Bisnis.com, JAKARTA – Siapa sangka merajut kini bisa menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan. Berbekal kreativitas, kegiatan tersebut bisa menghasilkan beragam produk unik dan bernilai jual.
Apabila dahulu rajutan identik dengan pakaian, kini kerajinan tangan itu telah merambah ke aksesori, seperti sarung tangan dan kaos kaki. Bahkan, rajutan juga bisa dikreasikan menjadi dekorasi untuk ruangan. Misalnya, sarung bantal dan tempat tisu juga dibuat dengan sentuhan tersebut.
Bukan hanya itu, banyak juga perajin rajutan juga mulai memproduksi tas, dompet, dan sepatu rajut. Selain tampak modis, sentuhan rajut pada produk fesyen tersebut juga menimbulkan kesan kasual. Hal tersebut membuat penggunanya terlihat unik dibandingkan dengan produk fesyen konvensional.
Bagi kaum hawa, tas dan sepatu rajut tersebut bisa menjadi aksen tersendiri dalam kelengkapan gaya berbusana. Sebab, aneka aksesori itu bisa dipadukan dengan berbagai macam gaya busana, mulai dari formal hingga kasual.
Makanya, tidak mengherankan ketika saat ini tren tas dan sepatu rajut menjamur di kalangan perempuan. Bahkan, bisa jadi produk kerajinan itu menjadi alternatif ketika bosan mengenakan tas atau dompet dengan material lainnya.
Di sisi lain, maraknya produk fesyen dengan seni rajut juga turut berkontribusi bagi pemberdayaan perempuan, mengingat sebagian besar pelaku usaha tersebut merupakan kaum hawa. Istimewanya, di antara mereka sudah berhasil memasarkan produknya ke mancanegara.
Terinspirasi Kenangan Bersama Nenek
Kenangan bersama dengan nenek menjadi inspirasi bagi Astri Chintia Dewi dalam mengawali usaha kerajinan rajutannya. Astrid mengaku, saat masih belia tidak tertarik dengan seni merajut yang biasa dilakukan oleh neneknya.
Namun semuanya berubah. Terutama, setelah berumah tangga dan melihat keponakannya meminta untuk diajari teknik dasar merajut, dia lantas kepincut dengan hal tersebut. Astrid mempelajari seni itu melalui Youtube dan Pinterest untuk mencari inspirasi rajutan modern.
Dari situlah, dia berniat untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga dengan memproduksi dompet berukuran besar bermotif granny square. Dia pun lantas mem-posting hasil karyanya di media sosial, Instagram dengan nama akun Achieds Art.
Tak disangka, postingan Astrid mendapatkan respons positif dari beberapa teman-temannya. Sebagian besar mengaku tertarik dengan produk rajutan yang dia hasilkan. “Dari situlah mereka memesan satu persatu rajutan saya,” jelasnya kepada Bisnis.
Setelah sukses dengan produksi pertamanya, dia lantas mencoba membuat produk lain seperti tas, pakaian bayi berupa seperti kardigan, sepatu, syal, dan kopiah. Selain itu, dia juga memproduksi perabot dekorasi rumah, mulai dari sarung bantal, kotak tisu, taplak meja, bed cover, hingga boneka rajut.
Menurutnya, hobi rajut yang terinspirasi dari neneknya cukup menyenangkan. Hobi yang semula dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang, kini telah beralih menjadi bisnis yang bisa menambah pundi-pundi rupiah.
Astrid mengatakan, awal kali dia mendirikan bisnis tersebut hanya membutuhkan modal sekitar Rp2 juta. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku yang diperoleh dari toko-toko kerajinan.
Sejak awal mendirikan bisnis rajutan, dia mengaku belum mempekerjakan seorang karyawan. Semua dia lakukan sendiri termasuk mendesain model produknya. Bahkan, dalam hal pemasaran, dia hanya mengandalkan media sosial Instagram dan Facebook.
Bisnisnya sempat terkendala dalam pemasaran produk. Hal ini karena beberapa pelanggan merasa harga yang dibanderol cukup mahal. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, pangsa pasarnya terus bertambah.
“Jadi untuk mengatasi tantangannya, saya menjelaskan ke pelanggan bahwa produk saya ini handmade dan butuh proses dalam pengerjaanya. Berbeda dengan produk buatan mesin.”
Selain dari lingkaran pertemanan, produk Astrid kini juga diminati berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga kalangan kelas menengah ke atas. Pelanggannya berasal dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, hingga Papua. Sementara itu, untuk konsumen dari luar negeri, dia baru mendapatkan pesanan dari Toronto, Kanada.
“Ada negara lain juga, tetapi sebagian masih kendala di ongkos kirim. Beberapa pernah ada yang tanya lewat pesan Instagram berapa ongkirnya kalau ke negara mereka.”
Dari sekian banyak produk buah tangannya, tas rajut Puff Flower Bag dan Sunburst Bag yang paling diminati oleh konsumen. Pasalnya, kedua tas tersebut bisa digunakan baik untuk acara formal maupun non formal. “Model tas yang saya buat tidak pasaran dan mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan perajut lainnya.”
Harga produk rajutan Achieds Art dibanderol mulai dari Rp250.000 hingga Rp400.000 per barang. Setiap bulan dia berhasil menjual produknya sekitar 8 produk. Dari penjualan itu, dia pun mendapatkan omzet minimal senilai Rp3 juta per bulan.
Tulisan ini sudah pernah tayang di Bisnis Indonesia Weekend edisi 14 April 2019