Bisnis.com, JAKARTA - Merlin Soeyanto bersama dengan partnernya Ivonne Magdalena, menjual sambal ala rumahan resep dari ibunya hingga kini dijual ke luar negeri.
Sambal Bu Djui, merupakan nama merek sambal yang namanya terinspirasi dari Ibunya, yang memiliki hobi masak dan membuat membuat sambal. Sambal tersebut hanya pernah dicoba oleh keluarga atau teman terdekat.
Sebelum Pandemi, yakni pada Desember 2019, Merlin kemudian mengupload di Instagramnya tanpa bermaksud jualan. Tak disangka, DM (Direct Message) Merlin membludak dan seminggu kemudian dirinya telah menerima seribu botol PO pesanan. Dirinya mengaku kaget.
“Saya tidak berniat jualan, namun PO-nya bisa membludak gitu. Nah, sewaktu teman-teman saya cobain semuanya, mereka suka banget dan keep on repeating” Ucapnya.
Pesanan tersebut kemudian terus meningkat hingga Merlin mengaku tidak sanggup untuk memenuhi PO dari konsumen. Kemudian teman dekatnya, Ivonne Magdalena yang juga telah menggemari sambal Ibu Merlin dari kecil, mengajak untuk membesarkan bisnis ini.
Baca Juga
“Ivonne kemudian mengajak saya, yuk kita gedein bisnis ini. Kan sayang, sambal seenak ini kok kita tidak perkenalkan ke Indonesia, apalagi kan sambal itu ciri khas makanan Indonesia”.
Ivonne kemudian mengajak Merlin untuk membuat bisnis dan membuat pabrik, hingga terbentuk PT Bukan Pangan Biasa, yang kini menaungi Sambal Bu Djui hingga saat ini.
Kemudian, ketika ditanya mengenai perbedaan sambal Bu Djui dengan sambal lainnya, Merlin menjelaskan bahwa varian yang ditawarkan Bu Djui cukup berbeda dari pasaran.
“Kita ada abon ikan peda, sambal kecombrang, dan beberapa varian yang memang umum namun kita menonjolkan ke varian-varian yang belum ada sebelumnya” jelasnya. “Contohnya seperti sambal curang yang baru keluar, yakni sambal cumi arang. Jadi, sambal cumi dengan tekstur dan rasa seperti cumi bakar”.
Tantangan harga cabai di pasaran
Merlin mengaku bahwa tantangan terutama di dalam bisnis ini adalah pada harga cabai. Hal ini lantaran harga cabai yang fluktuatif.
“Harganya cukup signifikan, contohnya seperti harga cabai di akhir tahun. Fluktuatif harga bahan pangannya yang memang signifikan. Jadi pertama kali kita terjun, kita kaget juga” Ucapnya.
Namun seiring berjalannya waktu, Merlin mengaku telah menemukan solusi.
Penjualan hingga ke luar negeri
Pada saat pertama kali berjualan, Merlin mengaku bahwa banyak reseller yang berada di luar negeri.
“Banyak orang luar negeri kangen dengan sambal, dan mereka dengar Sambal Bu Djui. Jadinya mereka penasaran banget ingin coba. Jadi bukan reseller khusus, namun konsumen yang ingin menjadi reseller disana” Ucapnya.
Merlin menjelaskan bahwa banyak reseller yang menjual di Kanada, Amerika, Australia dan Singapura. Reseller sendiri hampir kebanyakan merupakan orang Indonesia, yang sebelumnya juga menjadi kostumer Sambal Bu Djui.
Tips bisnis dan perencanaan kedepannya
Dalam memulai bisnis, Merlin mengaku untuk menjalani saja terlebih dahulu. Anda juga dapat melihat hal apa yang dibutuhkan di pasar, ataupun melihat hal yang belum ada sebelumnya.
Namun, jika ingin menjual produk yang sudah banyak di pasaran, Merlin mengatakan bahwa memang membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk memperkenalkan di masyarakat.
Walaupun terdapat berbagai tantangan, Merlin tetap memberi tips bagi berbagai pihak yang ingin memulai bisnis untuk memulai saja terlebih dahulu. Jika Anda semangat dan tekun, maka akan menemukan jalannya.
Kini, Sambal Bu Djui telah memiliki 8 varian produk tetap. Produk Best Seller dari Sambal Bu Djui sendiri adalah Abon Ikan Peda Pedas, Sambal Cumangi (Sambal Cumi Kemangi) dan Sambal Kecombrang.
Merlin juga mengaku bahwa kedepannya PT Bukan Pangan Biasa akan memproduksi makanan, sehingga Sambal Bu Djui kedepannya menjadi produk pendamping dari makanan ini.