Bisnis.com, JAKARTA -- Salah satu pabrik peleburan atau smelter nikel terbesar di Indonesia nyaris guluung tikar dan dinyatakan bangkrut.
Dilansir Bloomberg, PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), yang berafiliasi dengan raksasa baja tahan karat Jiangsu Delong Nickel Industry Co., telah memangkas produksi dan hampir menutup total, hanya beberapa bulan setelah perusahaan induknya di China bangkrut.
Perusahaan itu juga telah menunda pembayaran kepada pemasok energi lokal dan tidak dapat memperoleh pengurangan nikel.
Melansir Bloomberg, Jumat (21/2/2025), Jiangsu Delong Nickel Industry sebelumnya telah mengajukan kebangkrutan pada paruh kedua tahun lalu.
Sementara itu, pabrik peleburan nikel milik anak usahanya di Indonesia, kemungkinan juga akan menghentikan produksi jika situasi terus berlanjut.
Kebangkrutan perusahaan smelter nikel terbesar di Indonesia itu lantaran harga nikel global yang turun hampir setengahnya sejak akhir 2022 karena produksi Indonesia yang sedang meningkat.
Baca Juga
Gunbuster sendiri sebelumnya mampu memproduksi 1,8 juta ton nikel pig iron per tahun. Namun kini telah menutup hampir semua lini produksinya dari lebih dari 20 jalur produksi sejak awal tahun.
Lantas siapa pendiri PT GNI?
Mengutip laman resminya, PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) didirikan oleh seorang pengusaha asal China, Tony Zhou Yuan, yang juga menjabat sebgai Direktur Operasional PT GNI.
Kendati tak banyak informasi pribadi mengenai Tony, dia diketahui mendirikan PT GNI di Morowali Utara, Sulawesi Tengah sejak 2019, sebuah smelter dengan teknologi Rotary Klin Electric Furnace (RKEF) yang digadang-gadang lebih ramah lingkungan, dengan 25 jalur produksi.
Sebagai salah satu smelter terbesar di Indonesia, smelter nikel ini dapat memproduksi hingga 1,9 juta ton Nickel Pig Iron (NPI) per tahun. Perusahaan tersebut kemudian diresmikan oleh Joko Widodo pada 27 Desember 2021.
Melalui perusahaannya, PT GNI memberikan investasi jumbo ke Indonesia dengan nilai lebih dari Rp42 triliun di wilayah Morowali Utara, Sulawesi Tengah.