Bisnis.com, JAKARTA- Berawal keinginan untuk memberikan rangkaian bunga favorit kepada kerabatnya yang berulang tahun, membuat Inas Shonya berinisiatif untuk membuatkan sendiri hadiah tersebut.
"Saya memang suka dengan bunga, dan pada 2015 itu kerabat saya ulang tahun ke-25. Saya pikir kenapa tidak saya berikan rangkaian bunga favorit," ujar Inas saat menceritakan awal mula ide bisnis bunga ini.
Melalui Rhea Florist yang dikembangkannya dengan modal awal Rp500.000 bersama Agustinus Surya Mahendra, Inas banyak menerima pesanan rangkaian bunga dalam kotak atau boks. Jenis bunga dalam boks menurut Inas menjadi salah satu pilihan favorit pembeli. Warna-warna terang dan kesan dusty banyak dimainkan Inas untuk membedakannya dengan florist lain.
Saat ini, banyak calon pengantin yang memilih konsep rustic atau lebih mengutamakan daun ketimbang bunga. Konsep ini, disebut Inas memang memiliki kesan ramai namun tetap terlihat elegan. Selain itu, pilihan jenis round bouquet dengan warna-warna pastel dan dusty menjadi pilihan jika ingin menggunakan bunga tanpa daun.
"Kami lebih mengutamakan penggunaan fresh flower baik lokal maupun impor agar kualitas bunga tetap terjamin dan tidak layu saat digunakan," ujar Inas.
Wanita usia 24 tahun itu mengaku, saat ini Rhea Florist lebih banyak menggarap rangkaian bunga untuk pernikahan. Mulai dari wedding bouquet hingga rangkaian bunga di tempat acara. Setidaknya, dalam satu bulan Inas melalui tim Rhea Florist mampu menangani hingga 20 wedding bouquet dan 15 rangkaian bunga.
Sadar bisnisnya bergelut dibidang seni, Inas tidak meyakini harus tetap bisa menjaga inovasi dan kreasi rangkaian bunga yang dibuatnya. Bertanya pada 'mbah Google' pun dilakukannya hingga berinovasi dengan mencampur beberapa teknik merangkai bunga.
Lantaran banyak menggunakan bunga segar sebagai bahan utama untuk rangkaiannya, Inas mengaku cukup kesulitan jika order menumpuk dikala musim yang tidak bersahabat. Pasalnya, tidak jarang bunga segar tidak bisa dipanen karena cuaca yang tidak mendukung.
"Tantangannya itu bagaimana caranya supaya stok dan permintaan bisa balance, karena sering bunga kosong karena hujan dan petani tidak bisa panen," tuturnya.
Setelah dua tahun menggeluti bisnis ini, kini dalam satu bulan Inas mampu mengantongi omzet Rp10 juta hingga Rp15 juta. Dengan omzet yang ada saat ini, perempuan asal Bali ini percaya bahwa bisnis rangkai bunga masih memiliki peluang.
Dia menargetkan dalam tiga tahun ke depan, Rhea Florist akan dikembangkan menjadi wedding organizer dengan suplai bunga yang dikerjakan secara in-house.
Untuk mengenalkan produk rangkaian bunganya, Inas mengatakan banyak menggunakan sosial media seperti instagaram @rhea_florist2 dan juga brosur yang disebarkan di beberapa hotel yang ada di pulau Dewata.