Bisnis.com, JAKARTA - Memiliki rumah yang nyaman hampir merupakan idaman semua orang. Berbagai cara dilakukan untuk menghadirkan kenyamanan, salah satunya dengan melengkapi interior rumah seperti karpet yang sesuai dengan selera.
Karpet yang awalnya hanya berfungsi sebagai penutup lantai, sekarang sudah hampir menjadi kebutuhan setiap rumah dengan model dan corak warna-warni, sekaligus menjadi benda yang dapat mempercantik interior rumah.
Pada awalnya, karpet dibuat dari bulu domba atau kain tebal dengan harga yang sangat mahal serta ukuran tertentu. Namun, sekarang harga karpet sudah relatif murah dengan pilihan bahan serta ukuran yang lebih variatif yang dapat disesuaikan dengan kondisi rumah.
Bahkan, bagi yang jeli, fenomena penggunaan karpet bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang menggiurkan, seperti yang dilakukan Dynda Sagita dengan label Rumah Karpet yang memproduksi karpet dengan bahan bulu boneka rasfur.
Bisnis yang baru dimulai pertengahan tahun ini dilakukannya dengan memproduksi berbagai macam model karpet di rumah, di mana bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan pesanan calon pembeli.
Dengan modal awal tak lebih dari Rp100.000 untuk membeli bahan, Dynda mulai memproduksi sebuah karpet yang hanya dijual pada saudara dekat yang pernah melihat karpet buatannya.
Seiring berjalannya waktu dan promosi dari mulut ke mulut, pesanan karpet pun semakin meningkat. Saat peak season, dalam sepekan Dynda dapat menjual hingga 20 karpet dengan harga Rp450.000 per buah, sedangkan pada low season, penjualan mencapai 20 karpet tiap bulannya.
“Penjualan karpet puncaknya sebelum Lebaran, karena banyak orang yang mempersiapkan rumahnya saat dikunjungi sanak saudara,” paparnya.
Untuk proses produksi, Rumah Karpet memilih bahan dengan kualitas yang baik dengan memastikan bulu-bulu bahan karpet tidak mudah rontok, kemudian dijahit dan diberi busa sebagai alas karpet.
Sementara itu, untuk proses produksi satu buah karpet berukuran 1,5 meter x 2 meter, Dynda membutuhkan waktu sekitar 3 hari, atau lebih jika ada pesanan untuk tambahan motif dari pembeli.
Selain memproduksi karpet standar, Dynda juga memodifikasi bahan karpet tersebut menjadi sebuah sajadah berukuran 120 cm x 6 cm yang dijual dengan harga Rp120.000.
“Respons untuk sajadah karpet ini sangat tinggi, banyak yang pesan untuk dipakai sendiri atau dijadikan hadiah bagi kerabat,” katanya.
Sebagai bentuk pelayanan kepada pembeli, Rumah Karpet juga memberikan fasilitas purnajual, yaitu jasa servis jika karpet yang dibeli rusak, hal ini juga sebagai jaminan kualitas untuk setiap produk yang dijual.
“Kalau setelah pemakaian terjadi kerusakan, misalnya jahitannya lepas, barang bisa dikirim kembali lalu akan kami perbaiki, sehingga konsumen tidak perlu kebingunan mencari jasa servis karpet,” katanya.
Adapun, pasar penjualan karpet buatan rumah ini mayoritas berada di luar Pulau Jawa, dan distribusi produk menjadi salah satu kendala yang dialami Dynda selama ini.
“Kami jadi terkendala dalam pengiriman barang, karena ukuran yang besar, maka biayanya pun tinggi, seringkali kami tidak tega untuk membebankan ongkos kirim kepada pembeli,” katanya.
Sebagai solusinya, sebelum mengirimkan produk, Dynda selalu memberikan pilihan kepada para pembeli untuk menentukan jasa ekspedisi yang akan digunakan, yang disesuaikan dengan bujet yang dimiliki masing-masing.
Ke depannya, Rumah Karpet ingin terus memperbaiki unit produksinya sehingga dapat menerapkan inovasi produk yang terus berkembang dan dapat memenuhi semua pesanan calon pembeli dengan kualitas yang tetap terjamin.
Selain Dynda, produk karpet rumahan berbahan rasfur juga diproduksi Yurike dengan label Keys Collection sejak akhir 2013, dan hingga saat ini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.
Produsen karpet yang berdomisili di Bandung tersebut memproduksi dua ukuran karpet standar, yaitu ukuran 1 meter x 1,5 meter yang harganya dibanderol Rp250.000, dan karpet ukuran 2 meter x 3 meter seharga Rp500.000.
Sedangkan untuk karpet custom yang dapat ditambahi desain dan motif sesuai pesanan, harga untuk karpet 1m x 1,5 m dipatok Rp350.000, sedangkan untuk ukuran 2m x 3m sebesar Rp650.000.
“Rata-rata margin keuntungan dari harga jual eceran bisa mencapai 30%,” katanya.
Dalam sepekan, Keys Collection mampu memproduksi 7 hingga 10 karpet yang disesuaikan dengan tingkat kerumitan dari desain yang dipesan pembeli. Sedangkan untuk memproduksi sebuah karpet, membutuhkan waktu hingga 3 hari.
“Sekarang pesanan sudah lumayan banyak dan proses produksi terkendala dari tenaga kerja, sehingga seringkali pembuatan karpet pesanan harus menunggu giliran padahal awalnya bisa dikerjakan dalam tiga hari,” katanya.
Selain itu, ketersediaan bahan baku seperti warna bahan dasar karpet menjadi kendala lain yang dialami Yurike, apalagi dirinya seringkali mendapatkan pesanan dengan warna karpet yang sangat variatif.
Untuk itu, dirinya selalu memperbanyak referensi supplier bahan baku untuk memudahkan proses produksi serta memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan dengan memproduksi pesanan dengan lebih cepat.
Sementara itu, proses pemasaran dan promosi karpet buatan Keys Collection selama ini hanya dilakukan melalui media sosial dan forum jual beli online, yang dinilai lebih efektif karena dapat menjangkau pasar yang sangat luas.
Meski demikian, Yurike berencana untuk ikut dalam pameran produk dan membuka workshop, sehingga calon pembeli bisa datang langsung, melihat dan merasakan kualitas karpet yang diproduksinya.
“Kami juga memasarkan dengan metode reseller, sehingga membuka peluang kerja sama dengan siapa saja yang ingin membantu menjual dan mendistribusikan produk Keys Collection,” katanya.
Dengan sistem reseller ini, Yurike yakin jangkauan pasarnya lebih luas, selain itu bisa berbagi keuntungan dengan pihak penjual tangan kedua melalui selisih harga jual yang diberikan Keys Collection.
Ke depannya, Yurike optimistis bisnis karpet rumahan ini masih akan tetap berkembang dan memiliki peluang yang masih terbuka lebar, asalkan selalu ada inovasi dalam produk serta strategi pemasaran yang lebih luas dengan tawaran yang menarik.