Bisnis.com, JAKARTA-- Ratna Sari Dewi, petani muda asal Renon, Denpasar Selatan, tidak pernah terpikir akan menjadi petani untuk mencari nafkah.
Wanita kelahiran tahun 1992 ini, tidak memiliki latar belakang pertanian maupun datang dari keluarga petani. Meskipun cita-citanya adalah menjadi pebisnis, Ratna sudah tertarik dengan pertanian yang dipicu oleh latar belakang yang unik.
Dia senang menghabiskan waktu di pedesaan dan memainkan game online yang dikenal sebagai Hay Day, sebuah permainan simulasi pertanian.
Dari situ, ide untuk menjadi petani terbesit begitu saja. Meskipun ditentang keluarga, Ratna berhasil merealisasikan keinginannya pada 2015 dengan menyewa tanah seluas 50 are atau sekitar setengah hektar di kawasan Bangli, Kintamani.
"Kalau orang tanya kenapa saya terpikir untuk jadi petani, saya tidak tahu jawabannya karena semuanya mengalir begitu saja. Pekerjaan ini timbul atas dasar rasa senang, bukan sekadar ingin berbisnis," ungkapnya.
Selain ingin mengubah hobi menjadi sesuatu yang bermanfaat, pendiri CV Srikandi Pangan Bali ini menginginkan adanya pemetaan pertanian yang lebih mumpuni.
"Bukan soal bercocok tanam saja. Kita sebagai milenial yang memiliki akses informasi tanpa batas seharusnya dapat menjadi jembatan bagi para petani di desa yang tidak mendapatkan informasi apa sebenarnya yang dibutuhkan pasar," ujar Ratna.
Pada tahun ketiga usahanya berjalan, dia menambah lahan untuk digarap seluas 0,8 hektar dan berikutnya 1,2 hektar di kawasan Ubud.
Proses hingga berhasil menggarap lahan pertanian tidak mudah. Sebagai petani baru yang belajar secara otodidak, Ratna pernah mengalami kegagalan karena perencanaan yang kurang matang.
Dia kemudian banyak belajar dari para petani lain, video-video di Youtube bahkan dari pedagang obat tumbuhan. Kini, finalis sepuluh besar Duta Petani Muda Indonesia 2018 itu telah berhasil membentuk pasar sendiri bagi hasil taninya.
Untuk menghindari persaingan sengit dan permainan harga di pasar, Ratna memilih menjual sayurannya langsung ke konsumen seperti restoran, hotel dan supermarket di Pulau Bali.
Dia juga membuka akses pasar kepada petani melalui kerja sama dengan petani yang sudah diedukasi untuk menghasilkan panen berkualitas.
Melalui perusahaan yang didirikannya pada 2019 itu Ratna juga menyediakan layanan e-commerce sayuran seperti brokoli, selada, hingga kol ungu.