Bisnis.com, JAKARTA - Bak jamur di musim hujan, jumlah pebisnis yang meramaikan pasar cincin batu permata kian banyak. Melihat persaingan makin ketat, pelaku usaha baru harus mampu menawarkan keunikan dan ciri khas tersendiri agar bisa menarik perhatian konsumen.
Prinsip inilah yang dipegang oleh Arnoldy dan Rio. Kakak beradik asal Manado, Sulawesi Utara ini merintis bisnis cincin batu permata sejak 2 tahun lalu.
Berbeda dengan pelaku usaha lain yang menjual beragam jenis batu, Arnoldy dan Rio hanya menawarkan batu bacan (chrysocolla). Batu asal Pulau Bacan yang terletak di Halmahera, Maluku Utara tersebut memang sedang populer di kalangan penggila batu di Tanah Air.
Ide mereka menawarkan perhias batu bacan bermula dari pengalaman Arnoldy. Beberapa tahun lalu, dia melihat beberapa teman gemar mengoleksi batu berwarna hijau dengan sentuhan rona cokelat itu.
Awalnya, saya tidak percaya kala orang bilang batu bacan bisa berubah warna menjadi kristal. Karena penasaran, saya membeli batu bacan dan menggosoknya terus-menerus. Ternyata, warna batu tersebut perlahan berubah, ujarnya.
Selain ketagihan menggosok batu, Arnoldy juga melihat peluang bisnis nan menggiurkan. Dia pun datang ke Halmahera untuk membeli bahan baku batu bacan. Untuk produksi, dia berkiblat pada teknik penggosokan dan produksi batuan yang dipopulerkan oleh perajin asal Taiwan.
Menurutnya, warna batu bacan yang diproduksi di Taiwan lebih berkilau dan halus. Selian itu, mereka juga mampu menghasilkan cincin bermodel trendi yang cocok untuk pria dan wanita. Setelah sebelumnya hanya membuat cincin pria, Arnoldy mulai memproduksi cincin wanita.
Saya melihat model cincin batu bacan Taiwan sangat indah. Bahkan, banyak selebriti perempuan yang memakainya. Saya pikir konsumen Indonesia juga akan menyukainya, Ujarnya.
Harga cincin batu bacan merek Big Brother Gemstone dibanderol berbeda-beda. Untuk cincin perempuan, Arnoldy mematok harga mulai dari Rp4,5 jutaRp9 juta per buah.
Adapun, cincin pria memiliki harga lebih tinggi yakni Rp10 jutaRp15 juta per item. Harga tersebut disesuaikan dengan ukuran dan kualitas batu. Omzet yang didapat pun bervariasi. Namun, dia mengaku mampu mengantongi uang hingga Rp100 juta--Rp150 juta setiap pameran. []