Bisnis.com, JAKARTA - J.Co Donuts and Coffee hadir di Indonesia dengan membawa revolusi bisnis donat rasa Amerika. Dengan konsep baru toko donat open kitchen, J.Co memperkenalkannya gaya Krispy Kreme yang dikenal sebagai restoran donat dengan gerai open kitchen di Amerika dan Kanada.
Dalam buku berjudul Gerbrakan Perusaan-Perusaan Indonesia yang Mendunia, M. Ma'ruf mengungkapkap bila wajar banyak orang yang kecele saat Johnny Andrean membuka gerai donat dan kopinya yang pertama di Supermal Karawaci Tangerang.
"Banyak orang yang berpikir J.Co adalah waralaba dari luar negeri. Lihat saja konter minumannya. Mirip Starbucks Coffee kan?" tulis M. Ma'ruf.
Bisnis tersebut tercipta dari Johnny, yang dikenal sebagai pemilik gerai Johnny Andrean Salon. Johnny menciptakan waralaba donat dan kopi lokal berskala internasional, J.Co Donuts and Coffee pada 26 Juli 2005.
Mulanya, pemilihan gerai pertama di Supermal Karawaci itu untuk menjalankan konsep awal yang telah dipersiapkan sejak beberapa tahun, yaitu menyasar pembeli berkantong tebal dari kalangan anak muda usia sekolah dan universitas, serta ekspatriat.
Pusat perbelanjaan itu dekat dengan Sekolah Pelita Harapan, yaitu sekolah elite milik Lippo Group. Beberapa bulan kemudian, donat itu justru menjadi tren yang meluas, dan kelembutannya.
Baca Juga
Perkiraan awal bahwa donat itu hanya akan dibeli sekelompok orang tertentu telah meleset. Semua kalangan tampak antusias dengan sensasi donat J.Co. Pada tahun yang sama, J.Co sudah membuka dua gerai di Kuala Lumpur dan satu di Singapura.
Di Tanah Air, gerai J.Co tumbuh seperti bayi ajaib. Dalam waktu dua tahun telah berdiri 24 gerai, dan setahun kemudian jumlahnya menjadi dua kali lipat. Tahun ini diperkirakan jaringan J.Co mencapai 100 gerai.
Berkat kepopulernya tiba-tiba saja J.Co menjual donatnya lebih mahal menjadikan Dunkin’ Donuts yang sudah ada di Tanah Air sejak 1985 itu tampak lebih kuno, dan turun kelas, kata Ma'ruf.
Beberapa orang menyebut rasa donat Johnny itu terasa lebih luar negeri dari produk asal Amerika Serikat itu. Johnny menciptakan rasa orisinal seperti tren baru yang diburu, mirip potongan rambut baru yang dikenalkan kepada para pelanggan di salon.
Bagaimana dia melakukannya itu tidak lain karena Johnny adalah seorang stylist. “Agar donat bisa menjadi life style,” katanya ketika mendirikan J.Co.
Namun Johnny lebih dikenal sebagai pemilik 200-an gerai Johnny Andrean Salon. Pada 2007, dia membawa 35 gerai waralaba roti merek BreadTalk dari Singapura ke Indonesia.
Bagi anak rantau ini adalah sebuah kesuksesan yang luar biasa. Dilahirkan separuh abad silam di Singkawang, Kalimantan Barat, Johnny adalah anak seorang penjual hasil bumi dan pengelola salon.
Johnny menuju Jakarta tahun 1980-an berbekal ilmu salon dari ibunya dan mampu bertahan hidup dengan mendirikan salon kecil di Jakarta Utara.
Berbagai temuan gaya rambut dan rias wajah itu dipelajarinya di Vidal Sasson Academy London, Alexander de Paris, Prancis, Tony & Guy Academi London serta Trevor Sorbie Academi London.
Gita Herdi, sahabat dekat Johnny sekaligus Public Relation Johnny Andrean Corporate, menceritakan bosnya itu pada mulanya terinspirasi donat-donat yang ditemuinya saban kali pergi ke Amerika Serikat.
Entah dari mana kepiawaian memasak donat yang lebih enak itu datang. Akan tetapi Johnny akhirnya lebih memilih mengambil beberapa konsep penjualan donat di luar negeri dan memodifikasi proses pembuatan donat di negeri ini.
Sepulangnya ke Indonesia, dikembangkanlah toko donat dengan konsep, bentuk, dan rasa yang mirip dengan toko-toko donat di Negeri Paman Sam.
Donat-donat itu dibuat dengan menggunakan mesin modern, mulai dari adonan, memasak hingga pengglasuran dan menutup permukaan donat dengan bahan-bahan yang menjadi ciri-ciri setiap jenis donatnya.
Hampir separuh bahan baku diimpor. Cokelat dari Belgia dan susu didatangkan dari Selandia Baru. Biji kopi untuk minuman didatangkan dari Italia dan Kosta Rika.
Gerai J.Co adalah gabungan dari berbagai konsep yang dipelajarinya dari berbagai belahan dunia. Eropa untuk memelajari urusan penyajiannya, serta Jepang untuk urusan display.
Untuk menu baru, Johnny memiliki beberapa spesialis donat dan kopi.
Para spesialis yang ditampung dalam pusat pengembangan dan riset ini semacam ilmuwan yang bertugas menemukan donat dan minuman baru. Usaha ini juga banyak dijalani oleh anak-anak muda.
Anak muda adalah fase manusia yang menurut Johnny tidak merepotkan karena tidak mudah berpolitik. “Kalau sudah senior, biasanya dia akan berpolitik. Ini mengganggu pekerjaan,” kata dia.
Untuk memasarkannya, Johnny lebih percaya kekuatan public relations daripada iklan-iklan mahal di televisi dan koran. Sistem getok tular tampak lebih efektif seperti membuat halaman fans di situs jejaring Facebook.