Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciputra Way: Pastikan Akurasi Ceruk

Bisnis.com, JAKARTA - Satu pengalaman yang kami pelajari termasuk saya dalam perjalanan bisnis hingga sekarang ialah agar mengetahui dengan benar dan akurat ceruk/ bidang yang di dalamnya kita dapat bersaing dengan pelaku pasar lainnya.

Bisnis.com, JAKARTA - Satu pengalaman yang kami pelajari termasuk saya dalam perjalanan bisnis hingga sekarang ialah agar mengetahui dengan benar dan akurat ceruk/ bidang yang di dalamnya kita dapat bersaing dengan pelaku pasar lainnya.

Jika memang kurang yakin, jangan memaksakan diri untuk terjun dalam bidang tersebut. Karena jika nekat, risikonya akan jauh lebih tinggi daripada potensi keuntungan yang Anda akan nikmati.

Contoh nyata dari pernyataan ini ialah saat kami Tim Pembangunan Jaya harus menghadapi krisis pada 1998.  Salah satu keputusan yang banyak membantu perusahaan keluar dari jurang krisis ialah keputusan mengkonversi utang yang saat itu masih dalam mata uang dollar AS ke rupiah.

Latar belakangnya, saat itu Jaya Real Property berutang US$55 juta dari Bank Bali. Trisna Muliadi yang piawai dalam pengaturan keuangan kala itu mengusulkan langkah berani dalam penyelematan perusahaan, yakni dengan menerima tawaran Bank Bali tersebut. Langkah tersebut terbilang miris karena di saat yang sama (Oktober 1997), kondisi rupiah masih labil.  

Apa yang Jaya lakukan selanjutnya dengan uang yang sedemikian besar itu Kami mengambil US$36,5 juta dari pinjaman Bank Bali itu lalu kami sepakati bersama untuk menerapkan strategi Trisna yang mengkonversi ke rupiah dengan menggunakan kurs saat itu (dari Rp2.400 menjadi Rp3.600/dollar AS). 

Jumlah sisa dari total utang dari Bank Bali itu kami konversi pula dengan nilai tukar yang lebih tinggi (Rp3.800/ dollar AS) pada bulan Januari 1998. 

Terselip keraguan di benak para direktur dan komisaris saat itu, tetapi setelah ditimbang kembali, mereka memahami bahwa itulah keputusan terbaik yang bisa diambil di posisi terjepit seperti itu. Risiko depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang berkisar 4-6% pun diabaikan demi kepentingan yang lebih besar: meringankan beban perusahaan di masa genting.

Namun, langkah itu juga bukannya bebas risiko. Jika terbukti salah, Jaya Real Property akan terjerat utang Rp418 miliar, yang untuk kemampuan perusahaan saat itu sudah lebih dari cukup untuk membuat bisnis limbung dan koma, bahkan gulung tikar.

Medio 2004, pasca penyelesaian kewajiban, Jaya akhirnya berhasil menjual kepemilikan secara total pada PT Jaya Fibrindo Karsa Pratama pada manajemen Fibrindo. Mengapa Karena Jaya merasa sudah tidak memiliki kelebihan kompetitif dalam bidang usaha Fibrindo. Ditambah lagi dengan business model yang kurang sesuai dengan Jaya, yakni bersaing dengan industri rumahan (home industry).

Pengurus menggunakan dana pesangon untuk pembelian kepemilikan Jaya. Fibrindo pun akhirnya urung kolaps.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ciputraentrepreneurship.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler