Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SPIRITUAL LEADERSHIP: Daya Tahan Pemimpin

Jarum jam sudah menunjuk ke angka tujuh malam. Ketika kantor-kantor yang lain sudah mematikan lampu dan hanya menyisakan satu-dua karyawan yang lembur kerja, di kantor Trans TV dan Trans7 ternyata masih terlihat hiruk-pikuk.
 Menggantikan pemimpin terdahulu yang memiliki rekam jejak gemilang tentu tidak mudah. Foto ilustrasi. / leadershipalive.com
Menggantikan pemimpin terdahulu yang memiliki rekam jejak gemilang tentu tidak mudah. Foto ilustrasi. / leadershipalive.com

Jarum jam sudah menunjuk ke angka tujuh malam. Ketika kantor-kantor yang lain sudah mematikan lampu dan hanya menyisakan satu-dua karyawan yang lembur kerja, di kantor Trans TV dan Trans7 ternyata masih terlihat hiruk-pikuk.

Jika yang hiruk-pikuk karyawan bagian produksi memang wajar karena stasiun televisi itu mengudara selama 24 jam sehari. Namun tampak bahwa karyawan bagian back office masih juga terbenam dalam pekerjaannya. Orang-orang muda ini memang enerjik dan tetap menunjukkan semangat nan tinggi.

Energi karyawan tentu terpengaruh oleh pemimpinnya. Jika pemimpinnya memiliki energi melimpah dapat dipastikan energi itu menular kepada seluruh karyawannya. Jack Welch, sang legenda hidup, menuturkan dengan rumusan sederhana.

Pemimpin harus memiliki semangat  karena energi ini akan menular kepada anak buahnya. Dalam kasus Trans TV dan Trans7 – dan kemudian menyusul Detik.com yang kemudian disatukan dalam wadah bernama Trans Media – energi ini muncul dari pemimpin tertingginya Atiek Nur Wahyuni.

Sejak 2012, Atiek dipercaya oleh pemilik Trans Media Chairul Tanjung untuk menjadi nakhodanya. Sebelum menjadi CEO Trans Media, Atiek memang relatif lama berkarir di Trans TV.

Dia meniti karir dari kepala divisi, kemudian menapak jenjang marketing and sales director. Ketika TV7 diakuisi dan berubah nama menjadi Trans7, Atiek dipercaya menjadi vice president director. Sebenarnya posisi ini setara dengan CEO karena Atiek memiliki tanggungjawab penuh terhadap Trans7.

Ia bertanggung jawab mengubah warna rapor Trans7 yang sebelumnya memiliki merah menjadi berwarna biru. Tanggung jawab ini bisa dituntaskan dengan bagus oleh Atiek. Alhasil pada 2012 ketika terjadi perubahan manajemen Trans TV dan Trans7, dia didaulat menjadi CEO-nya.

Pada saat dia duduk di kursi CEO, portal berita Detik.com diakuisisi dan kemudian didirikan induk usaha bernama Trans Media. Apa kunci kepemimpinan Atiek sehingga Trans Media bisa meraup sukses berkelanjutan?

Ada empat hal paling mengedepan. Pertama, Atiek mengembangkan budaya disiplin, kerja keras dan militan. Program, teknologi, sistem bisa diperoleh dan “dijiplak” dari luar. Hal yang tidak akan pernah bisa didapatkan dari luar yaitu SDM yang memiliki disiplin tinggi, selalu bekerja keras dan militansi luar biasa untuk kemajuan.

Jika melihat masih hiruk-pikuknya karyawan Trans Media pada saat kondisi bisa dibilang larut malam, menunjukkan militansi tertanam dalam perilaku mereka.

Kedua, membangun budaya dan sistem yang menciptakan karyawan-karyawan Trans Media selalu berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Sistem ini memungkinkan seluruh awak Trans Media menumpahkan kreativitas dan inovasinya.

Alhasil berkali-kali awak Trans Media dibajak oleh televisi lain, bahkan pernah karyawan mereka bedol desa alias pindah dalam rombongan besar ke televisi lain. Namun, tetap saja talenta-talenta terbaik selalu bermunculan dari Trans Media.

 

Catatan Gemilang

Ketiga, Atiek mewarisi sejarah sukses pemimpin pendahulunya dengan menjaga orisinalitis pribadinya. Trans TV sebagai televisi berusia muda pada waktu itu tentu terlampau sulit untuk bersaing dengan televisi swasta yang sudah solid menguasai pasar.

Namun, tangan midas Ishadi SK mampu membaliknya sehingga Trans TV menjadi televisi papan atas. Estafet kepemimpinan Ishadi SK berhasil dilanjutkan dengan penuh gemilang oleh orang muda inovatif bernama Wisnuthama.

Pada era Wisnuthama ini Trans TV pernah menjadi televisi pilihan utama pemirsa Indonesia. Pun era Wisnuthama pula yang melakukan akuisisi terhadap TV7 untuk kemudian berganti nama Trans7.

Menggantikan pemimpin terdahulu yang memiliki rekam jejak gemilang tentu tidak mudah. Keluar dari bayang-bayang pendahulunya sudah merupakan pekerjaan sulit, apalagi jika mampu melampaui kinerja pendahulunya. Sebuah tantangan yang maharumit.

Namun hal ini mampu diatasi oleh Atiek dengan gemilang. Orisinalitas Atiek dalam memimpin yang memadukan militansi maskulin dan kelembutan feminin membuat ia melejit tanpa harus kehilangan pijakan. Pun perpaduan ini yang tidak dimiliki dua pendahulunya.

Keempat, kepiawaian memadukan nilai-nilai yang berbeda dari tiap-tiap unit usaha menjadi kolaborasi nan kokoh yang saling membangun. Tak salah nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi antara Trans TV dan Trans7 berbeda.

Perbedaan nilai-nilai ini bisa menjadi benturan yang tidak produktif apabila tidak dikelola dengan baik. Dari titik ini kepemimpinan Atiek menunjukkan kelasnya. Perbedaan nilai antar dua perusahaan dalam satu jenis usaha sudah jamak terjadi.

Meski demikian, tetap ada nilai dasar yang bersifat universal dan perusahaan-perusahaan tersebut mengadopsinya yaitu disiplin. Hal itulah pertama kali nilai yang dikembangkan oleh Atiek ketika ia memimpin Trans7. Disiplin berpikir dan bertindak menjadi acuan utama seluruh karyawan Trans7.

Nilai kedisiplinan ini yang tetap dijadikan pedoman ketika ia menjadi pemimpin tertinggi Trans TV dan TV7. Pun ketika Detik.com bergabung dalam satu wadah, nilai berjejuluk disiplin ini menjadi landasannya. Berpijak pada nilai yang sama memungkinkan Atiek untuk bermanuver cepat pada dua televisi dan satu portal berita yang menjadi tanggungjawabnya.

Usia kepemimpinan  Atiek menahkodai Trans Media masih seumuran jagung. Diperlukan waktu lebih lama lagi untuk membuktikan bahwa ia memang pemimpin paripurna yang memiliki rekam jejak gemilang. Namun, melihat sepakterjangnya selama ini dalam memimpin Trans Media, pembuktian ini tinggal menunggu waktu saja. Dengan dua syarat yang tidak boleh dilanggar; konsistensi dan daya tahan.

 

Penulis

A.M. Lilik Agung

Trainer bisnis & mitra pengelola LA Learning.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : A.M. Lilik Agung
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 28/9/2014

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper