Bisnis.com, JAKARTA - Produk berkualitas tak akan bisa laris-manis tanpa strategi pemasaran efektif. Hal ini diperhatiakan betul oleh Firdaus dan adik-adiknya. Memulai usaha dari nol, keluarga ini awalnya membuka sebuah toko di pusat tekstil di pasar Cipadu dan terus bertambah menjadi 5 toko saat ini.
Meski jumlah tokonya terus meningkat, Firdaus mengakui jangkauan mereka masih sangat sempit. “Pembeli yang ke pasar Cipadu rata-rata orang Jabodetabek. Padahal, banyak orang di luar provinsi dan luar pulau yang membutuhkan produk ini,” katanya.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Firdaus dan adik-adiknya membuka sistem distributor dan keagenan (reseller). Melalui sistem ini, Firdaus justru berperan sebagai produsen dan melemparkan kegiatan pemasaran kepada masyarakat umum.
Agar masyarakat tertarik bekerja sama, dia memberlakukan potongan harga atau diskon bagi para reseller dan harga eceran untuk konsumen akhir (end user).
Dia membanderol bantal cinta dengan harga Rp70.000 per buah untuk harga eceran dan Rp55.000 per buah untuk harga reseller. Adapun bed cover dihargai Rp400.000—Rp450.000 untuk end user dan Rp380.000—Rp390.000 untuk reseller. Terakhir, dia menjual Rp160.000 per satu set sprei untuk end user dan Rp125.000 per satu set sprei untuk reseller. Harga tersebut berlaku untuk pembelian minimal 10—20 produk.
Lantaran memfokuskan pemasaran kepada reseller, Firdaus tak mengambil margin keuntungan terlampau besar. “Laba bersih dari bisnis ini hanya berkisar 10%. Kami ingin membagi kue keuntungan bagi para reseller. Kasihan reseller kalau dapat harga dari kami tinggi, keuntungan mereka tidak akan banyak. Oleh karena itu, saat ini fokus kami adalah meningkatkan kapasitas,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, bisnis sprei, bantal, dan bed cover merk Ge-Er makin moncer. Dari hanya sebuah toko sederhana di Tangerang, kini mereka sudah memiliki distributor yang tersebar di 30 provisni dan ratusan agen atau reseller.
Kendati terbantu dengan keberadaan reseller, Firdaus mengaku sistem ini memiliki kelemahan. Lantaran berurusan dengan orang-orang baru, dia jadi sangat selektif dalam memilih mitra.
“Banyak orang yang datang ke kami untuk bekerja sama. Selama niatnya baik, kami tentu akan membuka pintu selebar-lebarnya. Agar bisnis lancar, kami ingin semua pembayaran dilakukan secara tunai. Namun, ada saja mitra yang ingin berhutang dan membayar tak tepat waktu. Pembayaran macet ini bisa berimbas pada kegiatan lain,” katanya.
Untuk meminimalisir situasi tersebut, Firdaus acap kali memberikan potongan harga. Menurut dia, lebih baik merelakan keuntungan dipotong, ketimbang menemukan kredit macet dari reseller.
Melihat roda bisnis yang terus berputar, dia mengatakan peluang bisnis untuk produk sprei, bantal, dan selimut terbuka lebar. Hal ini tak luput dari pesanan konsumen yang tak pernah sepi. Tak heran, pemain baru pun bermunculan bak jamur di musim hujan.
Meski demikian, Firdaus tetap optimis bisa meraih kue keuntungan dari bisnis ini. “Kunci sukses dalam berjualan adalah menawarkan produk berkualitas dan memberikan layanan prima ke pada konsumen. Selain itu, kita juga harus pandai melihat keinginan pasar dan tren saat ini. Jika semua faktor-faktor ini bisa dipenuhi, konsumen pasti akan kembali lagi ke kita.”