Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Founder Temu, Colin Huang, Resmi jadi Orang Terkaya di China

Founder Temu, Colin Huang resmi membalap Zhong Shanshan jasi orang terkaya nomor 1 di China
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com

Bisnis.com, JAKARTA — Aplikasi e-commerce asal China, Temu, belakangan dibicarakan karena tengah berusaha menembus Indonesia. Padahal, kehadirannya disebut bisa mengancam keberadaan UMKM.

Perkembangan pesat aplikasi jual beli tersebut tak diragukan lagi, lantaran kini berhasil membawa pendirinya, Colin Huang, menjadi miliarder bahkan menjadi yang terkaya di China, negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia.

Menurut Forbes, Colin Huang, pendiri perusahaan e-commerce raksasa PDD Holdings, telah menggeser pendiri perusahaan minuman raksasa Nongfu Spring, Zhong Shanshan sebagai taipan terkaya di China.

Huang yang berusia 44 tahun, meraih posisi teratas pada Kamis dengan kekayaan sebesar US$46,9 miliar. Meski dia sudah mengundurkan diri sebagai ketua PDD Holdings pada 2021 tetapi dia masih terus memperoleh kekayaan bersihnya dari saham perusahaan besar tersebut.

Pada akhir perdagangan Kamis, kekayaan bersih Huang melampaui US$46,7 miliar milik Zhong, yang sebagian besar dihasilkan pada saham di Nongfu Spring, perusahaan yang terdaftar di bursa Hong Kong. 

Saham perusahaan minuman raksasa itu turun 2,5% pada hari Kamis, atau 34,5% dari awal tahun, karena perusahaan menghadapi perang harga yang brutal dalam bisnis air minum kemasan utamanya. 

Meskipun program pembelian kembali (buyback) saham senilai HK$2 miliar diumumkan sebulan yang lalu, investor tetap khawatir tentang profitabilitasnya.

Di sisi lain, Huang melihat kekayaannya meningkat berkat keberhasilan PDD Holdings yang terdaftar di Nasdaq. 

Huang yang memulai kariernya sebagai insinyur Google di AS pada 2004 ini mendirikan Pinduoduo, yang kemudian mengubah namanya menjadi PDD Holdings pada tahun 2015, hampir dua dekade setelah pesaing seperti Alibaba dan JD.com.

Meskipun terlambat masuk, perusahaan tersebut telah tumbuh menjadi raksasa e-commerce senilai US$185 miliar berkat strategi diskon yang berhasil yang menghasilkan harga terendah, yang menarik sekarang karena ekonomi China menghadapi pertumbuhan yang lebih lambat. 

Kenny Ng, seorang ahli strategi sekuritas yang berbasis di Hong Kong di Everbright Securities International mengatakan, selain harga yang murah, perusahaan ini memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi di kota-kota dan pasar-pasar yang lebih rendah. 

Meskipun perusahaan baru-baru ini mengalami protes vendor pada platform Temu di luar negeri, perusahaan ini berhasil mengatasi krisis tanpa dampak yang serius. Sahamnya tetap tumbuh sebesar 8,1% selama seminggu terakhir, yang hampir menghapus kerugian sebelumnya akibat protes tersebut.

PDD Holdings melaporkan lonjakan pendapatan sebesar 131% dari tahun ke tahun menjadi 86,8 miliar yuan pada kuartal pertama, sementara laba bersih meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 28 miliar yuan. 

Sebagai perbandingan, Alibaba mengalami peningkatan penjualan sebesar 7% menjadi 222 miliar yuan pada periode yang sama dan laba bersihnya turun 96% menjadi 919 juta yuan karena kerugian dari investasi di beberapa perusahaan yang diperdagangkan secara publik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper