Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciputra Way: Apa Beda Tukang Sampah & Entrepreneur?

Apa bukang sampah dan entrepreneur? Entrepreneur mengubah sampai bernilai tambah, bukan sekadar menjadikan uang. Namun, entrepreneur harus banyak belajar dari praktik, bukan teori semata, seminar.

Bisnis.com, JAKARTA -    Apa beda tukang sampah dan entrepreneur?  Dalam terminologi Ciputra, yang kerap diulang-ulang, seorang entrepreneur  mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Tukang sampah? Mengumpulkan sampah lalu jual sampah. Sama-sama menghasilkan uang, tapi entrepreneur memberikan nilai tambah pada sampah. Mengubah tempat ‘jin buang anak’ menjadi surga hiburan.

Di mana letak perbedaan hakiki? Entrepreneur berpikir lebih tajam dari pada tukang sampah. Tukang sampah pasrah pada keadaan, tidak mau rumit. Makanya hanya mengumpulkan sampah lalu menjual sampah a.l. mengumpulkan botol minuman air mineral dan menyerahkan ke pengumpul dan dapat uang.

Entrepreneur mengemas botol minuman air mineral menjadi seuatu yang sebelumnya tidak ada. Sekali lagi, entrepreneur dicirikan dengan inovasi, out of the box dalam berpikir.

Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda.

Dalam berbagai kesempatan, bahkan dalam beberapa tulisannya, Ciputra selalu mengatakan: Seorang entrepreneur adalah seorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya. Oleh karena itu, seorang entrepreneur akan mengubah ilalang jadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resort yang indah, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.

Namun harus diingat, Ciputra selalu mengingatkan: Esensi entrepreneurship  bukan teori, tetapi praktik di lapangan. 

“Inilah ilmu kehidupan yang telah saya pelajari sejak kecil di toko kelontong yang didirikan oleh mendiang orang tua saya. Mereka tidak menyuruh saya membaca buku berdagang, tetapi mereka melibatkan saya di dalam pengelolaan toko kelontong kami saat itu. Dan, itu adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya,” tuturnya dalam berbagai kesempatan.

BACA JUGA:

- Ciputra Way: Syarat Seorang Entrepreneur

- Ciputra Way: Bisnis Itu Sebuah Proses Panjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper