Bisnis.com, JAKARTA - Tepat 16 Mei 25 tahun yang lalu, Jeff Bezos membangun bisnisnya, Amazon. Berawal dari toko buku online, bisnis itu kini membawanya menjadi orang terkaya kedua di dunia.
Seperempat abad yang lalu, pada 1999, ketika Bezos menjadi CEO Amazon, dia mengungkapkan strategi kepemimpinan garis kerasnya kepada Wendy Walsh dari CNET.
Dua tahun setelah Amazon pertama kali go public, Bezos sudah menjadi miliarder dan berbagi kiat-kiatnya tentang bagaimana membangun bisnis e-commerce-nya yang berkembang pesat.
Dia pun memuji para karyawannya karena menjadi kelompok orang yang bekerja paling keras, paling berbakat, paling bersemangat, paling fokus pada pelanggan, salah satu yang ditegaskan Bezos menjadi penyebab bisnisnya berkembang pesar.
Menurutnya, jika para pekerja tidak memiliki rasa takut akan tidak memuaskan pelanggan mereka, maka mereka melakukan kesalahan.
“Saya meminta semua orang di sini untuk bangun dengan ketakutan setiap pagi, seprai mereka bahkan basah oleh keringat,” katanya, melansir Fortune.
Baca Juga
Tujuan yang dimaksud bukanlah untuk membuat staf kantor di Silicon Valley takut, namun untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang berpuas diri.
Tentu saja, dia mengimbau para karyawan “untuk lebih tepat menjelaskan apa yang mereka takuti,” daripada terbangun dalam keadaan basah, mungkin hanya karena hal tersebut.
“Mereka tidak perlu takut terhadap pesaing. Mereka seharusnya takut pada pelanggan kami karena mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan kami. Mereka adalah orang-orang yang menghasilkan uang untuk kami” kata Bezos.
Dalam wawancaranya, Bezos juga mencatat bahwa segala sesuatunya selalu bisa berubah dengan cepat di Amazon.com.
Menyadari bahwa perusahaan tersebut belum bertahan lama, perusahaan masih bisa kehilangan semua kesempatannya untuk membuat berkembang lebih besar jika mereka tidak fokus kepada pelanggan.
“Saya percaya bahwa pelanggan kami setia kepada kami hingga orang lain menawarkan layanan yang lebih baik kepada mereka,” katanya.
Bahkan CEO Amazon saat ini Andy Jassy pun angkat bicara mengenai tuntutan Bezos terhadap para pekerjanya.
"Melihat Jeff, saya belum pernah melihat orang yang memiliki standar lebih tinggi,” kata Jassy.
Kontroversial
Di sisi lain, penghargaan terhadap pelanggan ini tampaknya juga ada konsekuensinya. Hal ini sempat membuat beberapa pekerja menuntut Bezos dan Amazon karena kondisi yang sulit.
Pola pikir Bezos mendapat kecaman seiring dengan pertumbuhan perusahaan dan kekayaan bersihnya. Pada 2015, New York Times merilis perincuan standar tinggi di Amazon, yang termasuk sering bekerja lewat tengah malam, budaya perusahaan yang tegang, dan kurangnya keseimbangan kehidupan kerja demi gaji yang tinggi.
Bertahun-tahun kemudian, pada 2023, tiga pengemudi Amazon mengajukan gugatan class action terhadap perusahaan tersebut karena mereka mengklaim bahwa mereka mengalami “kondisi yang tidak manusiawi” dan tidak dapat berhenti bekerja bahkan untuk menggunakan kamar mandi.
Permasalahan juga terus terjadi di bagian pergudangan, ketika Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan pada tahun yang sama bahwa Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menemukan para pekerja Amazon terpapar pada kondisi berbahaya.
“Mereka memang lebih mementingkan keuntungan,” ujar Michael Verrastro, mantan pekerja gudang Amazon.