Bisnis.com, JAKARTA - Film religi-drama Hati Suhita yang diangkat dari novel best seller karya Khilma Anis sukses mencuri perhatian masyarakat sejak 25 Mei 2023.
Selain jalan ceritanya yang menarik soal perjodohan berbalut tradisi ala pondok pesantren, nyatanya pemilihan lokasi syuting pun menjadi sorotan. Lantaran, esantren yang dalam film dinamakan Al-Anwar itu menggunakan latar Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Sahid.
Berlokasi di Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ponpes ini didirikan oleh salah satu konglomerat Indonesia, Sukamdani Sahid Gitosardjono.
Terkait hal ini sendiri, sebenarnya, tidak sedikit pengusaha Indonesia yang memutuskan untuk membangun pondok pesantren. Berikut sosoknya.
1. Elidawati Ali Oemar
Elidawati Ali Oemar merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Subulussalam sejak 2015. Berlokasi di Kota Pariaman Sumatera Barat, pondok pesantren modern ini juga mencakup Madrasah Tsanawiyah & Aliyah Subulussalam.
Sebagai founder dari brand Elzatta Hijab sekaligus CEO dari Elcorps, dirinya bercerita, Elcorps berawal dari sebuah perusahaan bernama PT. Bersama Zatta Jaya (ZATA) yang bergerak di bidang bisnis hijab bersama brand-nya, Elzatta.
Elcorps sendiri merupakan holding perusahaan yang sudah menggawangi beberapa anak usaha, mulai dari fesyen muslim, hingga bisnis F&B. Meski lahir di Kediri, akan tetapi sejak kecil, dirinya telah diasuh oleh sang nenek di Padang.
Memiliki jiwa bisnis sedari kecil, kini dia berhasil mewujudkan bisis ritel fesyen muslim yang sukses, di mana sudah ada ratusan toko yang tersebar di 100 kota di Indonesia dengan total karyawan mencapai 1.100 orang.
2. Sukamdani Sahid Gitosardjono
Mendiang Sukamdani Sahid Gitosardjono merupakan salah satu konglomerat Indonesia. Selain memiliki entitas bisnis yang menggurita di bawah Sahid Group, nyatanya dia juga memberi perhatian pada dunia spiritual.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Pondok Pesantren Modern Sahid yang didirikan pada 2000 bersama sang istri, Juliah Sukamdani. Terletak di kawasan Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, pondok pesantren ini memiliki luas sekitar 60 hektar.
Baca Juga : Prabowo ke Pesantren Tebuireng, Apa Tujuannya? |
---|
Pesantren ini menjadi sorotan, karena tempatnya terpilih menjadi salah satu latar film layar lebar Hati Suhita. Menariknya, setting fiktif, seperti Masjid Sadaniyah Al-Munawarah, ruang kelas, hingga latar hotel yang ada di film tersebut dilakukan di guess house mewah bernama Adiroso di Ponpes Modern Sahid.
3. Idris Laena
Sementara itu, salah satu sekolah yang Alexandria Islamic School (AIS) itu didirikan oleh politisi Golkar sekaligus pengusaha Idris Laena. Anak Idris, Tania Laena, kini dipercaya menjadi pimpinan yayasan tersebut.
Melalui Yayasan Laena International College, pihaknya mengelola Alexandria Islamic School yang terdiri atas SMP dan SMA, baik dengan jenis boarding school dan sekolah fullday.
Sebelumnya, sekolah ini sempat menghebohkan publik, lantaram memiliki gedung yang megah dengan arsitektur klasik.
Berlokasi di Jalan Raya Pengasinan, Bekasi Timur, sekolah sultan ini memiliki fasilitas layaknya hotel mewah. Selain asrama, fasilitas lain dari SMA Alexandria yakni cafe, guest house, masjid, klinik, perpustakaan, dan lainnya.
“Untuk masuk ke SMA ini maka siap-siap dengan biayanya yang mahal. Di mana untuk biaya masuk mencapai puluhan juta. Uang gedung Rp30 juta, sedangkan biaya SPP per bulan Rp 2,5 juta. Uang masuk ke SMA Alexandria dapat dicicil maksimal dua kali pembayaran," tulis akun tersebut dikutip dari Golkarpedia.
4. Slamet Raharjo
Melansir dari NU, Slamet Raharjo merupakan pendiri rumah makan Bebek Goreng H. Slamet. Dengan modal awal sekitar Rp 10.000 pada 1986, Slamet dan sang istri Baryatin yang semula hanya sekedar coba-coba jualan bebek goreng di jalan raya Kartasura Solo.
Kini, cabang bebek goreng H Slamet (Asli) yang dikelola oleh anak dan cucunya telah tersebar di Wilayah Solo Raya, Jogja, Bandung, Jakarta, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Banjarmasin dan Bali.
Meski telah meninggal dunia pada Senin (30/9/2019), namun dirinya sendiri kerap dikenang sebagai seorang pengusaha yang senang mengalokasikan kekayaannya untuk kegiatan sosial.
Salah satunya dengan mendirikan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an, putra dan putri di kampung Sedahromo Lor, Kartasura pada 2010.
5. Aa Gym
Melansir dari Bisnis, pembina Pesantren Daarut Tauhid Aa Gym tercatat sebagai salah satu Komisaris Independen dalam PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA).
Pendirian Daarut Tauhiid (DT) sendiri berawal dari kegiatan kelompok pengajian yang dipelopori KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada 1986. Kelompok pengajian tersebut diberi nama Kelompok Mahasiswa Islam Wirausaha (KMIW).
Seiring semakin banyaknya program yang dilakukan KMIW dan melakukan studi banding ke beberapa pesantren, khususnya di wilayah Jawa Barat, maka pada 1990 KMIW diubah namanya menjadi Yayasan DT, tepatnya pada tanggal 4 September 1990.
Perkembangan selanjutnya, pada Juli 1993 berdiri Masjid DT berlantai tiga, tepatnya di Jalan Gegerkalong Girang No. 38 Bandung.
Masjid ini sering dijuluki sebagai “Masjid Seribu Tangan” karena dibangun secara gotong royong oleh ribuan masyarakat dan jemaah DT.