Bisnis.com, JAKARTA — Bagi para pecinta sepatu sneakers pasti tak asing dengan merek sepatu Vans, sepatu yang juga dikenal di kalangan pemain skate board.
Di balik besarnya nama sepatu Vans, ada nama Paul Van Doren, pendirinya yang meninggal dunia pada 8 Mei 2021 lalu di usia 90 tahun.
Tak hanya sekadar menjadi pebisnis, Van Doren juga dikenal akan desain-desain dan inovasinya.
Sosok Paul Van Doren
Lahir di Massachusetts, Van Doren meninggalkan sekolah saat usia 16 tahun untuk bekerja di pabrik sepatu dekat dengan tempat tinggalanya, sebuah pekerjaan yang kemudian menggerakkan kariernya.
Pada 1964, majikannya, Randolph Rubber Co., mengirimnya ke California Selatan untuk membantu memperbaiki pabrik Garden Grove. Pada tahun berikutnya, Van Doren dan majikannya berpisah.
Namun pertemuan dengan legenda selancar Duke Kahanamoku kemudian menanamkan benih untuk model bisnisnya di masa depan.
Baca Juga
Van Doren menawarkan Duke Kahanamoku yntuk membuatkannya sepasang sepatu yang dibuat dari kemeja Hawaii seduai dengan pengalamannya sebelumnya.
Pertemuan itu menjadi awal bisnisnya, yang membuatnya mulai meluncurkan bisnis sepatunya. Van Doren bermitra dengan saudaranya, James Van Doren, dan mitra bisnis Gordon Lee dan Serge D’Elia.
Pada awal 1966, roda mulai bergerak, dan pada tanggal 16 Maret tahun itu, Van Doren Rubber Co. membuka pintu pertamanya di 704 E. Broadway di Anaheim. Model pertama adalah sepatu dek kanvas bertali yang dikenal sebagai Style 44.
Bisnisnya masih sangat baru sehingga banyak kotak yang terpanjang di rak sebenarnya tidak berisi sepatu. Pelanggannya hari pertama, semuanya berusia antara 12 dan 16 tahun, mencoba sampel dan memesan. Sepatu tersebut kemudian diproduksi di lokasi dalam semalam dan diambil keesokan harinya.
Sepatunya makin tenar ketika bertemu dengan komunitas skate board. Dukungan awal berawal dari para pemain skateboard, yang sering kali mencari sepatu pengganti karena aus akibat pengereman atau tergelincir dengan kaki tertentu
Perusahaan Van Doren akhirnya mensponsori pemain skateboard termasuk Stacy Peralta, dan Tony Alva, keduanya berperan penting dalam membantu perusahaan menciptakan sepatu skateboard khusus pertama pada 1976.
Pada tahun 1982, peruntungan perusahaan berubah secara dramatis ketika Sean Penn mengenakan sepasang slip-on kotak-kotak hitam-putih dalam perannya sebagai peselancar Jeff Spicoli dalam “Fast Times at Ridgemont High", yang sangat membantu membawa nama Vans mendunia.
Perusahaan Vans yang awalnya bernilai US$20 juta sebelum masuk ke dalam film, menanjak jadi bernilai US$45 juta setelahnya.
Atas kesuksesan itu Van Doren, yang telah pensiun dari perusahaan pada 1976, kembali memimpin pada 1984 setelah sebelumnya sempat hampir bangkrut lantaran kurang sukses berekspansi ke kategori sepatu lainnya seperti lari, bola basket, bola voli, gulat, dan bahkan break- alas kaki menari.
Dua tahun kemudian pada 1986, para pendiri menjual perusahaan tersebut ke perusahaan perbankan ventura McCown De Leeuw & Co. dengan harga US$74 juta. Kemudian VF Corp. mengambil alih perusahaan tersebut pada 2004 dengan kesepakatan senilai US$396 juta, perusahaan tersebut memperoleh pendapatan sebesar US$325 juta per tahun.
Selanjutnya, pada 2015, jumlah pendapatannya melonjak menjadi US$2,2 miliar, menjadikan label sepatu skate VF sebagai merek paling menguntungkan dan terbesar kedua di dunia.
Van Doren telah mengundurkan diri dari perusahaan selama lebih dari seperempat abad pada saat kematiannya. Namun warisannya tertanam kuat di perusahaan milik VF dalam hal penekanannya pada budaya skate dan selancar.
Saat ini perusahaan tersebut juga mempekerjakan dua dari lima anaknya, putra Steve, yang menjabat sebagai wakil presiden acara dan promosi Vans, dan putrinya Cheryl, yang menjadi Wakil Presiden Sumber Daya Manusia.
Selain itu, dua cucunya juga turut menjadi bagian dari bisnis keluarga. KristyDVan Doren menjabat sebagai Direktur senior pemasaran Vans untuk Amerika Utara dan Jenny Battiest bekerja di perusahaan yang berbasis di Costa Mesa sebagai Manajer Merchandising untuk Amerika.