Bisnis.com, MATARAM- Cita rasa pedas menggigit terasa ketika pertama kali mencicipi sambal belut khas Lombok. Bagaimana tidak, salah satu kuliner khas asal Pulau Seribu Masjid ini memang terbuat dari olahan cabai dan belut segar yang digoreng kering.
Berawal dari salah seorang kerabat Lina Deviana, yang ingin mencicipi kuliner khas lain asal pulau Lombok yang bercita rasa pedas, maka Lina menyuguhkan sambal belut. Tak disangka, respons yang didapat begitu positif dan mulai dikenalkan dari mulut ke mulut.
"Awal dimulainya bisnis ini sejak 2014. Waktu itu secara tidak sengaja salah seorang teman ingin mencoba seperti apa sih sambal belut ini. Jarang ada yang jual sambal belut juga," ujar Lina kepada Bisnis.
Berawal dari promosi teman-temannya tersebut, Lina mulai mencoba menjajal untuk menjual produknya. Namun, saat itu dirinya hanya berani untuk membuat sambal sesuai pesanan. Para pecinta pedas nampaknya cocok dengan rasa sambal buatan Lina. Kini, produksi sambal belutnya tidak hanya tergantung pesanan, tetapi sudah siap dinikmati setiap hari.
"Banyak yang bertanya, apakah ini sambal saja atau sudah ada belutnya juga? Jadi ini sambal isinya belut yang sudah digoreng kering lalu diberi bumbu pedas khas Lombok, sehingga kita namakan sambal belut Khas Lombok," papar Lina.
Cita rasa pedas yang dihasilkan berasal dari cabai segar dan bukan berasal dari merica. Cabai yang dipadukan dengan beberapa bahan tradisional Lombok ini lantas menjadi penikmat lidah para pemburu pedas di Pulau Lombok.
Belut yang digunakan pun adalah belut sawah hasil tangkapan para pencari belut, jadi bukan menggunakan belut budidaya. Menurut wanita 31 tahun ini, citarasa belut budidaya akan berbeda dengan belut hasil tangkapan dari sawah.
"Daging belut terkenal lezat dan gurih. Selain memiliki banyak kandungan gizi, rasa gurih yang terdapat pada daging belut merupakan kenikmatan tersendiri bagi para pecinta belut. Apalagi jika dibalut sambal pedas, ini rasanya luar biasa nikmat," ujar Lina.
Untuk memanjakan para pecinta pedas, Lina menyediakan tiga level sambal belut yaitu level atau tingkat kepedasan yaitu level sedang, pedas, dan super pedas. Harga sambal belut pun dibanderol mulai dari Rp60.000 untuk kemasan 220 gram.
Setiap hari Lina memproduksi sekitar dua hingga tiga kilogram belut segar. Jika ada pesanan dari reseller, jumlah ini bisa meningkat hingga tiga kali lipat.
"Selain belut, kami juga memproduksi sambal daging sapi, sambal ikan asin, dan sambal ayam. Tapi yang menjadi best seller adalah sambal belut itu," ujarnya.
Lina mengatakan sangat terbantu dengan adanya media sosial dalam proses penjualan produknya. Pasalnya, sejauh ini dia belum membuka toko yang secara khusus menjual produk sambal olahannya. Dengan adanya sosial media, produk sambal belut buatan Lina sudah dijual hingga daerah-daerah lain seperti Medan, Pekanbaru, Maumere, Makassar, dan beberapa kota lainnya di Indonesia.
"Ada juga beberapa teman yang akan berlibur ke luar negeri. Karena daya tahan sambalnya lumayan lama bisa sampai 3 minggu kalau di luar kulkas, kalau di dalam kulkas bisa lebih dari 1 bulan," tutur Lina.
Dalam menjalankan bisnis ini, Lina mengaku tantangan berasal dari munculnya kompetitor. Namun, Lina optimistis produknya bisa tetap bersaing mengingat cita rasa Lombok. Selain itu, guna memperbesar target market, Lina berencana untuk melakukan kerja sama dengan pusat oleh-oleh khas Lombok.
Lina juga berharap sambal belut khas Lombok bisa menjadi salah satu alternatif oleh-oleh yang dicari wisatawan saat berkunjung ke Lombok. Dalam upaya menggapai harapan tersebut, Lina menargetkan bisa memiliki toko khusus yang menjual produk-produk olahan sambal miliknya. (k16)