Bisnis.com, JAKARTA - Masih ingat film The Ghost Writer yang dirilis pada 2010? Film ini memunculkan sosok penulis bayangan yang terancam jiwanya karena pekerjaannya itu. Ghost writer tak hanya ada dalam film, tetapi dia hadir di kehidupan nyata. Profesi ini di Indonesia ternyata dilakoni banyak orang. Seperti namanya, ghost, si penulis ini tidak tercatat dalam buku, sehingga tidak dikenal publik.
“Imbalan saya dari nol rupiah sampai beberapa puluh juta rupiah untuk satu naskah. Itu tergantung siapa kliennya dan berapa lama waktu pengerjaan,” ujar Anang Y.B. yang menjadikan profesi ini sebagai ladang pencari nafkah sejak 5 tahun lalu.
Profesi ini tidak hanya cukup untuk mengepulkan dapurnya tetapi juga memungkinkan Anang untuk jalan-jalan ke luar negeri bersama keluarga setidaknya sekali dalam setahun.
“Peluangnya besar,” kata Bambang Trim, yang memutuskan menjadi ‘hantu’ sejak 2000-an, padahal dia aktif menjadi penulis sejak 1994.
Peluang yang dimaksud Bambang tidak hanya penghasilan yang lumayan tetapi juga cukup luasnya materi dan pihak yang memanfaatkan jasanya mulai dari tokoh, pemerintah, hingga perusahaan.
Selain memperoleh penghasilan yang besar, dia merasakan kepuasan yang tinggi jika berhasil membukukan sesuatu yang belum banyak diketahui banyak orang.
Bonusnya mulai dari mengunjungi ke tempat-tempat unik dengan biaya dari penggarapan buku hingga dekat dengan tokoh terkenal.
Tarif penulis bayangan bervariasi. Bambang menggunakan patokan Rp250.000-Rp500.000 per halaman buku tentu saja disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan kesepakatan dengan klien. Selain bekerja sendiri, dia terkadang harus melibatkan tim yang bertugas menyiapkan foto dan desain.
Setidaknya, Bambang bisa mengantongi paling sedikit Rp50 juta dari setiap buku yang digarap baik sendiri maupun bersama tim. Untuk mendukung pekerjaannya, kini dia memiliki jasa penerbitan sendiri.
Jika dibandingkan dengan menjadi penulis biasa, dia hanya mendapatkan royalti sekitar 10% dari setiap bukunya yang laku dijual di pasaran.
“Hitung-hitungannya nggak masuk akal, untuk mendapatkan finansial yang lebih penulis harus melebarkan diri,” katanya memberi perbandingan keuntungan penulis biasa dan ghost writer.
Windoro Adi, wartawan senior di salah satu surat kabar, mengatakan bayaran penulis bayangan untuk buku non-otobiografi bisa mencapai Rp100 juta-Rp150 juta, sedangkan untuk otobiografi sekitar Rp250 juta.
Windoro biasanya memperoleh penghasilan bersih kurang lebih 70% dari angka tersebut karena dipotong biaya-biaya lainnya. “Rata-rata 203 bulan penggarapan,” katanya. (Tisyrin Naufalty T., Deandra Syarizka, Puput Ady Sukarno, Agnes Savithri, Lutfi Zaenudin)