Naik Turun Bisnis
Seperti industri lainnya, bisnis mereka juga mengalami naik turun. Tantangan terbesar adalah pasokan bahan baku, terutama saat pandemi
Sutanto menuturkan, penting untuk memiliki sumber alternatif dari luar negeri sebagai cadangan. Selain itu, mereka juga harus mengikuti tren fashion yang selalu berubah, termasuk warna dan jenis finishing kulit.
“Jadi kalau kita tidak mengikuti, ya otomatis akan ditinggal oleh customer,” tuturnya.
Sutanto menjelaskan, bahan kimia yang digunakan kini juga sangat diperhatikan oleh pelanggan. Setiap perusahaan mengembangkan jenis kulit baru, analisis kimia wajib dilakukan.
Perusahaan juga menerapkan sistem pengolahan air limbah sesuai ketentuan dari lembaga sertifikasi dan Kementerian Perindustrian RI, serta sertifikasi ISO 14001.
Baca Juga
Untuk menghindari kerugian akibat gagal bayar, perusahaan mengandalkan Trade Credit Insurance dari LPEI, yang memberi rasa aman dalam bertransaksi. Menurutnya, dukungan LPEI memungkinkan barang diasuransikan agar lebih terjamin
Dengan adanya dukungan dari LPEI, mereka juga bisa menjual ke pasar non-tradisional seperti Afrika yang dianggap berisiko.
Kepala Kantor Wilayah II Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Irwan Prasetyawan berharap dukungan yang diberikan LPEI untuk industri ini dapat memberikan dampak positif bagi Yogyakarta.
“Harapannya dengan kita (LPEI) melakukan support pada industri potensial di Yogyakarta ini, maka ekspor dari wilayah di Yogyakarta sendiri akan meningkat dan kita bisa memberikan development impact juga kepada masyarakat di Yogyakarta,” tutur Irwan kepada Bisnis pada Jumat (17/5).
Dukungan ini juga diberikat dengan melihat potensi besar industri kulit di Yogyakarta. Menurutnya, banyak manufaktur dari brand terkenal, terutama sarung tangan kulit, berbasis di wilayah ini. Irwan mengawasi wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Kalimantan.
Tips bagi Pebisnis
Setelah lebih dari 50 tahun berdiri, Sutanto berbagi tips bagi pebisnis yang ingin terjun ke industri penyamakan kulit.
Pertama, menjaga kelangsungan bahan baku. Kedua, memastikan SDM yang terampil, yang memerlukan waktu untuk berkembang. Ketiga, fokus pada pemasaran, terutama segmen ekspor, karena banyak industri kulit di Indonesia kurang memperhatikan pasar luar negeri.
“Jadi dengan lebih aktif mencari konsumen di luar negeri, saya rasa kesinambungan perusahaan itu akan lebih terjaga,” jelas Sutanto.
Kemudian, walaupun sektor kulit tidak besar di Indonesia, ia menilai bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor unggulan yang tidak bisa dilakukan oleh semua negara. Hal ini karena Indonesia memiliki bahan baku yang bagus dan mencukupi.
Sutanto berharap pemerintah dapat menaruh perhatian pada industri ini agar berkelanjutan, paling tidak dalam beberapa dekade. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan karena kebutuhan kulit masih akan terus diperhatikan, terutama bidang fashion yang akan selalu ada.