Bisnis.com, JAKARTA- Bertanyalah kepada Kristanto tentang ‘resep’ bagaimana meraih kesuksesan berkarir. Barangkali, dengan percaya diri dia akan menjawab sederhana. “Prinsip saya, bekerja untuk Tuhan.” Demikian kalimat itu diutarakan sebagai suatu hal yang diyakini dalam hidupnya.
Kris, begitu dia disapa, masih ingat betul ketika meniti karir selepas kuliah. Pada 1982, dia mencoba peruntungan bekerja di sebuah departemen pemerintahan. Pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini merasa tidak betah dengan nuansa kerja di pemerintahan. Dia hanya mampu berkarir setahun dan mulai hengkang mencari pekerjaan lain.
Dia sadar, iklim kerja di pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bekerja di pemerintahan, dia mencium ada sesuatu yang tidak sreg dengan prinsip hidupnya. Tak lama kemudian, pada 1983, dia mencari pekerjaan lain yang cocok dengan hati dan nuraninya. “Saya lihat dalam sebuah surat kabar, bahwa ada lowongan kerja di PT Astra Internasional Tbk. Saya tak menyia-nyiakan untuk melamar,” katanya.
Nasib Kris beruntung. Dari ratusan pelamar yang masuk, dia terpilih dan langsung didaulat sebagai penanggugjawab pada Management Trainee PT Astra International Tbk., Bidang Human Resources Development. Di situlah perjalanan karirnya dimulai.
Dalam beberapa tahun, dia dipercaya perusahaan untuk menanggungjawabi pada divisi Training & Development Supervisor pada 1984-1985, Human Resources Development Department Manager Honda Division pada 1985-1989, dan merangkap sebagai Human Resources Development Department Manager di PT Mitra Pinasthika Mustika 1986-1989.
Pada 1990, Kris dipercaya perusahaan untuk memegang kendali sebagai General Manager Human Resources Development di PT Federal Motor (kini Astra Honda Motor). Sejak itu, dia mendapatkan banyak pelajaran tentang proses produksi perusahaan. “Kalau di Honda Division, saya lebih bertanggungjawab terhadap penjualan produk. Di sini, saya lebih banyak bergelut di masalah teknis dan produksi,” katanya.
Pria macam Kris memang patut diteladani. Di mana pun dia ditempatkan, semangatnya tak pernah gentar. Baginya, tugas yang diberikan perusahaan adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi. Ketekunan dan keuletan dalam pekerjaan terus dia terapkan hingga menghasilkan karya yang kerap dipuji perusahaan.
Perjalanan karir Kris terus mendapatkan tantangan. Perusahaan memberikan dia sebuah tanggung jawab untuk mendirikan sebuah sekolah teknik. Di sinilah otak dan kemampuannya diuji. Namun, Kris tak pernah menyerah. Dia diberikan tugas sebagai Project Manager Pendirian Akademi Teknik Federal, PT Federal Motor pada 1994-1995. “Saya tidak punya latar belakang mengajar, tetapi saya anggap tawaran tersebut sebagai pengalaman berharga.”
Untuk meng-goal-kan rencana tersebut, Kris tak tinggal diam, Dia mencoba bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Solo dan Instititut Teknologi Bandung (ITB). Dia mengeluarkan unek-unek, konsep dan gagasan tentang rencana sekolah yang ingin dibangun saat itu.
Rencananya berhasil, dalam lima tahun, sebuah sekolah yang dinamakan Politeknik Manufaktur Astra menghasilkan lulusan-lulusan andal. Para siswanya berhasil lulus dan langsung banyak diterima kerja. Karirnya sebagai Wakil Direktur Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen (Lektor Madya) Politeknik hingga Pembantu Direktur (PUDIR) Bidang Kemahasiswaan menjadi pengalaman baru baginya.
Pada 2005, Kris ditarik kembali untuk berkarir sebagai General Manager Corporate Communication di PT Astra Honda Motor (AHM). Tugasnya di divisi ini memang membuat Kris lebih mengeksplorasi diri. Dia mengaku senang banyak bertemu dengan beberapa kawan media dan masyarakat secara dekat.
Namun, bukan berarti tugas untuk divisi ini sepele. Kris ingin melayani masyarakat dan membuat perusahaan memiliki imej baik. Di divisi ini, Kris juga ditugasi untuk melaksanakan program corporate social responsibility (CSR) yang bermanfaat bagi masyarakat membutuhkan. “Di divisi ini, saya menghabiskan waktu hampir delapan tahun. Dan banyak sekali pelajaran yang didapat selama saya bertugas,” paparnya.
