Bisnis.com, JAKARTA -- Salah satu perusahaan e-commerce yang cukup ternama di Indonesia, Shopee, mengumumkan mulai bisa mencatatkan keuntungan untuk kinerja sepanjang 2023.
Padahal, pada pertengahan tahun ini, Shopee sempat mengalami kerugian hingga harus melepas ratusan karyawannya.
Melansir Business Times, CEO Sea Ltd Forrest Li menegaskan akan ada proyeksi keuntungan yang akan diraih perseroan dalam email ke karyawan pada 22 Desember 2023.
Induk perusahaan Shopee, Sea Ltd. yang tercatat di Bursa Efek New York ini sebenarnya pernah mencatatkan laba pada semester I/2023, namun kemudian kinerja Sea berbalik arah menjadi rugi bersih sekitar US$114 juta pada kuartal III/2023.
Selanjutnya, pada November 2023, manajemen mulai menata ulang strategi investasinya dan mulai kembali mencatat laba.
Adapun, sebelumnya, pada masa rugi Shopee memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan untuk melakukan efisiensi.
Baca Juga
Diketahui Shopee telah memutus hubungan kerja sekitar 200 orang, sebagian besar di divisi layanan pelanggan.
Pada 2022, Shopee juga sempat memangkas sekitar 7.000 pekerjaan sejak Juni 2022, atau sekitar 10 persen dari total karyawannya dalam perjuangannya untuk mengurangi kerugian yang membengkak.
Gelombang PHK dari peritel online ini diketahui telah membuat Shopee kehilangan hampir 90 persen kapitalisasi pasarnya sejak posisi puncak tahun lalu karena pertanyaan tentang prospek menghasilkan uang di era kenaikan suku bunga dan persaingan yang semakin ketat.
Namun, setelah bisa menunjukkan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang signifikan dari bisnis e-commerce pada semester I/2023, Sea beralih ke percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan memaksimalkan keuntungan dalam beberapa bulan terakhir.
Adapun, fokus utama investasi signifikan yang dilakukan Sea mencakup akuisisi user dan influencer untuk strategi live streaming e-commerce serta memperluas subsidi pengiriman.
Sosok di balik Shopee
Salah satu orang yang berkontribusi besar dalam perkembangan Shopee adalah Chris Zhimin Feng atau dikenal dengan panggilan Chris Feng.
Mengutip berbagai sumber, pria asal Singapura yang lahir pada Desember 1982 itu pernah mengenyam pendidikan di National University of Singapore di bidang Ilmu Komputer.
Chris Feng menempuh pendidikan dengan beasiswa dari pemerintah Singapura dan menjadi lulusan terbaik di National University of Singapore. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Amerika, di Stanford University di bidang Management Science and Engineering.
Setelah menempuh pendidikannya, Chris Feng memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan konsultan manajemen McKinsey di Frankfurt, Jerman dan bekerja di sana selama 7 tahun.
Dia kemudian pindah kerja ke Rocket Internet dan atas pengalamannya, dia kemudian pindah dan menjabat sebagai Direktur pelaksana Regional Zalora untuk wilayah Asia Tenggara.
Chris Feng juga sempat menjadi Chief Purchasing Officer di Lazada Asia Tenggara selama tiga tahun. Setelah itu dia bergabung dengan Garena, di bawah perusahaan Sea Ltd. milik Forrest Li. Disana, Chris Feng menduduki posisi Head of Mobile Business Garena.
Setelah bekerja bersama selama setahun, Chris Feng dan Forrest Li memutuskan untuk mendirikan marketplace yang diberi nama Shopee pada 2015.
Di Shopee, Chris Feng kemudian menjabat sebagai CEO Shopee. Marketplace itu kemudian diresmikan pertama kali di Singapura.