3. Bonekaminiatur
Berbeda dari dua pemain sebelumnya, usaha miniatur boneka bermula dari keinginan Umi Mufarikhah dan Dewi Alia Indah yang bertempat tinggal di Kendal, Semarang untuk menekuni bisnis yang berangkat dari hobi mereka.
Keduanya ingin mengembangkan hobi membuat prakarya tangan menjadi sebuah bisnis yang bisa mendatangkan rupiah. Usaha tersebut dimulai pada 2009 dengan membuka galeri. Pada 2012, bisnis yang bernaung di bawah merek bonekaminiatur ini mulai merambah jalur pemasaran online, lewat Instagram.
Bisnis utama dari bonekaminiatur adalah miniatur boneka profesi dan buket boneka. Umi mengaku biasanya mereka menerima pemesanan dalam jumlah besar, misalnya untuk suvenir pernikahan atau wisuda kampus.
Untuk memenuhi seluruh pesanan, bonekaminiatur memperkerjakan lima orang ibu rumah tangga. Seluruh produk yang dibuat bonekaminiatur adalah murni hasil kerja tangan, dengan berbahan dasar kain flanel dan perkakas menjahit lainnya.
Kreasi tangan itulah yang menyebabkan barang hasil produksinya tetap diminati para konsumen karena memiliki ciri khas dan sentuhan yang berbeda dari produk kompetitor.
Harga yang dipatok untuk produk tersebut cukup variatif mulai dari Rp60.000—R p500.000. Sementara itu, buket boneka dihargai Rp100.000—Rp700.000, tergantung diameter buketnya. Pihaknya juga menawarkan ukuran kostum bagi calon konsumennya.
Untung bersih yang bisa didapat oleh keduanya dari bisnis ini mencapai Rp20juta—Rp30 juta per bulannya, dengan perhitungan pesanan yang masuk sekitar 200 miniatur boneka profesi dan 100 buket boneka. “Kami menyasar anak muda sebagai segmen pasarnya. Biasanya mereka membeli untuk bingkisan ulang tahun, wisuda, pernikahan, dan lamaran.”
Tantangan bisnis ini, menurut Umi, terletak pada sumber daya manusia yang bisa dididik untuk menghasilkan karya yang baik. Sampai saat ini, Umi mengaku proses produksi masih terkendala karena keterbatasan karyawan. Alhasil, mereka hanya mengandalkan para ibu rumah tangga yang bertempat tinggal dekat rumahnya. Padahal, pesanan yang masuk terhitung cukup besar.
“Produk kami murni hasil karya tangan, makanya agak susah mencari tenaga yang terampil untuk bisa dijadikan sebagai pekerja tetap. Kami baru mendapat pekerja sementara dari ibu rumah tangga saja.” ()