Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 meluluhlantakkan seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, baik sosial, ekonomi, budaya, dan kemanusiaan.
Daya beli masyarakat melorot hingga level terendah, pengusaha bermodal pas-pasan harus gulung tikar, pengusaha kelas kakap juga mulai oleng.
Sejumlah mal tutup, beberapa pabrik merumahkan pekerjanya bahkan, tak ada jalan lain selain mengambil keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kondisi tersebut sangat disadari betul oleh duo sekandung asal Desa Tatakarya, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
Kakak beradik, Tri Widhianto (28 tahun) dan Okta Yudhi Kusuma (26 tahun) juga ikut terimbas tsunami ekonomi akibat pendemi ini.
Tri Widhianto dengan bisnis pasokan sayuran ke sejumlah restoran mulai kehilangan order lantaran beberapa restoran langganannya terpaksa harus tutup gerai.
Nasib serupa juga dialami adiknya, Okta. Dia mulai kehilangan orderan percetakan untuk kebutuhan berbagai perusahaan setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Padahal sejatinya, mereka memiliki mental tangguh dan daya juang tinggi sebagai pebisnis, kendati pundi-pundi bisnis yang mereka geluti terpaksa harus ikut terimbas virus Corona dan kini ikut sekarat.
Namun, semangat tak pantang menyerah perantau dari “The Gateway of Sumatera” ini patut diapresiasi. Kedua anak muda tangguh ini cukup jeli melihat setitik harapan. Intuisi bisnisnya masih peka menangkap peluang.
Tri Widhianto menuturkan sekalipun masyarakat tak boleh keluar rumah karena mengikuti ketentuan PSBB, namun tetap saja warga atau setiap orang pasti butuh makan. Mereka tentu tetap menginginkan harga wajar, apalagi di saat daya beli masyarakat ikut turun.
“Kami hanya ingin masyarakat bisa tetap menjalani social dan physical distancing dalam masa PSBB ini tanpa harus khawatir kebutuhan sembako mereka terhambat. Kita tetap menjamin kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi dengan harga yang wajar,” jelas Tri dalam keterangan resmi, Senin (4/5/2020).
Sementara, kata Okta, keterpanggilan dirinya dengan kakaknya untuk memulai bisnis baru namun dengan harga wajar sampai ke konsumen itu dikarenakan rasa sensitivitas terhadap kondisi masyarakat yang makin lemah secara ekonomi.
“Ini dikarenakan tak sedikit pebisnis yang mencoba meraup keuntungan tanpa peduli merasakan penderitaan masyarakatnya. Untuk itulah kita hadir jangan dan tidak seperti itu,” tandas Okta yang lulusan Fisip UI.
Duet kakak beradik ini pun kompak membangun bisnis anyar dengan tujuan menekan angka PHK dan membantu memberi pilihan pendapatan lain saat warga masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan.
Bisnis anyar mereka itu adalah penyediaan sembako dengan nama Lumbung Farm.
“Ide ini muncul untuk menyelamatkan para karyawan dari gelombang PHK,” ungkap suami Banik Yoandanny, generasi ketiga pemilik Resto Manyung Bu Fat ini.
Komitmen mereka tak main-main soal bisnis. Berbagai paket sembako murah disediakan seperti beras, gula pasir, minyak, teh, telur, mi instan, terigu, sarden, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Jabodetabek.
Semuanya serba totalitas. Paket dikemas secara apik dan rapi yang siap untuk didistribusikan ke penjuru Jabodetabek, bahkan permintaan rutin ke Bandung Raya sudah mereka lakoni, termasuk ada kelompok masyarakat, ormas, lembaga zakat bahkan parpol yang ikut memesan Lumbung Farm untuk didistribusikan ke masyarakat berpenghasilan rendah yang terimbas Covid-19 ini.
“Paket yang dipesan oleh seluruh pelanggan sudah termasuk ongkos kirim. Pokoknya pembeli terima beres, biaya antar gratis,” jelas Okta.
Sebagai pebisnis, tak mungkin mereka tak memikirkan nasib karyawan. Ancaman PHK tentunya juga akan menjadi momok yang menyeramkan bagi puluhan hingga ratusan bahkan ribuan karyawan.
Selain ikut membantu menyelamatkan karyawan dari gelombang PHK, Tri dan Okta melalui Lumbung Farm membuka kesempatan bagi siapapun individu, warga masyarakat untuk bergabung dengan kedua entreprenur muda ini. Caranya, dengan menjadi reseller (sub distributor) tanpa harus merogoh kocek untuk modal.
“Kami juga open reseller, supaya teman-teman yang terkena dampak PHK tak hilang harapan dan pemasukan harian. Hanya modal handphone saja, reseller bisa order ke Lumbung Farm, maka Lumbung Farm yang akan langsung mengirimkan ke alamat buyer dari reseller secara COD (cash on delivery) tersebut,” jelas Tri.
Dia menambahkan reseller juga tak perlu menaikkan harga jual. Ini karena Lumbung Farm memiliki sistem bagi komisi.
Semakin hari, jumlah reseller Lumbung Farm, kata Tri, semakin bertambah. Bermula dari lima reseller, hanya dalam itungan kurang dari seminggu sudah ada 50 reseller yang tersebar di Jabodetabek.
Sepak terjang Lumbung Farm kini telah diakui konsumen. Salah seorang konsumen bernama Ria mengaku bahwa dirinya sempat ragu bergabung dengan bisnis Lumbung Farm. Sebab, ia sudah beberapa kali ditipu bisnis online. Namun, setelah dijalani ia merasa sangat puas. Bahkan, kini Ria menjadi salah satu reseller Lumbung Farm.
“Suami meminta saya berhati-hati, apalagi belum tahu persis buktinya tapi sudah share ke grup medsos. Tapi saya tetap kekeh mau coba. Alhamdulillah ketemu Lumbung Farm yang bisa COD-an semua jadi real. Pokoknya puas deh,” ungkapnya.
Lumbung Farm adalah peluang bisnis bagi warga yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan.
Tak perlu ragu, Anda bisa mencoba bergabung dengan berselancar di medsos dengan membuka Instagram @lumbung_farm untuk bergabung menjadi reseller Lumbung Farm.
“Tanpa aksi tak akan mendapatkan reaksi. Tanpa bekerja tak akan mendapatkan uang,” ucap Okta penuh semangat.