Bisnis.com, JAKARTA - Anda kerap menemui jalan buntu saat akan memulai usaha. Namun, banyak juga orang bertanya: Haruskah menjadi pengusaha harus banyak uang dulu atau koneksi atau dua-duanya. Berikut kiat sukses sejumlah pengusaha sukses: Jebrettt...
Erwin Aksa, Ketua Dewan Penasehat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan CEO Bosowa Corporation: Menjadi pengusaha sukses harus dapat dipercaya. Bayar cicilan kredit tepat waktu. Modal utama pengusaha hanya ini. Kedua, ulet. Kegagalan pengusaha adalah tidak ulet. Mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Ada tantangan dan kesulitan itu hal biasa.
Siap gagal. Pengusaha juga harus siap gagal. Saya pernah gagal, pernah rugi. Itu juga hal biasa. Tapi kita harus bangkit lagi. Mampu melobi. Ini keahlian yang harus dimiliki pengusaha.Termasuk networking. Jaringan dan jejaring. Kita tidak bisa mengerjakan semua. Kita juga harus mampu memadukan semua peluang yang ada. Nah ini bisa kita dapatkan dari networking.
Termasuk harus kreatifitas. Seorang pengusaha tidak mungkin bisa maju kalau tidak kreatif. Ada tantangan, hambatan dan kesulitan diselesaikan dengan kreatifitas. (suarapengusaha.com)
Putri Kuswisnu Wardani, CEO PT Mustika Ratu Tbk: Saya mengalami proses pembentukan mentalitas ini. Penggemblengan yang dilakukan orangtuanya, terhadap semua anaknya, menjadi bagian dari persiapan diri untuk menjadi pemimpin perusahaan di kemudian hari.
Butuh waktu 25 tahun untuk menggembleng dirinya untuk memahami seluk-beluk bisnis keluarga. Saat tampuk kepemimpinan akhirnya dialihkan sudah terbentuk menjadi pengusaha yang mau dan mampu melanjutkan kesuksesan orangtuanya.
Syaratnya harus mau dan mampu terjun langsung dan melanjutkan bisnis keluarga. Agar semua dijalankan sepenuh hati.
Kemampuan bisa didapati pewaris tahta bisnis keluarga dari pendidikan formal, maupun pengalaman langsung terjun di lapangan. Pengalaman terlibat dalam bisnis keluarga dari posisi bawahan semakin menguatkan mentalitas calon pewaris tahta.
Melalui pengalaman inilah, generasi kedua atau berikutnya bisa menilai apakah dirinya mampu melanjutkan bisnis warisan keluarga. Begitu juga dengan kemauan. Ketertarikan dan panggilan hati untuk melanjutkan bisnis keluarga diperlukan agar mampu menjalani perusahaan dengan maksimal. Generasi penerus bisnis keluarga hanya bisa tahu apakah ia mau dan mampu dengan mau mencoba dan melibatkan diri dalam berbisnis. (fiqhislam.com)
Hashim Djojohadikusumo, bos Comexindo International: Saya mulai bisnis pada 1976, waktu itu saya lulus dapat gelar S1. Saya putuskan tidak jadi pulang dan lebih banyak belajar di luar negeri, dan magang di Lazard [Lazard Freres Et Cie, bank swasta investasi di Prancis].
Ayah saya berhenti di pemerintahan pada 1978. Saya pulang pertengahan 1978, memulai bisnis. Dan link dengan ayah saya tidak ada langsung. Karena ayah, saya menjadi pengusaha pertama dari keluarga Djojohadikusumo, sebelumnya tidak ada. Di keluarga saya, hampir semua pegawai negeri, tentara, guru, atau profesor.Priyayi ya, keluarga kami kan priyayi.
Dulu yang prestisius pegawai negeri. Tetapi karena saya dididik di luar negeri, tidak ada [masalah budaya]. Di Amerika, menjadi pengusaha itu mulia. Banyak orang yang the best and brightest masuk bisnis.
Saat 1978 itu awal industrialisasi. Repelita I, dan II, kan lebih banyak untuk pertanian. Saya mempunyai bisnis trading domestik, lalu masuk perdagangan internasional. Terus berkembang untuk imbal beli pada 1980-an, dan masuk perkebunan sawit. Waktu itu saya berbisnis dengan kelompok dari Malaysia yang mempunyai Shangrila Hotel, Robert Kuok. Nah pada 1988 saya masuk industri, Semen Cibinong. (Bisnis Indonesia)
William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra Internasional dan Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk): (foto buletininfo.com): Adalah tipe manusia yang suka menghadapi persoalan dengan penuh tanggung jawab. Manakala prahara bisnis mengempasnya, lelaki yang menjadi yatim piatu sejak usia 12 tahun ini lebih memilih untuk tidak menghancurkan Astra yang dia lahirkan serta besarkan, sekaligus tidak merugikan pemegang saham minoritas. Dia memilih melepaskan harta demi memenuhi kewajiban dan tidak mencederai hak-hak orang lain. Secara bisnis, William memang jatuh, rebah menempel bumi. Namun sejarah menyaksikan dan mencatat segenap tindakannya dengan tinta emas. William menunaikan apa yang disebut sebagai noblesse oblige-nya.
Man of Honor adalah kisah kehidupan, spirit, dan kearifan seorang humanis, pebisnis, industrialis, dan nasionalis bernama William Soeryadjaya. Buku ini mengungkap value dan belief seorang entrepreneur yang membangun bisnis dengan penuh etika dan meletakkan kehormatan diri serta keluarga di atas segalanya. Dengan membacanya, kita memetik keteladanan dari seseorang yang berdiri tegak di atas nilai serta prinsip yang dianutnya demi keinginan yang selalu dipegangnya: menjadi berkat bagi sesama. [Man of Honor: Kehidupan, Semangat, dan Kearifan William Soeryadjaya (SC)]
Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, Pendiri PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (Bank Mayapada): Dalam menjalankan bisnis, perhatikan tiga hal utama. Pertama, harus mengetahui posisi keuangan/ kapasitas diri sendiri. Saya tidak akan melakukan sebuah bisnis, jika keuangan saya tidak sanggup. Saya tahu kekuatan dan kelemahan saya.
Kedua, memiliki tim kerja yang baik yang bisa mengimplementasikan gagasan-gagasan atau visinya. Ketiga, mengetahui bahwa bisnis tersebut memiliki masa depan.
Selain ketiga hal tersebut, meningkatkan kapasitas diri semakin hari semakin tinggi. Selalu ingin menjadi berkat bagi sesama, saya senang melihat orang-orang mendapatkan kesembuhan, mendapatkan pendidikan yang baik, dan mendapatkan pertolongan. Semua inilah yang menjadi filosofi hidup dan menjadi tumpuan untuk meraih kesuksesannya.
Pebisnis tidak hanya mencari keuntungan semata, melainkan memperhatikan aspek sosial. Hidup didedikasikan juga untuk kemajuan sejumlah bidang, seperti pendidikan dan olahraga. (Ia kerap menuai penghargaan, antara lain Chancellor Citation dari chancellor University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Sebelumnya Tahir telah menerima penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 dari Ernst & Young, penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (2011)/keseriusannya dalam pengembangan usaha kecil, Tahir dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, pada 2008]. (http://thepresidentpostindonesia.com)
Baca juga: Ini Kiat Sukses 5 Pengusaha Top-5