Bisnis.com, JAKARTA - Ethereum atau yang sering disingkat dengan ETH, kini sering diperbincangkan di berbagai platform.
Hal ini lantaran ramainya aset NFT yang sering diperbincangkan, dimana dalam pembayarannya menggunakan Ethereum.
Ethereum sendiri adalah sebuah platform dengan sistem operasi sumber terbuka, namun berbasis dengan blockchain dan juga terdesentralisasi.
Ethereum juga berbeda dengan Bitcoin. Ethereum menawarkan beberapa metode pertukaran termasuk mata uang kripto, sedangkan bitcoin diperdagangkan dalam mata uang kripto.
Ethereum juga memiliki sistem bukti kepemilikan, dimana melawan bitcoin yakni dengan sistem bukti kerja.
Sejarah dari Ethereum
Baca Juga
Salah satu pendiri dari Ethereum adalah Vitalik Buterin. Vitalik sendiri diperkenalkan dan juga tertarik dengan teknologi blockchain.
Mengutip dari Bernard Marr & Co, Sejarah berdirinya Ethereum dimulai ketika dirinya terlibat sebagai programmer bitcoin pada saat berumur 17 tahun yakni pada tahun 2011.
Kemudian pada tahun 2014, dirinya dan pendiri Etherium lainnya meluncurkan kampanye crowdsourcing dengan menjual peserta Ether, dan mengumpulkan lebih dari US$18 juta.
Pada pertama kali rilis yakni pada tahun 2015, Ethereum muncul dan dikenal sebagai frontier. Kemudian, platform tersebut berkembang menjadi lebih pesat.
Vitalik sendiri juga berharap Ethereum dapat menjadi solusi untuk semua kasus penggunaan blockchain, yang tidak memiliki sistem khusus untuk digunakan.
Ethereum sendiri juga masih mengalami kesulitan dan mengalami beberapa masalah seperti apa yang dilakukan oleh Bitcoin, dalam skalabilitas nya.
Namun, walaupun platform ini cenderung masih muda, potensi dan aplikasinya tidak terbatas.
Diketahui bahwa infrastruktur ethereum telah ditingkatkan dalam beberapa tahun terakhir, terutama ketika menghadapi permasalahan keamanan.
Vitalik mereformasi langkah-langkah yang kemudian dapat menjadi solusi yang unggul untuk bitcoin.