Bisnis.com, JAKARTA- Jika sebagian orang memilih untuk berbisnis sebagai salah satu menu yang disajikan dalam usaha kafe, berbeda halnya dengan bisnis yang dilancarkan Yaya Ardiansyah.
Dengan merek panganan Roti Bakar Parahyangan, Yaya beserta timnya melayani konsumen yang lalu lalang di jalan.
Roti bakar dengan 17 ragam menu isi disajikan dari gerobak yang mangkal di sejumlah titik jalan atau yang mangkal di teras minimarket.
Industri yang dibangu yana utamanya sebenarnya adalah membuat roti yang memiliki jaringan pemasaan utama yang dibuat sendiri, yaitu ke pedangang yang menggunakan gerobaknya untuk menyajikan roti dan sesuai menu arahan Yaya dari gerobak.
Namun untuk mengoptimalkan serapan pasar atas roti yang dibuatnya, Yana membuat gerobak roti Parahyangan yang bisa digunakan pedagangan yang telah lolos dalam tahap seleksinya.
“Gerobak itu di hak guna pakai pedagang. Tidak ada bayaran. Silakan pakai hanya wajib ikuti aturan usaha. Kalau ditemukan beli produk ke orang lain walau sebagian dia kena sanksi,” kata Yana.
Selain milik sendiri, ada juga gerobak yang dibuat dengan menjalin kerja sama dengan sejumlah mitra. “Kalau saya harus bikin bukan gak bisa butuh tempt harus lega.”
Selanjutnya pedagang membeli roti dari Yana lengkap dengan sejumlah isianya.
Untuk isi atau selai yang akan menjadi ragam menu roti bakarnya, Yana menjalin kerja sama dengan produsen pembuat selai selai storberi nanas kacang bluberry, coklat butr, keju.
“Pedagang tidak ada yang digaji, namun menu roti bakar sama mulai dari Cikarang sampai Jati Asih,” kata Yana.
Biasanya satu gerobak menjual antara 30-80 roti bakar setiap harinya. Roti dibeli dari yana dengan harag Rp3.500 per satuannya,s edagkan selai Rp15.000 per kilogram.
Setelah membayar uang sewa tempat, membayar listrik dan lainya, keuntungan pedaangan sekitar Rp3.000 per satu roti bakar ang dijual. “”Mereka wjib bayar sebanyak barang bawa. Bawa jual lebih berapa hak mereka.”
Pedagang roti bakar yang menjadi mitranya ada yang tinggal di sekitar tempatnya membuat roti yaitu di kawasan Cibitung, Bekasi Timur atau Karang Setra di bekasi Utara, dan membeli roti yang darinya serta isinya sebelum membuka daganganya mulai pk 16 sampai pk. 24.00 WIB.
Lainnya tinggal tidak dekat lokasi tempat yana membuat roti, dan cara mengambil roti sdan dsealainya bisa dilakkan sendiri ata diantar.
Saat ini ada 80-90 gerobak yang tersebar di sejumla tempa di Bekasi. “Kebanyakan di komplek perumahanan orang banyak keluar masuk.”
Yana merintis usaha membuat roti setelah bekerja sekaligus menimba ilmu industri tersebut selama tiga tahun. Dia mulai membangun idnustri rotinya sejak 2002.
Kekuatan roti yang dibuatnya adalah menjyajikan roti bakar yang tidak menggunakan pengawet.
Untuk itu, Yana tidak memperkenakankan edagang menyetok roti untuk dijual selama tiga hari ebrdaganga.
“Roti tak pakai pengawet. [Tahan 3 hari., anak-anak [pedaganga] saya larang bawa roti di atas 2 hari. Paling banyak [sekali beli ] 160 roti. Dua hari tidak laku, masih ada hari ketiga,” kata Yana.
Dengan jaringan pemasaran lewat pedaganag roti bakar dari gerobak yang disediakannya, yana bisa memasarkan roti tanpa pengawetnya.
Saat ini Yana membidik untuk menambah okasi tempatnya membuat roti. Setelah Cibitung, dia menangun Karang Satria yang sudah berjalan dalam dua tahun terkahir.
Yana yang berasal dari Ciamis, Bandung, Jawa Barat mencoba peruntungan diluar kota kelahirannya, dan dia memilih Bekasi. Wilayah Ciitung yang menjadi lokas untuk membensarkan industri rotinya.
“Saya menilai di [wilayah] Bekasi, Cibitung [itu] ada di poros tengah,”kata Yana.
Setelah Cibitung di beasu Timur, dan Katang Satria di Bekasi Utara, Yana mensasar Bekasi Barat, Pondok Gede dan Cileungsi.
“Setidaknya bekasi ujung ke ujung kita pegang pemasaran. Pabrik roti banya tapi roti bakar jarang,” katanya.
Dia mengemukakan untuk sukses industri roti, pengalaman dalam membuat adonan menjadi hal utama.
Tuntutan untuk menjalan usaha tersebut bukans emata memeili modal cukup dan mampu membeli peralatans eperti mixer atau alat pencetak dan pemanggang, tapi mesti ahli dalam membat adonan hingga tidak gagal.
“Roti bahan tidak bisa didur ulang, adonan gagal itu dibuang Harus hati hati,” katanya.
Dia mengemukakan hal ain yang mesti menjadi perhaian pengusaha industri roti adalah upaya yantuk mejaa kualitas.
“”Saya jual ke jaringan,” kata Yana,