Bisnis.com, JAKARTA - Halodoc, startup yang bergerak di sektor kesehatan, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan, namun jumlahnya tak disebutkan.
Diduga perusahaan dengan status soonicorn ini ditinggal pengguna seiring dengan pergeseran kebiasan berobat pelanggan dari daring (online) saat pandemi, menjadi luring (offline).
Soonicorn adalah status bagi startup bervaluasi di atas US$100 juta. Beberapa orang mengartikan soonicorn sebagai calon unicorn dan Halodoc masuk dalam kategori itu.
PHK tersebut menurut VP Government Relations & Corporate Affairs Halodoc, Adeline Hindarto, dilakukan dengan alasan untuk perusahaan beradaptasi menghadi perubahan besar dalam situasi makroekonomi, politik dan geopolitik secara global serta domestik.
Lalu siapa sosok di balik berdirinya Halodoc?
Jonathan Sudharta merupakan sosok di balik calon perusahaan Unicorn itu. Dia merupakan anak dari Jimmy Sudharta, pemilik Mensa Group, perusahaan farmasi yang sudah didirikan sejak April 1975.
Jonathan Sudharta lahir di Jakarta pada 1981. Dirinya sudah sangat dekat dengan dunia berbisnis, dari ajaran sang ayah. Oleh karena itu pula dia mengambil pendidikan jurusan Marketing dan e-Commerce di Curtin University, Australia.
Baca Juga
Sebelum membangun Halodoc, Jonathan memiliki ketertarikan di dunia olahraga. Dia sempat menjadi seorang atlet hoki es Indonesia dan pernah menjadi kapten timnas hoki es Indonesia dan klub hoki es Batavia Demons.
Selain itu, Jonathan juga sempat berkarier selama 13 tahun dalam mengurus perusahaan keluarga.
Namun, ketika dirinya kembali ke Tanah Air pada 2003, dia bertekad untuk memulai karier dari nol dengan melepaskan hak istimewanya sebagai anak dari pemilik Mensa Group dengan cara mengganti namanya agar tidak ada yang mengenali dirinya.
Hingga akhirnya, dari pengalaman yang dimilikinya dalam dunia bisnis, dan kepiawaiannya dalam melihat peluang, membuat Jonathan dipercaya menempati berbagai posisi manajerial.
Kisah Mengembangkan Bisnis Halodoc
Jonathan kemudian membangun Halodoc atas dasar pengalamannya harus menunggu dokter dalam waktu yang lama, hingga 2 jam atau bahkan jika begitu ramai bisa sampai pagi.
Pengalaman inilah yang kemudian membuat Jonathan menemukan ketertarikan dalam dunia medis dan bertekad untuk membantu melayani kesehatan banyak orang.
Ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia antara dokter dan populasi orang. Ditambah lagi sulitnya orang yang berada di luar kota besar mendapatkan akses terhadap dokter spesialis, membuat Jonathan memutuskan untuk melakukan inovasi teknologi berdasarkan pengalaman buruknya dan yang kerap ditemui banyak orang.
Pada 2015, berbekal hasil diskusinya bersama kedua temannya pada masa itu, Andre Soelistyo yang kini tengah menjadi CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Nadiem Makarim yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, dia pun memberanikan diri membangun startup bidang kesehatan.
Dia memiliki visi besar dan berbagai rencana untuk inovasi yang mengubah ekosistem dunia kesehatan, hingga akhirnya lahirlah Halodoc sebagai aplikasi yang bisa menghubungkan pasien dengan para dokter ahli tanpa harus bertemu di rumah sakit atau klinik pada 2016.
Suksesnya Halodoc tentu tidak didapatkan secara instan. Banyak orang meremehkan inovasinya, bahkan menuding bahwa keberadaan aplikasi seperti miliknya malah hanya akan mempersulit dan buat rumit regulasi.
Kemudian, pada 2017, Halodoc sampai pernah melakukan total perubahan 200 kali dan tetap saja hanya ada 2 orang yang pakai aplikasi itu.
Dari sana dia menyadari ada kesalahan dalam pengembangan bisnisnya, yang terlalu fokus mencari solusi, tapi tidak fokus pada masalah apa saja yang mungkin muncul dan harus dipecahkan.
Kini, dengan segala penyesuaian, Halodoc telah membuka layanan aplikasi kesehatan, dan obat online di 50 kota di Indonesia.
Startup yang fokus dalam memberikan akses layanan kesehatan ini mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari 100 perusahaan layanan kesehatan digital top dunia, yang dirilis oleh The Healthcare Technology Report.