Bisnis.com, JAKARTA - Modal kerap menjadi salah satu faktor penghambat bagi para calon entrepreneur. Banyak yang akhirnya mundur secara teratur. Kendati keahlian usaha sudah dimiliki. Bahkan sangat mumpuni. Namun, ketiadaan modal [uang], akhirnya membuat situasi seperti istana pasir.
Benarkah ketiadaan modal [uang] akan menjadi akhir dari semangat untuk menjadi entrepreneur? Benarkah? Lalu, apa yang harus dilakukan ketika segalanya sudah tersedia, tetapi uang tidak dimiliki?
Ternyata, ketiadaan modal, tidak berujung pada pupusnya asa. Banyak jalan menuju Roma, kata perumpamaan. Tidak ada gading, akar pun jadi, kata pepatah. Asalkan, mau bersemboyan: Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Hindari moto: Bersenang-senang dahulu, mati kemudian. Ini kerap terjadi pada para calon entrepreneur yang bergelimangan uang. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan modal? Apa?
Saya [Ciputra] memulai uang tanpa uang satu sen pun. Bagaimana caranya? Modal saya penjadi pengusaha hanya istri saya dan makanan minuman dengan penuh rasa kasih sayang.
“Dahulu, saya datang kepada gubernur DKI Jakarta untuk joint venture bisnis melalui Nasakom. Sebelumnya, saya harus menyusun konsep saya sendiri agar permintaan joint venture ini tidak ditolak," kata Ciputra, belum lama ini.
Ciputra mengatakan saat itu usianya baru 31 tahun dan baru tamat dari dunia pendidikan. Ia mengaku belum punya pengalaman dan modal untuk membangun usaha. Namun ia mempunyai satu konsep menarik membangun kota Jakarta.
Joint venture antara investor dan Pemda DKI Jakarta terjadi. Setelah itu Taman Impian Jaya Ancol juga Bintaro Jaya dibangun. “Kemudian investasinya dibagikan dengan cara bagi hasil, kemudian sampai akhirnya saya buat perusahaan. Modal itu saya katakan akan menyusul," ujarnya.