Bisnis.com, JAKARTA - Saya menemukan satu hal yang cukup mengejutkan bagi bangsa Indonesia. Jikalau dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dengan GDP per kapita US$2,300 dan pertumbuhan ekonomi rata sebesar 5% per tahun, Indonesia memerlukan 38 tahun untuk mencapai GDP per kapita US$10,000 sebagai salah satu kriteria pengentasan Indonesia dari kemiskinan.
Baru pada 2047 kita boleh menyebut diri negara modern. Terlalu lama bukan? Namun waktu perjuangan ini bisa diperpendek menjadi 25 tahun jika laju pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7% secara konsisten selama rentang tahun tersebut.
Mencapai rata-rata 7% per tahun selama 25 tahun tidak mudah, kita tidak memiliki jejak rekam seperti itu. Target penuh ambisi ini hanya mungkin kita lakukan bila kita melakukan strategi yang berbeda, itulah yang saya sebut sebagai strategi Quantum Leap atau lompatan ke depan.
Strategi Quantum Leap dapat terjadi bila Indonesia melakukan pendidikan dan pelatihan entrepreneurship secara terstruktur, sistimatis dan penuh komitmen mencapai kelompok-kelompok masyarakat di seluruh Indonesia.
Tujuan pendidikan entrepreneurship adalah memberdayakan anak bangsa sehingga mereka mampu menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri dan dengan cara itu generasi muda Indonesia menjadi solusi bagi diri sendiri dan juga solusi bagi masyarakat.
Mereka tidak lagi menjadi penganggur yang jadi beban bagi masyarakat. Dirk Meyer, President & CEO Advanced Micro Devices sebuah perusahaan yang memproduksi processor dengan kantor pusat di Sillicon Valley California Amerika memiliki pendapat yang menguatkan konsep saya diatas, ia berkata, Education is the clearest path to individual opportunity and societal growth, and entrepereneurship is especially vital to fueling a more robust global economy.
Saya memiliki keyakinan penuh hanya dengan pendidikan entrepreneurship, Indonesia bisa menciptakan generasi muda yang mampu jadi lokomotif-lokomotif ekonomi dan mereka akan menarik begitu banyak gerbong yang mandek. Pendidikan entrepreneurshiplah yang akan menciptakan pribadi-pribadi yang mandiri secara ekonomi dan mampu menciptakan pekerjaan bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Salah satu langkah nyata mewujudkan konsep di atas Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) telah bekerja sama Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan program CEP (Campus Entrepreneur Program) pada 2007 untuk melatih 28 alumni UGM menjadi entrepreneur.
Program ini menghasilkan alumni-alumni yang ternyata berhasil menempuh jalan entreprenur dan menjadi lokomotif bagi orang lain. Berikut ini adalah dua cerita sukses dari alumni Campus Entrepreneur.
Contoh pertama adalah Anto, sarjana teknik mesin UGM, yang adalah anak seorang mandor yang sebelumnya tidak mengerti soal entrepreneurship saat ini berhasil mengembangkan properti dengan total aset Rp5 miliar di bilangan Bantul, Yogyakarta.
Sementara itu, Wahyudi, sarjana farmasi UGM berhasil mengembangkan entrepreneurship dengan memproduksi biodiesel dengan dasar buah nyamplung. Nyamplung adalah tumbuhan yang selama ini dianggap sampah oleh masyarakat ternyata bisa menghasilkan alternatif energi bagi masyarakat desa.
Wahyudi berhasil meyakinkan Pertamina untuk menyalurkan dana CSR mereka sekitar Rp 6,5 miliar untuk pembangunan pabrik pengolahan Nyamplung menjadi Biodiesel di Grobogan-Purwodadi untuk proyek desa mandiri energi.
Dua testimoni di atas semakin meyakinkan saya bahwa metode yang dikembangkan untuk melatih mereka yaitu pembelajaran entrepreneurship the Ciputra Way adalah metode yang telah teruji dan patut untuk disebarkan sebanyak-banyaknya ke seluruh Indonesia.
Hasil akhir ini juga makin meyakinkan saya bahwa semangat dan kecakapan entrepreneurship memiliki daya ubah yang luar biasa [ruarrrr biasa...] untuk masa depan seseorang ataupun sebuah bangsa. Selanjutnya ini makin mendorong saya untuk terus mengobarkan semangat dan kecakapan entrepreneurship di Ciputra Group, semakin kita memupuk dan mengembangkannya peluang-peluang baru akan makin terbuka lebar di depan kita.
Syaratnya, perusahaan kita harus makin banyak dipenuhi oleh para professional entrepreneur atau intra-preneur, yaitu mereka yang walau bekerja di sebuah perusahaan, tetapi memiliki semangat dan kecakapan entrepreneurship yang mereka gunakan untuk mengembangkan perusahaan tempat mereka berkarya.
SDM seperti ini perlu kita dapatkan, kita latih dan kita kembangkan di Ciputra Group. Melalui pertumbuhan perusahaan yang terus menerus maka saya melihat Ciputra Group akan jadi sebuah perusahaan yang konsisten bahkan makin besar perannya dalam ikut serta membangun daerah dan negara melalui entrepreneurship. (ciputraentrepreneurship)