Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis minuman Menantea Jerome Polin terus dituduh melakukan penipuan.
Hal ini lantaran, banyak mitra bisnisnya yang mengeluhkan pendapatan harian mereka yang jauh lebih kecil dibandingkan modal yang telah mereka keluarkan. Bahkan, sejumlah mitra curhat jika penjualan Menanteanya hanya laku 10 cup dalam sehari.
“Menurut kami yg sudah pernah jadi MITRA mereka (ngeluarin 400jt++), ini merupakan scam yang nyata,” tulis seorang mitra, dari akun Twitter @MenanteaHarapan.
Salah satu founder Menantea, Jehian Panangian Sijaba yang juga merupakan kakak dari Jerome Polin pun buka suara.
Dirinya menyampaikan, sejauh ini pihaknya telah melakukan pertemuan sekitar 10 mitra Menantea baik yang masih beroperasi dan juga sudah tidak beroperasi lagi.
“Saya menyadari akan banyaknya perubahan dan perbaikan yang harus segera dilakukan setelah beberapa pertemuan antara perwakilan Menantea,” ungkapnya melalui akun Twitter @Jehianps pada Jumat (24/3/2023).
Baca Juga
Dalam dunia franchise, franchisor sendiri adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.
Kebalikan dari franchisor yakni franchisee merupakan orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang dimiliki.
Melansir dari Franchise.co, Direktur Pusat Penasihat Waralaba Jason Gehrke mengatakan meski usaha franchise memang memiliki peluang kesuksesan yang lebih tinggi dibanding dengan usaha biasa. Akan tetapi, bukanlah hal yang mustahil jika sebuah franchise mengalami kegagalan.
Berikut, sejumlah penyebab yang mungkin jadi penyebab kegagalan bisnis Menantea. Simak ulasannya.
1. Kurangnya pelatihan dan dukungan
Franchisee sering kali membutuhkan pelatihan dan dukungan yang memadai dari franchisor untuk memulai bisnis franchise mereka. Kurangnya pelatihan dan dukungan bisa menyebabkan kesulitan dalam menjalankan bisnis secara efektif.
Bisa jadi, sebuah outlet franchise mengalami kegagalan karena tidak memberikan pelatihan yang cukup tentang cara mengolah dan meracik bahan makanan yang tepat. Sehingga, makanan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar pusat.
2. Kurangnya pengalaman
Tidak sedikit para pemilik franchise lebih fokus dalam memikirkan kuantitas banyaknya cabang franchise dibanding kualitas.
Kadang franchisor lupa, apabila suatu produk yang laris di sutau tempat dan daerah tertentu belum tentu laris di daerah yang lain. Perlu adanya riset pasar dan penyesuaian untuk menentukan minat dan daya beli suatu wilayah.
Tak jarang juga, pihak manajemen masih kurang memiliki pengalaman dalam dunia bisnis, Sehingga, mereka mengalami kesulitan dalam mengelola bisnis yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, pengaturan stok, pemasaran, dan lain-lain.
3. Lokasi yang buruk
Lokasi yang buruk bisa menjadi faktor penting dalam kegagalan sebuah bisnis franchise. Jika franchisee tidak dapat memilih lokasi yang tepat, maka bisnis mereka tidak akan mendapatkan banyak pelanggan.
4. Persaingan yang ketat
Franchisee harus bisa bersaing dengan bisnis sejenis yang ada di daerah mereka. Jika persaingan terlalu ketat, maka bisnis franchise dapat mengalami kesulitan dalam menarik pelanggan. Pasalnya, banyak konsumen mempertimbangkan harga dan juga kualitas rasa.
Tak heran, apabila saat ini brand minuman kekinian banyak yang harus gulung tikar, karena harus bersaing dengan banyaknya minuman yang sudah lama berdiri dan memiliki pelanggan tetap.
5. Biaya operasional yang tinggi
Franchisee harus membayar biaya royalti, biaya iklan, dan biaya lainnya kepada franchisor. Jika biaya operasional terlalu tinggi, maka bisnis franchise dapat mengalami kesulitan dalam memperoleh keuntungan yang cukup untuk membayar semua biaya tersebut.
Contohnya, sebuah franchise minuman harus gagal karena biaya sewa toko yang terlalu tinggi dan biaya operasional lainnya yang melebihi pendapatan.
6. Kurangnya fokus pada target pasar
Salah satu penyebab utama kegagalan bisnis franchise di bidang F&B adalah kurangnya fokus pada target pasar yang tepat. Meskipun suatu brand berusaha menawarkan minuman teh kekinian, namun tidak jelas pada segmen apa mereka berfokus dan apa kebutuhan dari segmen tersebut. Hal ini menyebabkan perusahaan sulit untuk menarik pelanggan dan akhirnya gagal dalam mencapai tujuan mereka.
7. Kurangnya inovasi produk
Bisnis Menantea gagal dalam mengembangkan produk yang tepat untuk pasar mereka. Produk dan layanan yang ditawarkan kurang menarik bagi pelanggan dan tidak memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini menyebabkan Menantea kesulitan dalam memenangkan persaingan dengan pesaing lainnya di pasar digital kesehatan yang semakin ketat.
8. Kurangnya kontrol kualitas
Sementara itu, terkait tudingan penipuan, kemungkinan banyak mitra bisnis yang mengeluhkan kualitas produk yang tidak memuaskan dan terkadang tidak sesuai dengan spesifikasi yang dijanjikan oleh Menantea. Hal ini menyebabkan ketidakpercayaan dan kekecewaan bagi para mitra bisnis dan pelanggan mereka.
9. Kurangnya tanggung jawab dalam menangani keluhan dan masalah
Banyak mitra bisnis yang mengeluhkan kurangnya tanggung jawab dari Menantea dalam menangani keluhan dan masalah yang timbul. Hal ini bisa jadi penyebab kekecewaan bagi para mitra bisnis dan pelanggan mereka, serta merusak citra bisnis Menantea.