Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini, topi tak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala atau pun sekadar pelengkap gaya. Lebih jauh, topi bisa menjadi media berekspresi, serta untuk menunjukkan identitas diri.
Melalui topi, pengguna dapat menunjukkan ekspresinya melalui desain dan pilihan kata-kata yang dipampang di muka topi. Selain itu, desain dan jenis topi juga dapat dipilih menyesuaikan gaya pakaian yang tengah dikenakan.
Adapun, salah satu jenis topi yang sedang gandrung diminati para anak muda adalah topi jenis snapback cap yang dapat dimodifikasi sesuai selera.
Snapback merupakan topi yang ukurannya dapat diatur dengan snap yang terdapat di belakang topi. Awalnya, snapback merupakan topi yang dikenakan oleh para pemain baseball di Amerika Serikat pada era 50-an.
Sekarang, jenis topi tersebut semakin banyak dikenakan oleh masyarakat luas, terutama oleh kalangan muda yang gemar mengadaptasi gaya kasual dan informal.
Dengan semakin tingginya permintaan terhadap snapback modifikasi dalam beberapa tahun terakhir, hal itu ditangkap sebagai peluang bisnis yang dapat dikembangkan.
Salah satunya oleh Robby Afrizal Nurrahman pemilik Topi Custom Bandung yang dapat memproduksi topi dengan desain sesuai keinginan konsumen. Dia menilai, topi jenis ini semakin popular karena dinilai cocok untuk kegiatan di luar ruangan, seperti berolahraga, jalan-jalan atau pun rekreasi.
Pria berusia 21 tahun tersebut pun mengaku telah menggeluti usaha pembuatan topi modifikasi tersebut sejak akhir tahun lalu. Dengan modal sekitar Rp300.000 untuk membeli topi polos dan ongkos bordir, Robby akhirnya dapat memasarkan produk tersebut.
“Ide awal muncul ketika teman saya membutuhkan topi dengan desain tertentu, saya ingat di daerah saya terdapat produsen yang membuat topi polos tanpa desain, akhirnya saya tawarkan untuk membuat desain yang diinginkan pada topi polos itu,” paparnya.
Hasilnya dinilai baik, dan respons yang diterimanya juga cukup bagus. Akhirnya, setelah kejadian itu, Robby mencoba untuk mengerjakan pesanan dari orang-orang terdekat tanpa berniat untuk menjualnya secara massal.
Melihat animo yang tinggi, mahasiswa semester 7 tersebut kemudian mencoba untuk menyeriusi peluang bisnis tersebut, dan mulai menawarkan produknya ke berbagai media sosial dan forum jual beli di internet dengan harga Rp50.000 per topi.
Margin keuntungan yang diterima Robby pun tidak sedikit, sekurang-kurangnya 50% dari harga jual dapat masuk ke kantong dan digunakan sebagai modal demi pengembangan bisnis selanjutnya.
Untuk proses produksi, Robby dan April hanya membutuhkan waktu sekitar 1 hari untuk menyelesaikan pesanan satu topi, mulai dari menerima desain keinginan konsumen, mengonversinya agar dapat diaplikasikan ke topi, hingga penyelesaian pengerjaan bordir.
Adapun, harga dasar yang dipatok untuk sebuah topi dan desain sederhana rata-rata dipukul rata, sedangkan untuk pengerjaan desain yang cukup rumit dan membutuhkan banyak warna, maka pemesan dikenai biaya tambahan hingga Rp20.000.
Untuk memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen, Robby terus memperhatikan kualitas produk, mulai dari kerapian bordiran, serta kekuatan jaitan topinya. Selain itu, mereka juga tidak mematok jumlah minimal untuk pemesanan topi custom tersebut. “Meskipun cuma pesan 1, tetap saya layani,” kata Robby.
Di samping menunggu pesanan datang dari media sosial, Robby juga aktif melakukan promosi dan mendekatkan produknya terhadap konsumen. Salah satunya dengan sering mengikuti bazaar atau pameran yang diselenggarakan di kampusnya dan di beberapa daerah di Kota Bandung.
Dengan hal tersebut, Robby meyakini konsumen akan tertarik dengan melihat produk yang dipamerkannya, karena bisa melihat dan menyentuh serta mengamati kualitas produk secara langsung.