping An Insuransi Company selama tiga tahun lamanya.
William awalnya mereka ingin membangun platform pertukaran Bitcoin dan sedang mencari aplikasi Bitcoin yang tepat. Namun, saat berada di Hong Kong, dia bertemu dengan banyak pekerja Filipina yang kesulitan untuk mengirimkan uang ke keluarga mereka di negara asal mereka.
Akhirnya, setelah melakukan banyak diskusi dengan bank-bank yang ada, dia ingin memecahkan masalah banyaknya masyarakat yang kesulitan meminjam uang dari lembaga keuangan karena ukuran pinjaman yang kecil dan risiko tunggakan yang tinggi.
Sebagai solusi, mereka pun memutuskan untuk memanfaatkan teknologi algoritma dan pembelajaran mesin yang populer di Cina untuk membantu mengubah industri pinjaman di Asia Tenggara.
Pada paruh kedua 2016, keduanya pun meluncurkan aplikasi Akulaku di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sejak itu, Akulaku telah mengembangkan layanan keuangan digital yang mencakup pinjaman, pembayaran, manajemen kekayaan, dan investasi.
Akulaku terus mengalami pertumbuhan positif dan mendapatkan investasi strategis dari perusahaan besar seperti Ant Financial dan Siam Commercial Bank.