Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan dan pengguna kosmetik di Indonesia makin tinggi, yang memacu pertumbuhan jumlah pelaku industri kosmetik.
Dengan kondisi ini, asosiasi kosmetik berharap kosmetik Indonesia bisa melangkah ke mancanegera bahkan jadi pusat kosmetik halal dunia.
Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan Asosiasi Kosmetika (PPAK) Indonesia Solihin Sofian mengatakan permintaan pada kosmetik Indonesia mengalami eskalasi tinggi.
Anggota asosiasi sendiri saat ini menjamur tersebar di delapan wiilayah dengan jumlah anggota mencapai 218 industri.
Secara keseluruhan, dari kurun waktu 2020-2022 industri kosmetik berkembang cukup pesat walaupun dilanda pandemi.
Pada 2019 misalnya, jumlah industri kosmetik baru mencapai 760. Lalu masuk ke 2020 masa pandemi, pelaku industri kosmetik tumbuh mencapai 913.
Baca Juga
Sekarang, di 2023 baru pertengahan tahun, sudah ada 1.080 perusahaan industri kosmetika, dengan komposisi 90 persen UMKM lokal.
Solihin mengungkapkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri kosmetik adalah kreativitas anak bangsa.
"Pada saat kita pandemi, semua industri down, banyak yang diPHK, sementara kita bonus demografi, banyak yang mempunyai ide untuk bikin kosmetik itu dituangkan ke industri manufaktur, akhirnya itu berkembang. Selain itu, tidak lepas dari dukungan BPOM yang memudahkan memberikan izin tapi dalam pengawasan," katanya.
Tak Hanya Wanita
Permintaan kosmetik saat ini pun tak hanya didominasi oleh Kaum Hawa. Solihin mengatakan komposisi secara gender dari sisi pria pun semakin banyak. Hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan pebisnis kosmetik.
"Pria sudah tahu cara "mempercantik" diri, meningkatkan daya tarik, sekarang sudah mencapai 35-40 persen, sebelumnya biasanya konsumen pria cuma 20 persen," ujarnya.
Pertumbuhan permintaan kosmetik dari Kaum Adam juga tumbuh karena ada generasi yang muncul. Belum lagi ada pengaruh media sosial.
Tak Ada Persaingan
Solihin mengatakan dengan tingginya pertumbuhan industri kosmetik, pelaku industri tidak melihat adanya persaingan. Justru menjadi potensi untuk bertumbuh menjadi satu kelompok besar.
"Kalau Korea Selatan kosmetiknya bisa menjadi icon dunia, mereka cukup banyak tapi tidak ada persaingan, begitu juga kita, semakin banyak akan semakin baik," tutur Solihin.
Dia bahkan bermimpi bahwa Indonesia suatu saat harus bisa menjadi pusat kosmetik Halal dunia. Menurutnya, Halal tidak cuma soal agama, karena kehalalan produk itu memastikan bahwa produk itu sehat dan pasti baik untuk tubuh, tidak mengandung bahan-bahan berbahaya.
"Asosiasi sudah mulai edukasi kepada masyarakat bahwa halal itu sebetulnya sehat. Jadi untuk diterima di luar negeri apa pun konsumen non muslim yang ditekankan adalah halal itu sehat. Sementara di Indonesia, yang penduduknya meyoritas muslim, kosmetik halal tujuannya agar bukan hanya melindungi konsumen, tapi juga kebatinan, intinya halal itu hal yang baik," tutupnya.