Bisnis.com, JAKARTA -- Pamor radio di era digital sudah tak bersinar lagi seperti dulu. Kini industri radio sedikit banyak tergerus oleh hadirnya platform digital.
Kini, orang jarang yang dengan sengaja membeli perangkat khusus untuk mendengarkan radio. Namun, radio masih bisa ditemukan dan digunakan melalui perangkat di mobil atau gawai.
Dengan adanya digitalisasi tersebut, tak sedikit pula radio yang kemudian mengalihkan bisnisnya tak hanya sekadar siaran melalui gelombang, tapi juga secara daring menggunakan platform digital berbasis suara seperti halnya platform streaming musik dan siniar (siniar).
Namun, di balik kekhawatiran tergerusnya industri radio, masih banyak radio yang masie eksis siaran dan berdiri hingga saat ini. Hal ini tak lepas dari peran taipan-taipan besar di belakangnya.
Meski masih banyak radio yang berdiri, beberapa radio bahkan berada di bawah naungan satu perusahaan milik konglomerat yang sama.
Lantas, siapa saja taipan di balik radio-radio yang masih mengudara di Indonesia?
1. Erick Thohir
Menteri BUMN RI saat ini, Erick Thohir, merupakan pendiri, pengusaha, sekaligus pemilik Mahaka Group, konglomerasi perusahaan yang bergerak di bidang bisnis media dan hiburan. Bisnis tersebut dia geluti jauh sebelum terjun ke dunia politik.
Baca Juga
Pria kelahiran 30 Mei 1970 itu merupakan lulusan gelar sarjana (Bachelor of Arts) dari Glendale Community College. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di program Master untuk Bisnis Administrasi (Master of Business Administration) dari National Universty of California, Amerika Serikat.
Dia mendirikan Mahaka Group didirikan pada 28 November 1992, diawali dengan nama PT Abdi Bangsa Tbk (ABBA). Selanjutnya, pada 2010, perusahaan yang didirikan Erick Thohir itu berganti nama menjadi PT Mahaka Media Tbk.
Sebagai perusahaan konglomerasi, Mahaka Group menaungi sejumlah perusahaan, salah satunya PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI).
Mahaka Radio Integra awalnya didirikan pada 2006 dengan nama PT Genta Sabda Nusantara, yang mengelola Jak FM dan Gen FM Jakarta.
Kemudian, pada 2015, nama perusahaan ini diubah menjadi Mahaka Radio Integra dan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2017. Kini, perusahaan ini juga telah mengakuisisi dan menaungi radio Hot FM, Kis FM, Mustang FM, dan Most Radio.
Selain perusahaan radio, Mahaka Radio Integra juga melebur ke industri digital dengan meluncurkan aplikasi Noice. Lalu pada 2019, Mahaka mendirikan PT Mahaka Radio Digital untuk mengelola aplikasi Noice.
2. Soetikno Soedarjo
Soetikno Soedarjo merupakan konglomerat di balik berdirinya Grup Mugi Rekso Abadi (MRA)
Pria kelahiran 22 Agustus 1967 itu mendirikan MRA pada 1993. Perusahaan ini kemudian menjadi salah satu grup media yang menaungi Cosmopolitan dan Harper's Bazaar, serta menjadi holding terbesar di Indonesia.
Selain grup media massa, MRA Group juga bergerak di bidang industri makanan dan minuman, hiburan, gaya hidup, penyiaran, hotel, serta perusahaan ritel dan otomotif.
Selain itu, di bidang media penyiaran, MRA memiliki anak usaha MRA Media yang menaungi HardRock FM, I-Radio, Trax FM, dan Brava Radio.
3. Lilik Oetama
Lilik Oetama adalah CEO Grup Kompas Gramedia, yang mengambil alih konglomerat raksasa media tersebut pada 2015, lima tahun sebelum ayahnya sekaligus pendiri perusahaan, Jakob Oetama, meninggal.
Lilik memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari West Coast University, Amerika Serikat pada 1989 dan gelar Magister Manajemen dari universitas yang sama pada tahun 1991.
Dia mengawali kariernya pada 1995 di PT Grahawita Santika dan saat ini dia juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif. Dia juga memiliki pengalaman luas di sektor perhotelan dan memegang peranan penting dalam pengembangan perusahaan.
Di industri media massa, Lilik tak hanya mengembangkan penerbit koran, tapi juga majalah, buku, kanal berita daring, dan juga radio.
Lilik Oetama telah mengembangkan Kompas Gramedia menjadi lebih dari sekedar perusahaan media massa. Dia membentuk banyak cabang media Kompas Gramedia, dari KG Media, menerbitkan banyak sekali judul surat kabar dan majalah.
Di bawah Kompas Gramedia juga ada perusahaan jaringan radio PT Magentic Network Indonesia (KG Radio Network) yang didirikan pada 2017 oleh Jakob Oetama, dan membawahi jaringan radio milik Kompas Gramedia.
Saat ini tiga nama radio besar di bawah perusahaan itu adalah Radio Sonora FM, Radio Motion FM, Radio Smart FM.
4. Imran Amir
Mendiang Imran Amir adalah salah satu sosok pendiri radio Prambors, yang dia dirikan bersama Malik Sjafei, Mursid Rutam, Bambang Wahyudi, Tritunggal, dan yang lainnya di satu RT di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Dia mendirikan Prambors pada 1971, dan kini menjadi salah satu radio paling populer di Indonesia. Namanya diambil dari nama geng tongkrongan para pendirinya.
Pada awal dibentuk, nama radio tersebut adalah Prambors Rasisonia, yang merupakan singkatan dari Prambanan, Mendut, Borobudur, dan Sekitarnya, serta Radio Siaran Sosial Niaga.
Dahulu, Prambors hanya memutar yang tren pada masanya tahun 1960-an seperti "Massachusetts" dari Bee Gees, "I Gotta Know What’s Going On" dari The Cats, dan lagu-lagu beken dari band legendaris, The Beatles.
Seiring dengan Prambors yang semakin tenar, pada 18 Maret 1971, kelompok tersebut kemudian membentuk badan hukum resmi bernama PT Radio Prambors Broadcasting Service.
5. Hary Tanoesoedibjo
Nama konglomerat Hary Tanoesoedibjo ternyata tak hanya berada di industri media visual, tapi juga radio melalui MC Trijaya FM.
Sebelum diakusisi MNC, Trijaya FM Network didirikan pada 1970. Kini, perusahaan ini telah berdiri di bawah PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).
Pria kelahiran 26 September 1965 itu menempuh pendidikan tinggi di Carleton University di Kanada. Pada 1988, dia memperoleh gelar sarjana di bidang Perdagangan, kemudian gelar MBA pada 1989 di University of Ottawa.
Dia mendirikan perusahaannya MNC mulai 1989, yang kini dikenal dengan MNC Group. Sementara MNC Media dia dirikan pada 1997, yang kini membawahi berbagai bisnis media mulai dari RCTI, MNC TV, GTV, iNews, MNC Vision, IDX Channel, sampai MNC Radio Networks.