Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Joaquin Duato, CEO Johnson & Johnson yang Ramai Disorot Netizen

Berikut profil dan perjalanan karier Joaquin Duato, CEO Johnson & Johnson yang menjadi perbincangan netizen di media sosial.
CEO Johnson & Johnson Joaquin Duato/fiercepharma
CEO Johnson & Johnson Joaquin Duato/fiercepharma

Bisnis.com, JAKARTA - Siapa yang tidak mengenal Johnson & Johnson (J&J), perusahaan produk perawatan kesehatan terbesar dan terdiversifikasi di dunia, dan sangat dikenal dengan produk legendarisnya yakni bedak bayi. 

Melansir dari Forbes, J&J adalah perusahaan induk yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan, pembuat dan penjualan produk di bidang perawatan kesehatan. Segmen perusahaan sendiri mencakup konsumen, farmasi dan alat kesehatan. 

Perusahaan J&J didirikan pada tahun 1886 oleh Robert Wood Johnson I, James Wood Johnson dan Edward Mead Johnson Sr. Kantornya berpusat di New Brunswick, New Jersey dan sukses bertahan hingga 137 tahun lamanya. 

Di masa kini, Joaquin Duato menempati sebagai Ketua Dewan dan Chief Executive Officer (CEO). Dirinya diangkat menjadi CEO pada tahun 2022, menggantikan Alex Gorsky yang sudah memulai karir di J&J sejak tahun 1988 dan berpuncak sebagai CEO dan Ketua di tahun 2012. 

Profil pendidikan, karir dan peran Joaquin Duato 

Mengutip dari Bloomberg (29/4/2022) Duato yang dibesarkan di Spanyol memulai karirnya di bidang kesehatan yang cukup dipengaruhi oleh keluarganya. 

Diketahui bahwa Duato menghabiskan masa kecilnya di apotek neneknya di Valencia, dimana neneknya adalah seorang apoteker. Duato sendiri memiliki ibu seorang perawat dan kakeknya adalah seorang dokter anak. 

Duato juga dikenal sebagai satu-satunya CEO industri kesehatan yang pernah menjabat sebagai Chief Information Officer. Dirinya juga mampu menguasai bahasa Inggris, Spanyol dan Italia. 

Dalam pendidikannya, Duato meraih gelar Magister Manajemen Internasional dari Thunderbird School Global Management di Phoenix, Arizona, dan meraih gelar MBA dari ESADE di Barcelona. 

Kini diketahui bahwa Joaquin tinggal di Pennsylvania bersama istrinya dan memiliki dua anak yang sudah dewasa. 

Perjalanan Karier 

Mengutip dari situs resmi perusahaan, pada tahun 2022 Duato diangkat sebagai Dewan Direksi dan CEO J&J, dimana dirinya memimpin tenaga kerja global yang terdiri dari 135.00 karyawan, dalam mengembangkan dan memberikan solusi perawatan kesehatan yang transformasional dan inovatif di bidang Farmasi, MedTech, dan Kesehatan Konsumen.

Sebelum Duato diangkat sebagai CEO, Duato sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Eksekutif, di mana dia memberikan arahan strategis untuk sektor Farmasi dan Kesehatan Konsumen serta mengawasi Teknologi Informasi dan Rantai Pasokan Global. Duato pada masa tersebut juga memfokuskan kembali strategi dan investasi di sekitar area terapeutik inti dan area dengan kebutuhan terbesar yang belum terpenuhi.

Selama Duato bekerja dengan J&J, dirinya  diketahui mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai apa yang mungkin dilakukan J&J dengan bekerja di semua sektor bisnis dan di berbagai geografi dan fungsi. 

Sebagai contoh, hal ini cukup berkorelasi dengan keinginan Duato untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, Amazon dan perusahaan bioteknologi. Salah satu langkah pertamanya sebagai CEO adalah membawa Enterprise Chief Information Officer Jim Swanson dan dua pemimpin sains, Mathai Mammen dan Bill Hait, ke komite eksekutif, mengutip dari Bloomberg (24/4/2022). 

Selain itu, selama pandemi Covid-19, Duato memelopori respon cepat J&J untuk menjaga kesehatan para karyawan, mengoordinasikan upaya kesinambungan rantai pasokan global, memastikan obat dan produk hingga sampai ke pasien yang membutuhkan. 