Sebagai General Manager Corporate Communication, Kris terus mencoba menyajikan layanan kepada publik bagaimana memberikan pemberitaan sesuai data yang lengkap. Dia tak ingin disamakan dengan perusahaan lain yang kerap tidak bersahabat dengan publik. Justru, katanya menyajikan pemberitaan dari hasil data yang diberikan bakal membuat imej perusahaan lebih baik.
Karir Kris di PT Astra Internasional Tbk., memang terbilang lama. Dia menghabiskan hampir separuh usianya di perusahaan yang membesarkan dirinya. Selama 30 tahun, pria murah senyum ini mengabdi dan taat kepada perusahaan, sampai tiba waktunya untuk pensiun pada 2013. Namun, perusahaan malah memberikan tugas untuk mengelola sebuah yayasan.
Pada awal 2014, Kris menangani tanggung jawab baru menjadi Sekretaris Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA MDR). Yayasan ini didirikan pada 2009 dengan nama Yayasan Astra Bina Pendidikan yang khusus mengelola bantuan pendidikan untuk daerah pra sejahtera.
Nama tersebut diganti pada 2010 menjadi YPA MDR guna menghormati almarhum Michael D. Ruslim. Visi YPA MDR sendiri membantu sekolah-sekolah yang berada di daerah pra sejahtera. Yayasan ini juga didirikan bertujuan meningkatkan kualitas, intelektual dan kompetensi life skill masyarakat berkarakter guna membangun bangsa.
Yayasan yang ditangani Kris juga bertujuan membantu sekolah dengan beragam jenjang mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Kejuruan. YPA MDR saat ini fokus di sejumlah wilayah antara lain Leuwiliang, Yogyakarta, Lampung, Kutai Barat dan Pacitan. Hingga saat ini, yayasan tersebut sudah membina lebih dari 42 sekolah binaan berjumlah lebih dari 9.534 siswa dan 638 guru.
“Karena salah satu latar belakang yang saya miliki di bidang sosial, saya ke depan ingin memajukan pendidikan terutama sekolah-sekolah yang kurang sejahtera. Tahun ini saya sudah mobile ke beberapa daerah memantau sekolah-sekolah,” paparnya.
Mendekatkan Diri dengan Anak Buah
Bagi Kristanto, PT Astra Internasional Tbk., adalah sekolah kedua. Maklum, selama 30 tahun, Kris, sapaan akrabnya mengabdi di beberapa anak perusahaan Astra. Karir dan kesuksesan sudah dia dapatkan dengan banyak memakan asam garam kehidupan. “Kalau mau dibilang sukses, kesuksesan yang saya dapatkan bukan atas nama pribadi, tetapi kerja sama tim,” katanya.
Pernyataan Kris tersebut memang ada betulnya. Sejak berkiprah di Astra, Kris tidak sendirian. Membangun tim yang solid adalah salah satu kunci kesuksesan perusahaan terutama divisi yang dinaungi. Kris punya strategi khusus bagaimana membangun tim yang baik. Dia menerapkan pola pertemanan dengan semua anak buah.
“Saya ini orangnya tidak pernah marah kepada bawahan. Saya justru membiarkan anak buah untuk kreatif dan banyak menelurkan gagasan cerdas,” ujarnya.
Nama Kristanto, khususnya di PT Honda Astra Motor, anak perusahaan PT Astra International Tbk., memang melekat sebagai salah satu pemimpin yang ramah, pandai bergaul dan terbuka. Dia menganggap rekan kerja sebagai partner yang harus didengar. Pernah suatu waktu, pria gemar menyanyi itu berencana keluar dari Astra, tetapi dia berpikir ulang bahwa tidak ada perusahaan yang lebih baik dari Astra.
Kris mengklaim, sistem managemen perusahaan PT Astra International Tbk., tidak ada yang menandingi. Sistem kekeluargaan yang melekat hingga saat ini menjadi poin penting dalam hidup Kris. Jika diibaratkan, PT Astra International Tbk., merupakan lahan tanah subur, sementara Kris lah yang harus memupuknya hingga menghasilkan buah yang bagus.
Kris punya ‘jurus’ khusus bagaimana dia menciptakan keakraban kepada kolega dan bawahan. Keberhasilan yang didapat perusahaan, katanya, bukan semata-mata diciptakan oleh atasan, tetapi hasil kreasi dan inovasi bersama. Untuk itu, dia tak pernah lupa untuk mengajarkan nilai-nilai kekerabatan untuk iklim kerja yang sehat dan nyaman.
“Gaya kepemimpinan saya adalah demokratis. Saya tidak pernah teriak-teriak kepada anak buah. Jadi biarkan mereka mengoreksi diri sendiri. Bukan karena atasan yang marah,” paparnya.