Bisnis.com, JAKARTA - Pepatah jaman dulu mengatakan No Man is An Island, tidak ada pulau yang sendirian. Begitupun manusia. Tidak bisa hidup sendirian. Pulau saja terhubung satu dengan yang lainnya melalui lautan.
Dan ternyata, dibalik kisah sukses seorang, selalu ada kisah orang lain dibaliknya. Karena itulah, dijaman dimana teknologi juga semakin berkembang melalui social media, networking menjadi semakin penting!
Saya teringat baru-baru ini, ada seorang peserta lulusan institut terkemuka di Indonesia, curhat kepada saya, “Saya pikir dengan fokus pada kemampuan diri saya dan mengerjakan semua job deskripsi maka semuanya akan cukup. Ternyata mampu bekerja saja tidaklah cukup.
Saya kurang bersosialisasi. Hal ini telah saya bayar mahal dengan karir saya yang tidak bergerak ke mana-mana dalam 4 tahun terakhir ini. Masukan yang menampar saya adalah tatkala saya dibilang terlalu ‘single fighter’ dan idak bisa bergaul”.
Mungkin Anda pun pernah menonton film Cast Away? Film era 2000 yang pernah dibintangi oleh Tom Hank dan menerima Golden Globe Award atas aktingnya yang luar biasa, saat terdampar sendirian disebuah pulau di Pasifik Selatan.
Dalam keterasingannya, dikisahkan bagaimana seseorang yang terdampar sekalipun, membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi. Sampai-sampai, akhirnya si aktor yang terdampar sendirian ini menciptakan seorang teman dalam imajinasinya, yang terbuat dari bola volley. Akhirnya, salah satu “benda” yang membuatnya tetap bertahan hidup secara waras, adalah bola volley-nya yang dianggap seakan-akan seperti temannya itu.
Begitulah, dari dua situasi di atas, marilah kita meyakini bahwa sungguh pentinglah buat kita untuk membangun networking (jaringan). Networking, seringkali didefinisikan sebagai keterhubungan antara sesama orang, ide ataupun sumber daya.
Namun, umumnya networking diartikan sebagai keterhubungan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Dan bicara soal pentingnya, kehadiran orang lain dalam kehidupan kita, ada pepatah yang mengatakan, If you don’t know how to do networking, you’re actually not working.
Bahkan, Harvey McKay, penulis buku Dig Your Well Before You’re Thirsty, menantang kita untuk mengecek apakah networking kita telah bagus dengan dua pertanyaan yang sederhana. Jika kamu terbangun pada saat jam 2 tengah malam, dan saat itu kamu sedang membutuhkan pertolongan.
Nah, berapa orang, selain keluargamu yang bisa kamu telpon untuk dimintai pertolongan? Menurutnya, itu menjadi salah satu cara untuk melakukan tes terbaik, apakah kita punya network yang baik selama ini. Atau, menurutnya, test lainnya adalah dengan menjawab pertanyaan ini: seberapa banya orang yang akan hadir dalam pemakamanmu, jika engkau meninggal hari ini? Itulah network yang Anda bangun selama ini.
MENGAPA PELU NETWORKING
Di era sekarang, pertanyaan semacam itu rasanya seharusnya tidak perlu lagi ditanyakan. Yang jelas, pertama, sejak lahir kita sudah ditentukan bahwa kita membutuhkan orang lain untuk berkembang secara sehat dan waras. Betul loh, supaya waras kita butuh orang lain! Ada sebuah penelitian menarik di jaman perang dunia kedua yang membuktikan hal ini. Hal ini terjadi dengan bayi-bayi yang ada di Eropa.
Jadi, karena banyaknya keluarga yang meninggal akibat perang, bayi-bayi korban perangpun kemudian ditampung. Namun, saking banyaknya bayi yang harus ditampung, akibatnya rumah sakitpun kewalahan. Banyak di antara bayi itu yang diserahkan kepada keluarga yang bersedia merawatnya. Belasan tahun kemudian, bayi yatim piatu yang dirawat di rumah sakit dengan jumlah perawat yang terbatas, diperbandingkan. Hasilnya? Bayi yang dirawat di dalam keluarga, sekalipun tidak semua keluarga itu termasuk keluarga harmonis.
Namun, kenyataannya, rata-rata bayi yang dirawat di keluarga ternyata lebih sehat dan lebih normal pertumbuhan mental psikologisnya. Jadi, ingatlah, interaksi dengan orang lainlah yang membuat kita menjadi waras dan sehat!
