Bisnis.com, JAKARTA - Bos perusahaan transaksi mata uang kripto FTX, Sam Bankman-Fried dinyatakan bersalah atas penipuan dan pencucian uang, dan dijatuhkan hukuman ingga 110 tahun penjara.
Dilansir dari berbagai sumber, Sam Bankman-Fried dinilai bersalah karena telah mencuri miliaran dolar dari rekening milik pelanggan pertukaran kripto FTX miliknya yang sempat berkembang pesat.
Selain itu, Sam juga dinyatakan bersalah karena dinilai menipu pemberi pinjaman kepada perusahaan saudara FTX, Alameda Research yang menyimpan dana pelanggan FTX di rekening bank. Lebih lanjut, Sam juga disebut menipu para investor di FTX dan melakukan pencucian uang.
Alhasil, atas putusan hakim, Sam Bankman akan mendapatkan hukuman maksimal 110 tahun penjara.
Lantas siapa sebenarnya Sam Bankman-Fried ini?
Pria dengan nama lengkap Samuel Benjamin Bankman-Fried ini adalah pengusaha, investor, dan mantan miliarder asal Amerika Serikat yang memiliki nama singkat SBF.
Baca Juga
Dia merupakan pendiri dan mantan CEO FTX, sebuah platform pertukaran kripto dan pendiri Alameda Research, sebuah firma perdagangan kuantitatif mata uang kripto.
Mengutip berbagai sumber, SBF lahir pada 6 Maret 1992 dan sempat menempuh pendidikan di kampus Universitas Stanford. Dia adalah putra dari Barbara Fried dan Joseph Bankman, keduanya adalah profesor di Stanford Law School.
Bankman-Fried juga sempat mengikuti Canada/USA Mathcamp, sebuah program musim panas untuk siswa sekolah menengah yang berbakat secara matematika.
Dia menempuh sekolah menengah di Crystal Springs Uplands School di Hillsborough, California dan lulus dari Massachusetts Institute of Technology pada 2014 dengan gelar sarjana fisika dan minor matematika.
Sebelum resmi lulus, pada musim panas 2013, Bankman-Fried sempat magang di Jane Street Capital, sebuah perusahaan perdagangan, dan memperdagangkan ETF internasional. Dia kemudian melanjutkan bekerja penuh waktu di sana setelah lulus dari MIT.
Awal Mendirikan FTX
Pada September 2017, Bankman-Fried meninggalkan Jane Street dan pindah ke Berkeley, California, dan bekerja di Center for Effective Altruism (CEA) sebagai direktur pengembangan hanya sebulan, dari Oktober hingga November 2017.
Pada November 2017, setelah suntikan dana dari programmer komputer miliarder Jaan Tallinn dan investor Luke Ding cair, Bankman-Fried dan Tara Mac Aulay dari CEA mendirikan perusahaan perdagangan kuantitatif Alameda Research. Hingga pada 2021, Bankman-Fried memiliki sekitar 90 persen Alameda Research.
Salah satu sumber kekayaannya didapatkan pada Januari 2018, ketika Bankman-Fried mengadakan perdagangan arbitrase, menghasilkan US$25 juta per hari untuk memanfaatkan harga bitcoin yang lebih tinggi di Jepang dibandingkan di Amerika Serikat.
Setelah menghadiri konferensi mata uang kripto di Makau pada akhir 2018, dia kemudian pindah ke Hong Kong.
Kemudian, Bankman-Fried mendirikan bursa derivatif mata uang kripto FTX pada April 2019, dan mulai dibuka untuk bisnis umum pada bulan berikutnya.
Pada bulan September 2021, Bankman-Fried dan seluruh staf senior FTX pindah dari Hong Kong ke Bahama. Kemudian, pada Desember 2021, Bankman-Fried, bersama dengan eksekutif industri lainnya, bersaksi di depan Komite Jasa Keuangan tentang regulasi industri mata uang kripto.
FTX pernah menjadi salah satu nama perusahaan transaksi paling terpercaya di dunia kripto. Namun demikian, pada 11 November 2022, FTX dinyatakan bangkrut setelah adanya kebocoran dokumen terkait transaksi keuangan yang ganjil antara FTX dengan perusahaan lain milik Sam.
Alhasil, kepercayaan investor pada FTX menurun dan mereka beramai-ramai menarik investasi mereka di platform jual beli mata uang kripto tersebut.
Kepanikan ini pun sempat menyebabkan penurunan nilai kripto hingga triliunan dolar. Hal ini pun membuat sekitar 1 juta pelanggan merugi dan FTX mulai ditinggalkan. Sejak itupula, platform ini diawasi ketat oleh regulator, investor, dan komunitas kripto.
Melansir Forbes, kekayaan Fried tercatat sebesar US$26.5 miliar, terikat dalam kepemilikan sekitar setengah FTX dan sebagian token FTT-nya.