Bisnis.com, JAKARTA - Pada malam takbiran kemarin, Ki Dalang dapat kehormatan menemani Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di acara TVRI Kabinet Indonesia Bersatu Menjawab. Bincang malam tersebut cukup strategis, karena pemerintah memberikan jaminan rasa aman kepada rakyat terkait pasokan bahan bakar minyak menjelang dan selama lebaran.
Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mengamankan pasokan BBM bagi rakyat, sehingga mereka bisa tenang dan nyaman merayakan hari raya. Kendati lifting minyak kita terus merosot, pemerintah harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan BBM agar tidak ada gangguan terhadap hajat hidup rakyat.
Namun, rupanya rasa tenang dan nyaman itu tidak bertahan lama. Bukan karena supply BBM bermasalah, Kepala Satuan Kerja Khusus Migas Rudi Rubiandini tertangkap tangan oleh KPK. Dia diduga menerima US$ 700.000 plus motor gede BMW dari perusahaan migas asing.
Penangkapan itu jelas mengejutkan, karena terjadi di tengah suasana Idulfitri dan rakyat masih sibuk syawalan dan halal bi halal. Juga karena pesan yang bisa ditangkap sangat jelas, yaitu pagar makan tanaman. Persis karakter yang lekat pada perilaku Haryo Suman alias Sengkuni.
Kocap kacarita. Sebelum Prabu Pandu Dewanata mangkat, ia sempat menitipkan ajian minyak tala kepada Adipati Destarastra, kakak kandungnya. Pesan Pandu, ajian sakti itu harus diberikan kepada lima anaknya kelak ketika mereka sudah cukup umur. Sebagai orangtua Pandu berkewajiban melindungi anak-anaknya. Karena Dewata berkehendak lain, maka minyak tala itulah yang akan melindungi Yudistira, Bima, Arjuna, dan Nakula-Sadewa dari mara bahaya.
Kelebihan minyak tala, barang siapa mengoleskannya ke tubuh, maka tubuhnya tidak akan mempan oleh rajaman senjata apa pun. Destarastra menyatakan kesanggupannya menerima amanah besar itu, dan menyimpan rapat wasiat tersebut.
Maka begitu para satria Pandawa menginjak dewasa, Destarastra memutuskan untuk menunaikan amanah adiknya. Maka dipanggillah Patih Sengkuni untuk mengatur serah terima minyak tala kepada para Pandawa. Destarastra yang buta menugaskan Sengkuni untuk mengumpulkan para Pandawa.
AMANAH BESAR
Mendapat amanah itu akal bulus Sengkuni mulai bekerja. Ia tahu persis kelebihan minyak tala, dan dia bertekad untuk mengoleskannya ke tubuhnya sendiri. Agar tidak tampak terlalu menyolok, dia pun mengatur sebuah skenario yang bisa diterima oleh khalayak.
Upacara penyerahan minyak tala dilakukan di alun-alun dengan disaksikan para pejabat Hastina dan para kawula. Tak ketinggalan Duryudana dan saudara-saudaranya dari klan Kurawa –anak Destarastra.
Tiba saatnya penyerahan dilakukan, Sengkuni maju dengan membawa kendi berisi minyak sakti. Ketika kendi itu akan diserahterimakan, mendadak terlepas dari tangan Sengkuni dan jatuh ke tanah. Kendi pecah dan minyak tala tumpah. Sengkuni berlagak tergelincir oleh licinnya minyak dan jatuh terguling-guling di atas minyak. Seluruh tubuhnya pun terlumuri minyak tala. Maaf hanya duburnya yang tidak kena olesan minyak sakti. Justru para Pandawa tidak ikut berebut minyak sakti. Maka kelak saat perang baratayuda, Patih Sengkuni hanya bisa mati karena dengan jalan disobek duburnya oleh kuku ponconoko bima.
Ibarat pagar makan tanaman, SKK migas yang seharusnya mengamankan resources Migas untuk kemaslahatan rakyat banyak, malah berkoalisi jahat dengan melakukan korupsi.
Apa yang telah dilakukan oleh Rudi Rubiandini, selaku kepala SKK migas jelas bertentangan dengan perilaku kesalehan sosial setelah Lebaran. Masa depan migas kita bakal suram dan target lifting migas yang telah ditetapkan pemerintah bakal meleset tidak akan tercapai. Sumonggo.