Alasan kedua soal perlu networking adalah fakta bahwa pertemuan kita dengan orang lainlah yang mungkin menghantar kita ke level sukses berikutnya. Saya teringat dengan kisah sukses Napoleon Hill, sang penulis buku legendaris Think and Grow Rich yang hingga akhir hayatnya menjadi terkenal dan kaya raya berkat bukunya itu.
Namun, Napoleon Hill mengatakan, pertemuan dirinya dengan Andrew Carnegie-lah yang sebenarnya mengubah segalanya. Awalnya dikisahkan Napolen Hill yang saat itu masih kere, ogah-ogahan saat diminta bertemu dengan Andrew Carnegie, si jutawan yang eksentrik itu. Tetapi, ternyata justru pertemuan mereka menjadi pertemanan yang akrab bahkan, Andrew Carnegie-lah yang memberikan ide penulisan buku yang membuat nama Napolen Hill melambung. Jadi kesimpulannya, jangan menyepelekan orang karena orang itulah yang mungkin membawa Anda ke level sukses berikutnya.
Alasan ketiga-nya, saya teringat dengan sebuah kalimat menarik dari seorang artis, “Saya mencintai penonton saya, karena merekalah yang bertepuk tangan”. Betul sih kalau kita renungkan. Kesuksesanmu tidak ada artinya, tanpa kehadiran orang lain. Yang jelas, kita membutuhkan rang lain untuk menjadi lebih sukses.
Bahkan setelah suksespun kita butuh orang lain untuk menjaga prestasi yang telah kita raih, paling nggak ya itu, untuk bertepuk tangan! Dengan demikian, sebenarnya bisa disimpulkan jatuh bangunnya kesuksesanmu, banyak ditentukan oleh bagaimana kamu merawat hubunganmu sekarang!
PRINSIP PENTING NETWORKING
Pertama, mulai sekarang hindarilah mentalitas Lone Ranger. Apa itu? Lone Ranger, adalah salah satu tokoh fiktif anak-anak yang menambil setting jaman koboi. Dikisahkan Lone Ranger ini adalah tokoh koboi yang hidupnya sendirian, berkelana kemana-mana memberantas kejahatan.
Tetapi, kalau kita perhatikan, sebenarnya Lone Ranger pun tidak sendirian karena ia punya seorang teman Indian yang setia menemaninnya, namanya Tonto. Nah, seringkali dikatakan hindarilah mentalitas Lone Ranger ini yakni merasa mampu melakukan segala sesuatu sendirian.
Iya sih memang di satu sisi kita harus menjadi mandiri, tetapi bukan berarti pula kita menjadi egois, cuek, anti–sosial serta merasa tidak membutuhkan orang lain sama sekali.
Yang kedua, pada saat networking, mulailah dengan niat yang tulus. Terus terang, reputasi kata networking itu sendiri, sekarang ini, tidaklah selalu bagus. Tatkala sedang berdiskusi soal topik ini, seorang kameraman TV tempat saya siaran berkisah, “iya Pak. Saya pernah diminta no telpon oleh beberapa teman saya dulu di SD dan diajak untuk networking. Awalnya sih mereka bilang mau ketemu untuk cerita-cerita sambil nostalgia, tapi ujung-ujungnya saya diajak untuk menjadi bagian dari suatu multi level marketing”.
Pertanyaannya sekarang, apakah salah jika orang mendapatkan keuntungan seperti itu dari network yang dibangunnya? Jawabannya, tentu saja tidak. Hanya saja, seperti diungkapkan oleh salah satu peserta training saya, “rasanya sebel Pak, baru ketemu saja, isinya sudah jualan!”.
Karena itulah, tak mengherankan jika di beberapa pertemuan dan gathering, ada larangan untuk berjualan dan memanipulasi pertemuan itu demi kepentingan pribadi. Jadi, cobalah membangun network Anda dengan niat yang tulus terlebih dahulu. Niat untuk saling berbagi, saling mendukung dan saling memberikan informasi.
Untuk itu pula, dalam networking berusalahah timbal balik. Berusahalah untuk bermanfaat bagi orang lain, jangan hanya mempergunakan orang lain untuk kepentinganmu. Bahkan, ingatlah selalu prinsip ini, in order to get, you have to give!. So, jangan sampai mengatakan networking, tapi ujung-ujungnya kita memperalat orang lain untuk kepentingan kita melulu. Itu namanya bukan networking tapi manipulating orang!
Nah, berbagai agenda seperti itulah yang terkadang membuat orang merasa malas untuk melakukan networking.