Duato sendiri juga dianggap sebagai orang yang memiliki perspektif internasional lantaran memiliki warga negara ganda yakni Spanyol dan Amerika. Hal ini memberikan apresiasi pada dirinya yang mendalam terhadap keragaman dalam segala bentuk. 

Duato juga diketahui menghabiskan hampir satu dekade sebagai sponsor eksekutif untuk kelompok sumber daya karyawan Dewan Kepemimpinan Leluhur Afrika, dan Duato berkomitmen untuk membangun tenaga kerja inklusif yang mencerminkan pasien yang dilayani J&J.

Kepercayaan Duato dengan Teknologi 

Duato sudah lama percaya dalam kekuatan teknologi, yang dapat mempercepat kemajuan dalam perawatan kesehatan. 

Duato diketahui mengkolaborasikan keahlian ilmiah dengan AI dan pembelajaran mesin, sehingga mempercepat Johnson & Johnson dalam menghadapi tantangan perawatan kesehatan yang cukup rumit kepada pasien. 

Swanson sendiri mengatakan konsep teknologi tersebut bukan seperti Duato akan menulis kode Python dalam waktu dekat, melainkan memperkuat teknologi. 

“Ini tidak seperti Joaquin akan menulis kode Python dalam waktu dekat, tapi dia memperkuat teknologi dan menyematkannya ke dalam tim kepemimpinan.” tuturnya. 

Oleh karena itulah, Duato kemudian mengubah nama unit perangkat menjadi “MedTech”, dan menggaris bawahi J&J tidak hanya berfokus pada alat fisik, namun juga berfokus pada alat digital. Contohnya adalah menggunakan realitas virtual untuk melatih ahli bedah. 

Peran ganda Duato dan Kontroversi Johnson & Johnson

di halaman selanjutnya...

Melansir dari profil LinkedIn Duato, dalam karirnya dirinya tidak hanya berfokus dengan Johnson & Johnson. 

Contohnya, pada tahun 2017, Duato menjadi Chairman Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA), yakni mewakili perusahaan penelitian dan penemuan biofarmasi yang dikhususkan untuk memajukan kebijakan publik di AS dan di seluruh dunia yang mendukung penelitian medis inovatif. Dirinya kemudian menjabat selama 1 tahun lebih. 

Setelahnya pada Juli 2019, Duato diketahui menjadi Board Member dari UNICEF Amerika Serikat. Duato kemudian mengakhiri jabatannya pada Desember 2021 atau selama 2 tahun lebih. 

Selanjutnya pada Agustus 2019, Duato kemudian menjadi Anggota Dewan Penasihat, Sekolah Ilmu Farmasi di Universitas Tsinghua hingga Desember 2021. 

Johnson & Johnson Akhir-Akhir Ini dan Kontroversinya

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Reuters pada Desember 2018, diketahui bahwa J&J mengetahui selama beberapa dekade, mengenai hasil dari tes yang terkadang mengandung asbes dan karsinogenik, namun merahasiakan informasi tersebut dari regulator dan publik. 

J&J kemudian mengatakan bahwa produknya aman untuk digunakan dan tidak akan menyebabkan kanker.

Kemudian pada tahun 2020, perusahaan mengumumkan bahwa mereka menghentikan penjualan bedak bayinya di Amerika Serikat dan Kanada, dikarenakan ada kesalahan informasi mengenai produk tersebut. 

Kemudian, akhir-akhir ini diketahui perusahaan sepakat membayar sebanyak US$8,9 miliar atau sebesar Rp133 triliun. Hal ini lantaran adanya tuntutan hukum terhadap produk bedak bayi miliknya.

Sebagaimana diketahui, perusahaan digugat oleh puluhan ribu konsumen terhadap produk bedak bayi miliknya dapat menyebabkan kanker. 

Pengacara J&J sempat mengklaim bahwa gugatan kurang ilmiah, dan menuduh pengacara penggugat untuk mengiklankan klien dengan harapan mendapatkan uang dalam jumlah besar. 

Kemudian, Jason Itkin selaku pengacara yang mewakili para penggugat, mengeluarkan rilis bahwa kesepakatan sebelumnya adalah palsu, bahkan tidak membayar tagihan medis banyak korban. 

Kini, dengan kesepakatan yang baru, J&J akan membayar sebesar 133 triliun dimana jumlah tersebut lebih besar dari tawaran awal J&J yakni sebesar US$2 miliar, atau setara dengan Rp29,8 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper