Tidak ada entrepreneur hebat tanpa menghasilkan produk yang hebat pula. Dan untuk menjadikan sebuah produk hebat tentu saja tersembunyi strategi yang tidak kalah hebat.
Kesuksesan setiap entrepreneur—relatif berdasarkan level masing-masing—senantiasa diikuti dengan keberhasilan dia dalam menciptakan satu atau lebih produk, baik barang maupun jasa. Dari akumulasi keberhasilan tersebut, terpupuklah kekayaan yang kemudian menciptakan atribut bagi si empunya sebagai wirausahawan sukses.
Lihat saja sebelah kiri atau kanan Anda, produk ngetop apapun, kalau dirunut siapa inisiator ataupun produsennya, tentu dia saat ini sudah menjadi tokoh pengusaha ataupun korporasi bisnis yang kaya raya.
Contoh paling gampang adalah apabila Anda kebetulan membaca artikel ini melalui tablet dengan logo buah apel kegigit, ingatan kita niscaya akan melayang kepada Steve Jobs, salah seorang entrepreneur global yang dianggap sebagai jenius di industri teknologi informasi. Boleh dibilang Apple identik dengan Jobs, kendati dia mengembangkan perusahaan yang berbasis di Cupertino, California, itu bersama Steve yang lain, yakni Steve Wozniak.
Berbagai produk yang dirilis oleh Apple disambut dengan gegap gempita di seluruh dunia. Sebut saja iPad, iPhone, dan iPod yang keluaran barunya senantiasa ditunggu-tunggu oleh pecintanya, hal itu menandakan bahwa Apple merupakan produk yang sukses karena mampu memasarkan dirinya sendiri. Produk Apple senantiasa menjadi trendsetter, yang menjadikan produk serupa lainnya terpaksa menyandang status me-too product.
Terminologi produk sukses dengan definisi mampu memasarkan dirinya sendiri itu saya kutip dari Yuswohady, marketer yang sedang naik daun, ketika berbicara pada Forum Corsec dan Marcomm 2013 yang digelar Bisnis Indonesia pekan ini.
Jebolan MarkPlus yang kini mengomandani Invent.ure tersebut merumuskan dengan tepat tentang kesuksesan sebuah produk. Dengan sendirinya, berdasarkan logika itu, entrepreneur sukses adalah yang mampu memasarkan diri sendiri maupun produk yang dihasilkannya.
Kalau begitu, apakah McDonalds juga masuk kategori produk sukses, karena kalau ditilik dari keberhasilannya sebagai sebuah brand ataupun produk, ia dapat memasarkan dirinya sendiri. Tentu saja McDonalds, dengan jumlah gerainya di seluruh dunia tak kurang dari 30.000 dan jumlah kunjungan pembeli yang konon mencapai 50 juta orang itu merupakan sebuah brand yang amat sukses.
Namun, tokoh yang layak menyandang sebagai entrepreneur sukses justru bukan dua bersaudara Dick dan Mac McDonald, melainkan Ray Kroc yang membeli sistem waralaba McDonalds dari kedua kakak-beradik itu dan kemudian membesarkannya hingga menjadi seperti saat ini. Dick dan Mac tetap saja diakui sebagai entrepreneur, tapi tentu saja tidak sesukses Ray.
MENGGEBRAK PASAR
Di dalam negeri kita juga tidak sedikit entreprenur yang berhasil menjadikan produknya mampu memasarkan dirinya sendiri. Contoh untuk itu adalah Johny Andrean, hair stylist yang kini merambah ke berbagai bidang bisnis dan salah satu yang menggebrak adalah J.CO Donuts & Coffee. Bisnis kue berbentuk ban yang didirikan sejak 2005 itu kini sudah merambah hingga Singapura, Malaysia, Filipina, dan China, dengan jumlah gerai tidak kurang dari 100 outlet.
Anda juga tentu mengenal produk kecap dengan merk Bango yang kini diproduksi dan dipasarkan oleh Unilever. Namun, hingga awal 2000, kecap Bango yang produksinya dirintis oleh Tjoa Seng Ho sejak 1928 itu praktis hanya dikenal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, nyaris tak terdengar di wilayah lain.
Sejak 2001, Unilever sebagai lembaga entrepreneur menjadikannya sebagai brand nasional, bahkan internasional, karena produk tersebut kini juga dapat ditemukan di berbagai negara dan begitu kita mendengar kata “bango”, maka yang terlintas pertama kali tentu saja bukan burung berbulu putih yang semakin jarang dijumpai di alam bebas, melainkan produk kecap tersebut. Meskipun sukses kecap Bango kini di tangan Unilever, Seng Ho sendiri masih layak menyandang atribut sebagai entrepreneur (cukup) sukses pula.
Anda mungkin masih penasaran bagaimana kok produk yang dianggap sukses tadi bisa memasarkan dirinya sendiri. Itu bisa terjadi ketika seseorang mengindera—melihat, menyentuh, ataupun menyebut—produk tersebut, seketika itu pula timbul hasrat atau keinginan orang itu untuk membelinya.Memang tidak mudah untuk mencapai tataran seperti itu, tapi bukan tidak mungkin.
Di era informasi ini, menjadikan sebuah produk sukses relatif lebih mudah dan bisa murah. Siwo, begitu Yuswohady biasa dipanggil, memberikan resep bagaimana keberadaan media sosial dapat menunjang kesuksesan sebuah produk dan tentu saja kesuksesan seseorang untuk menjadientrepreneur.
“Manfaatkan komunitas dan jadikan mereka sebagai sales person untuk menjual produk Anda,” begitu komentarnya. Dengan kekuatan komunitas yang kini terpusat di berbagai media sosial, terutama pada jama’ah Facebook dan Twitter, maka terbuka kemungkinan untuk memasarkan produk luar biasa.
Resep untuk memanfaatkan kekuatan luar biasa yang dimiliki media sosial tersebut sebenarnya sudah terbukti mengantarkan berbagai produk mencapai kesuksesan luar biasa juga, termasuk di antaranya ‘produk’ bernama Barack Hussain Obama yang terpilih dua kali sebagai presiden negeri adidaya Amerika Serikat.
Di dalam negeri pun, sejumlah produk sempat meraih kesuksesan karena memanfaatkan potensi media sosial itu, hanya saja dengan skala nasional mengingat masih terbatasnya jumlah pengguna media itu sendiri. Contoh untuk itu adalah kopi luwak, yang meskipun sudah dikenal luas oleh bangsa ini dari tahun kapan, tapi booming-nya baru beberapa tahun terakhir sejak ‘dipromosikan’ oleh Oprah Winfrei dalam salah satu epsiode talkshow-nya yang terkenal itu.
Ingin menjadi entrepreneur andal? Maka pahamilah model bisnis yang sesuai dengan produk Anda dan memanfaatkan segala aspek yang dapat menyukseskannya, termasuk memanfaatkan media sosial, teknologi terkini yang sedang digemari. ([email protected]om)