Bisnis.com, JAKARTA – Pendidikan vokasi dinilai dapat menekan angka pengangguran karena menghasilkan lulusan dengan memiliki kemampuan yang terampil.
Koordinator Kemitraan dan Penyelarasan Bidang Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbudristek Agus Susilohadi mengatakan kemampuan kewirausahaan yang dimiliki oleh mahasiswa vokasi ini akan menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengangguran terdidik.
Namun, hal ini perlu didukung dengan ekosistem yang baik, serta komitmen pimpinan dalam mengembangkan kemampuan wirausaha bagi para mahasiswanya.
“Kita saat ini berada di era disrupsi dengan salah satu trennya adalah gig economy. Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi wajib membekali lulusannya dengan kompetensi minimal yang dibutuhkan di masa ini, terutama aspek 4C [critical thinking, creativity, collaboration, communication] sebagai dasar kompetensi kewirausahaan,” ujar dia, Kamis (15/7/2021).
Dia menegaskan semangat wirausaha yang ditumbuhkan dari pendidikan vokasi memiliki ciri khas tersendiri. Artinya, lulusan tidak boleh gagap dalam menerjemahkan kewirausahaan sehingga usaha yang dirintis nantinya bisa berbeda dan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat.
Mereka nantinya akan menjadi wirausaha sosial maupun teknopreneur di bidang masing-masing.
Baca Juga
Pentingnya ketrampilan wirausaha juga diungkapkan oleh dosen Universitas Indonesia yang kini menjadi salah satu tim Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Kemendikbudristek Rifelly Dewi Astuti.
Menurutnya, mahasiswa sebagai calon tenaga kerja terdidik Indonesia harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Tetapi, penawaran tenaga kerja sendiri setiap tahun tidak meningkat secara signifikan. Permintaan jauh lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja.
“Penting bagi insitusi pendidikan tinggi membekali mahasiswa dengan berbagai pengetahuan dan keahlian berwirausaha, sehingga mahasiswa sewaktu lulus nanti bukan hanya tergantung dengan pasar tenaga kerja yang terbatas, namun harapannya dapat menciptakan usaha sendiri bagi dirinya, dan bahkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitarnya,” kata Rifelly.
Menumbuhkan kewirausahaan pada pendidikan vokasi yang cenderung memiliki porsi praktik lebih besar tidak terbatas dalam bentuk mata kuliah tersendiri. Justru dengan porsi praktik yang lebih besar, kemungkinan untuk mahasiswa mempelajari keterampilan, keahlian, bahkan sikap wirausaha melalui praktik akan semakin besar pula.
Mahasiswa akan langsung terjun ke lapangan, dan mempraktikan ilmu, keahlian, bahkan membentuk sikap wirausaha pada saat praktik.
“Dengan pendidikan kewirausahaan yang embedded, mahasiswa mampu melihat peluang usaha sewaktu melakukan program kerja magang sehingga mampu memberikan solusi pada perusahaan tempat magang sekaligus menjadi peluang usaha bagi dirinya. Mereka diharapkan lebih memahami permasalahan riil yang ada pada industri, mampu memberikan solusi dan ide kreatif, serta mampu mewujudkan ide tersebut sebagai bentuk usaha di masa depan,” tambahnya.
Selain dari penguatan ekosistem kewirausahaan di kampus vokasi, para mahasiswa juga dapat meningkatkan kemampuan wirausaha dengan cara mengasah pola pikir secara kritis dan kreatif, selalu melihat peluang, dan terus memperbaharui pengetahuan terbaru dengan mengikuti berbagai pelatihan kewirausahaan.
Sebagai informasi, untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada para mahasiswa, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek kini tengah membuka Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV).