Bisnis.com, JAKARTA -- Tepat pada perayaan Hari Natal, Rabu (25/12/2024), pesawat Azerbaijan Airlines dengan kode penerbangan J28243/AHY8243 mengalami kecelakaan di dekat Kota Aktau, Kazakhstan.
Dalam kecelakaan pesawat tersebut, setidaknya menelan korban 38 penumpang tewas. Sementara, korban yang selamat mencapai 29 penumpang.
Pesawat jet penumpang itu disebut tengah menuju Rusia, dan jatuh di Kazakhstan. Mengutip The Wall Sreet Journal, seorang pejabat Ukraina dan pakar penerbangan memperkirakan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh tembakan antipesawat Rusia.
Pesawat Azerbaijan Airlines terbang dari Baku di Azerbaijan ke Grozny di Rusia dan mengalihkan jalur di atas wilayah tempat pertahanan udara Moskow, yang tengah memerangi pesawat nirawak Ukraina dalam beberapa pekan belakangan.
Pesawat yang membawa 62 penumpang dan lima awak itu mencoba melakukan pendaratan darurat sebelum kemudian jatuh di dekat kota pesisir Aktau di Kazakhstan barat setelah berbalik dan terbang ke arah timur di atas Laut Kaspia.
Namun, dilansir euronews.com, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menyampaikan berdasarkan informasi yang dia peroleh, pesawat tersebut berbalik arah karena cuaca buruk, sehingga harus kembali ke Bandara Aktau, sebelum kemudian mengalami kecelakaan saat tengah mendarat.
Baca Juga
Lantas, siapa Pemilik Azerbaijan Airlines (AZAL)?
Mengutip laman resminya, Azerbaijan Airlines (AZAL) merupakan maskapai penerbangan milik negara Azerbaijan. Maskapai ini dibentuk setelah negara tersebut merdeka pada 1991. Sebelumnya, maskapai ini beroperasi sebagai bagian dari maskapai Rusia Aeroflot.
Setelah didirikan, maskapai ini resmi beroperasi pada 7 April 1992 sebagai maskapai nasional pertama yang berdiri di Azerbaijan setelah negara tersebut merdeka, dan menunjuk Vadif Sadykhly sebagai presiden pertamanya.
Rute penerbangan pertamanya adalah dari Bandara Baku ke Istanbul membawa muatan kargo. Hingga pada 1994, AZAL mulai membuka rute penumpang ke Dubai.
Selanjutnya, maskapai ini mulai terbang ke Teheran, Tel Aviv, Saint Petersburg, London, dan China, hingga kemudian layanan ke beberapa tujuan regional dihentikan pada pertengahan 1998, karena margin yang rendah.
Perusahaan milik negara tersebut diprivatisasi pada 2000-an. Proses privatisasi dimulai pada 2003, sesuai dengan rencana yang disusun oleh Kementerian Pembangunan Ekonomi Azerbaijan.
Setelah diprivatisasi, menurut laporan Eurasianet, kepemilikan aset perusahaan tersebut berakhir di tangan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh anggota keluarga elit politik Azerbaijan, termasuk anggota keluarga Presiden Ilham Aliyev, Arzu Aliyeva.
Kini, maskapai ini sudah kembali menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di bursa efek dan berada di bawah manajemen Azerbaijan Investment Holding.
Saat ini, Azerbaijan Airlines mengoperasikan layanan berjadwal ke berbagai tujuan di seluruh China, negara-negara CIS (Commonwealth of Independent States), Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
Di Eropa, Azerbaijan Airlines menjangkau kota-kota seperti Barcelona, Berlin, Chisinau, Frankfurt, Jenewa, London, Milan, Minsk, Paris, Praha, Tiblisi, Tel Aviv, dan Wina.
Di Asia, Azerbaijan Airlines menjangkau kota-kota Aktau, Almaty, Astana, Antalya, Ankara, Bahrain, Beijin, Bishkek, Bodrum, Dammam, Delhi, Doha, Dubai, Dushambe, Jeddah, Islamabad, Istanbul, Lahore, Mumbai, Riyadh, Tashkent, hingga Urgench.
Selain itu, Azerbaijan Airlines juga melayani berbagai tujuan domestik di dalam negeri seperti ke Ganja, Lankaran, Nakhchivan, dan Qabala, serta melayani berbagai tujuan di Rusia, seperti ke Ekaterinburg, Kazan, Moskow, Sochi, Saint Petersburg, Volgograd, Ufa.
Tak hanya itu, Azerbaijan Airlines juga mengoperasikan penerbangan langsung dari Baku ke New York.
Pada 2015, maskapai ini bahkan sempat menerima penghargaan sebagai "Maskapai Penerbangan Bintang 4 Terbaik" versi Skytrax.