Bisnis.com, JAKARTA — Tanpa disadari, saat ini masyarakat terjebak dalam era bubble produk. Penggelembungan produk sejalan dengan meningkatnya konsumsi dan pendapatan.
Saya mau bercerita tentang pengalaman saya ketika masih bekerja. Satu saat, saya mengikuti rapat di perusahaan. Kebetulan, perusahaan saya saat itu mau meluncurkan produk pasta gigi, mereknya Prithodent.
Prithodent digenjot untuk bisa menyaingi produk yang saat itu sudah melekat di masyarakat yakni Pepsodent.
Wah saya berpikir, bagaimana caranya kita bisa melawan Pepsodent, sedangkan anak-anak balita saja sudah nonton iklannya. Dari anak 5 tahun sampai eyangnya pun sudah tahu iklan Pepsodent. Saat itu, para petinggi bilang “Saya dulu yang launching Pepsodent dan dulu juga belum ada Pepsodent tapi ada Odol.”
Jadi begini, bila Anda punya pikiran top of mind, pasti isinya adalah jajaran merek teratas. Isinya ya mulai dari Teh Botol Sosro, Lux, Rinso, Rejoice, pasta gigi Enzim, Pepsodent, Gillette, Oral-B, Indomie, Nutrisari, Promaag, Hemaviton, dan Bodrex.
Merek itu sudah melekat kuat. Kenapa kok kita sulit mengalahkan mereka para top of mind? Karena inilah efek akibat dari Revolusi industri. Menghasilkan Buble produk. Bayangkan zaman dulu semua makan kacang pilus, zaman jadul nelayan berangkat ke laut bawa kacang pilus. Tapi sekarang bawa Sozis. Bawa sosis Kimbo. Bawa Pop Mie.
Zaman old kita makan di warteg atau Soto Lamongan, di trotoar amigos agak minggir got sedikit kita nongkrong makan Soto. Sekarang makan di Up normal.
Jadi terjadi peningkatan atau penggelembungan konsumerisme. Tadinya cukup makan Soto Rp14.000 sekarang tambah topping kornet, black pepper beef, atau ravioli. Minum juice sirsak nongkrong di lantai atas warung Up normal.
Lantas, apa pesannya? Dari dulu sampai sekarang, orang bisnis itu ya dasarnya sama. Produk yang dimiliki yang hampir sama. Mereka besar karena meningkatnya konsumsi dan pasti ditopang oleh kredit bank.
Inovasi dilakukan, ya tentu saja, tapi basis layanan yang mereka miliki tetap sama. Kalau Anda kreatif, ya tinggal mengembangkan produk yang ada saat ini lalu diberi sentuhan sedikit. Kalau butuh modal, ya tinggal ke bank.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Motivator Uang.
Penulis buku seri Money Intelligent, New Money, dan New Money: Riba Siapa Bilang?
Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: [email protected]