Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Keuntungan Bisnis Akuakultur

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD), Yudi Nurul Ihsan mengatakan para pelaku bisnis yang bisa mengetahui peluang dari bisnis ini akan punya kesempatan yang luas untuk menjalankan budidayakan hasil laut Indonesia.
Akuakultur
Akuakultur

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memiliki kekayaan laut yang begitu beragam, maka dari itu negara menjadi ladang yang tepat untuk berbisnis budidaya komoditas laut.

Meskipun dalam berbisnis akan selalu menemukan tantangan, namun jika memanfaatkan peluang yang ada pelaku bisnis dapat menjalankannya. Bisnis akuakultur atau bisnis budidaya hasil laut bisa dijadikan pilihan bagi Anda yang ingin berwirausaha.

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD), Yudi Nurul Ihsan mengatakan para pelaku bisnis yang bisa mengetahui peluang dari bisnis ini akan punya kesempatan yang luas untuk menjalankan budidayakan hasil laut Indonesia.

“Akuakulitur merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi. Tak hanya itu, akuakultur juga berkontribusi pada pangan dan peningkatan standar hidup. Jika dilakukan dengan sentuhan yang baik, ini bisa jadi peluang yang menguntungkan,” ujarnya secara virtual pada acara Digitalisasi Industri Budidaya Ikan di Indonesia dari eFishery, Kamis (8/7/2021).

Berikut adalah Keuntungan bisnis dari akuakulitur :

1. Kekayaan Hayati laut

Indonesia memilki laut yang luas dengan begitu banyak keanekaragaman hayati laut. Negara yang memiliki pulau begitu banyak ini punya stok yang spesies hayati laut yang melimpa. Dengan jumlah kehidupan di lautan sangat besar, maka banyak negara lain yang membutuhkan hasil laut Indonesia.

2. Komoditas Ekonomi Bernilai Tinggi

Indonesia mempunyai sekitar 24 juta ha wilayah perairan laut dangkal yang cocok untuk budidaya komoditas laut. Dengan potensi tersebut, Indonesia dapat memproduksi sekitar 60 juta ton dalam satu tahun. Angka itu adalah yang terbesar di dunia, dan tentunya sangat menguntungkan perekonomian jika dikelola dengan baik.
Itu artinya, pasar tidak pernah sepi untuk melakukan permintaan.

3. Membantu Sekitar

Karena permintaan pasar juga berasal dari mancanegara, dalam budidaya hasil laut harus memiliki ekosistem yang kuat dan erat.

Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang bisa mengelola disetiap bagian.

Bisnis ini akan membantu sesama dengan membuka lapangan pekerjaan dengan memperkerjakan banyak orang. Anda bisa memulainya dari masyarakat sekitar. Dengan memberikan pekerjaan, tak hanya produktifitas yang meningkat, namun juga memberikan kesejahtraan hidup pada orang lain.

4. Sedang Tahap Modernisasi

Meskipun saat ini para pelaku usaha budidaya hasil laut masih dilakukan secara tradisional, namun sektor ini adalah yang berpotensi bisa maju. Terutama melakukan inovasi dengan cara yang lebih modern.

Dengan sentuhan teknologi digital, usaha akuakultur bisa lebih maju dari sebelumnya. Mulai dari pemilihan benih, pembibitan, pemilihan tempat budidaya, tingkat air, suhu, pakan, bahkan penjualan dan juga mencari investor juga bisa dilakukan secara digital.

Sementara itu, CEO dan Co-founder eFishery, Gibran Huzaifah menyatakan bahwa untuk menciptakan ekosistem akuakultur yang berkelanjutan dibutuhkan usaha bersama.

"Dengan semangat #TumbuhBersama eFishery ingin para pembudidaya dan stakeholder lainnya di bidang akuakultur tumbuh berdampingan bersama kami. Laporan ini menunjukkan sejumlah dampak positif yang telah kami ciptakan dan berbagai usaha kami dalam membangun ekosistem akuakultur yang adil dan berkelanjutan," kata Gibran.

eFishery sendiri memiliki inovasi dengan menciptakan eFisheryFeeder dengan menggunakan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memberikan pakan ikan dan udang secara otomatis. Alat tersebut diketahui berhasil membantu pembudidaya menghemat penggunaan pakan hingga 30% dan meningkatkan kapasitas produksi hingga 26%. Siklus budidaya pun diketahui dapat menjadi lebih singkat sehingga petani mampu panen lebih cepat dan pendapatannya meningkat.

Data-data yang terekam dari teknologi eFisheryFeeder kemudian menciptakan ruang bagi eFishery untuk menghasilkan inovasi lainnya berupa credit scoring dan skema pembiayaan yang kemudian dikenal dengan nama eFisheryFund, layanan yang menghubungkan para pembudidaya secara langsung dengan institusi keuangan. Hingga Mei 2021, eFisheryFund telah menyalurkan lebih dari Rp70 miliar pembiayaan kepada lebih dari 1.700 pembudidaya ikan di Indonesia.

Di sektor hilir eFishery pun turut andil dalam menghubungkan pembudidaya dengan berbagai agen, distributor, dan mitra horeka (hotel, restoran, kafe). Mengutip dari laporan tersebut, secara keseluruhan eFishery telah berkontribusi sekitar US$ 26,85 juta atau setara Rp 390,43 miliar bagi perekonomian Indonesia melalui pendapatan yang diperoleh pembudidaya dan mitra lainnya.

Merujuk data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Desember 2020 lalu, saat ini perikanan budidaya baru berkontribusi sebesar 16% dari total produksi 100 juta ton per tahun. Namun dengan dukungan eFishery, Gibran optimis jumlah pendapatan sektor perikanan budidaya di Indonesia dapat terus tumbuh seiring dengan bertambahnya jumlah petani ikan dan udang yang bergabung ke dalam ekosistem digital eFishery.

"Potensi Indonesia di bidang perikanan budidaya sangat tinggi, namun kita masih tertinggal oleh negara lain seperti China karena mereka lebih unggul dalam penguasaan teknologi, khususnya intensifikasi produktivitas budidaya,” ujar Gibran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper