Bisnis.com, JAKARTA - Kemiskinan dan penjajahan. Begitu kata Ciputra soal Indonesia. Pasalnya, kurangnya jumlah wirausahawan di Indonesia dikarenakan bangsa ini mengalami masa penjajahan yang cukup lama, lebih dari 350 tahun. Hal ini berdampak kepada minimnya jiwa kewirausahawan dalam diri masyarakatnya.
“Wapres pernah bertanya, kenapa kurang enterpreneur? Itu karena Indonesia pernah dijajah 350 tahun, pribumi dijadikan buruh, kurir," ujar Ciputra dalam acara Global Enterpreneurship Week di Gedung Bank Indonesia.
“Bahkan ada joke, di Olimpiade, orang Ethiopia menang lomba lari, tapi Indonesia menang angkat besi. Itu karena terbiasa angkat barang karena biasa menjadi buruh," candanya.
“Mengapa saya selalu berbicara bahwa entrepreneurship itu penting? Alasannya, jika semangat entrepreneurship ini bisa meluas, manfaatnya akan sangat besar untuk memutus mata rantai kemiskinan. Di sinilah peran penting entrepreneurship untuk membangun kemajuan sebuah bangsa,” katanya.
Itu mengapa, terkait dengan program entrepreneurship tersebut, Ciputra juga menyampaikan bahwa dalam pihaknya akan meluncurkan Entrepreneurship Education Online Program atau Program pendidikan entrepreneurship secara online. Tujuannya memberikan materi dan pelatihan entrepreneurship secara online, agar bisa diakses melalui internet di berbagai Negara.
“Dengan menjalankan berbagai program entrepreneurship tersebut, target saya adalah menciptakan entrepreneur sebanyak-banyaknya di Indonesia. Karena saya yakin, makin banyak entrepreneurship maka perekonomian negara ini akan semakin kokoh,” katanya.
Hasil riset Gallup 1997 memaparkan 7 dari 10 pelajar SMA di AS itu memilih menjadi entrepreneur dan memulai bisnisnya, daripada menjadi karyawan atau pegawai. Ciputra pun langsung menyahut dan membandingkan apa yang terjadi di Padang, Sumatra Barat.
Kota Minang yang dikenal perantau dan sukses membuat rumah makan padang di mana-mana. Sukses berentrepreneur, sukses menciptakan peluang kerja dan bisa survive di hampir seluruh penjuru negeri. Namun, sekarang semua sudah berubah.
Anak-anak muda Padang sekarang bermimpi menjadi pegawai negeri, daripada menjadi perantau dan membuka rumah makan Padang. Angka statistiknya persis dengan di AS, tetapi kebalikannya. “Hanya 7 dari 10 anak Padang ingin jadi PNS. Hanya 3 yang masih ingin berwirausaha. Saya sedih mendengarnya,” ucap Ciputra.