Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sabrina Mustopo Founder 'Krakakoa', Cokelat Lokal yang Tembus Pasar Global

Krakakoa menjadi bisnis cokelat premium besutan Sabrina Mustopo yang mantan konsultan
Sabrina Mustopo
Sabrina Mustopo

Bisnis.com, JAKARTA -  Meski awalnya memiliki nol pengetahuan tentang industri cokelat. 

Namun, hal tidak membuat Sabrina Mustopo berkecil hati untuk memulai bisnisnya 'Krakakoa' 

Sebelum merintis bisnis Krakakoa, dirinya memang berprofesi sebagai konsultan manajemen multinasional berfokus pada sektor pertanian untuk sejumlah negara berkembang. 

Berbekal pengalamannya itulah, Sabrina memilih untuk fokus pada pengembangan pertanian atau agriculture development.

Hal ini lantaran dia melihat potensi dampak yang besar yang dapat diciptakan melalui sektor ini. 

Menurutnya, dengan memperbaiki sektor pertanian, terutama dalam hal produksi kakao, dia percaya bisnisnya dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

"Setelah enam tahun berkarier di Boston lalu Singapura, aku rasa aku cukup di bidang konsulting dan tiap harinya sekedar memberikan advice ke klien. Saatnya aku memilih untuk bisa mengambil keputusan itu dengan cara jadi pengusaha," ucapnya dalam kanal Youtube Helmy Yahya yang dikutip Bisnis, Rabu (5/7/2023)

Kala dia mendirikan bisnis Krakakoa pada 2013, Sabrina juga menyadari kompetisi bisnis di industri cokelat masih lebih sedikit dibandingkan dengan industri kopi. 

Dengan memilih untuk fokus pada cokelat premium dan high end, Krakakoa dapat menempati posisi yang unik dan bersaing dalam segmen pasar yang lebih spesifik.

"Krakakoa itu kita awalnya terinspirasi dari Gunung Krakatoa alias Krakatau ya, apalagi pabrik kita di Lampung,"

Krakakoa Berdayakan Ratusan Petani Lokal

Selain dampak ekonomi, Sabrina turut menyadari pentingnya dampak sosial dan lingkungan yang dapat dihasilkan melalui bisnisnya.

Tak heran, dari keadaan ini, wanita yang lulus dari Cornell University pun memiliki hasrat untuk menangkap peluang yang sangat besar untuk melakukan sesuatu demi mensejahterakan petani cokelat di Indonesia. 

“Saya kaget melihat angka produksi kakao di Indonesia makin turun, pendapatan petani cokelat minim dan kualitas cokelat pun menurun," jelasnya pada.

Menurutnya, permasalahan industri cokelat Indonesia yang dilihat Sabrina adalah produktivitas yang rendah, pendapatan petani yang kecil, kualitas biji cokelat yang buruk, dan praktik tanam tak berkelanjutan. 

Apalagi, Indonesia yang awalnya berada di peringkat tiga negara penghasil biji kakao terbesar di dunia. 

Sayangnya, per November 2022  harus turun ke peringkat enam. Posisi ini disalip oleh Nigeria, Ghana dan beberapa negara di Latin Amerika lainnya. 

Demi memperbaiki persoalan ini, dia pun mulai menjadi pengumpul biji kopi dari petani lokal. 

"Saat 2013 kita masih skala kecil, di sana kami ikut mengedukasi dan memberikan pelatihan utamanya soal fermentasi biji kakao. Sama-sama belajar," ungakpnya. 

Tak bisa dipungkiri, selama merintis bisnis, Krakakoa menghadapi banyak kesulitan, apalagi saat masih beroperasi dengan skala kecil. 

Di mana, mereka harus melakukan eksperimen dan percobaan berulang untuk mencapai hasil yang diinginkan. 

Singkat cerita, setelah melalui berbagai perjalanan dan tantangan, Krakakoa akhirnya membuka pabrik di Lampung. 

Selang beberapa tahun dengan segala trial and error, visi untuk melibatkan ratusan petani lokal cokelat, mulai dari Aceh, Lampung, Bali, sampai Sulawesi, untuk menjadi penghasil biji kakao yang dapat dijual kepada Krakakoa dengan harga lebih tinggi di pasaran sukses di pasaran. 

Bahkan, Krakakoa telah membuka pabriknya di Lampung.

"Kini, petani yang mereka berdayakan telah mendapat upah yang lebih layak, yakni Rp4 juta sampai Rp5 juta," sebutnya. 

Tak hanya laku di pasaran dalam negeri, Krakakoa juga telah diekspor ke beberapa negara. Mulai dari, Singapura, Jepang, Eropa, New Zealand hingga Hong Kong. 

Adapun, kapasitas perbulannya mencapai empat ton dengan penghasil terbesar di Lampung dan Sulawesi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper