Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dengan segala kekayaan budaya dan alamnya selalu mampu mendatangkan inspirasi. Ciri khas budaya Indonesia tak lekang oleh waktu dan bisa terus digali sebagai potensi bisnis.
Ragam etnik Indonesia tetap bisa dieksplorasi dan mampu diolah menjadi produk inovatif, termasuk dalam khasanah fesyen. Nuansa etnik bisa terus bergerak dan berkembang dengan berbagai upaya hingga menghasilkan nilai lebih yang bisa dikemas dan menghasilkan nilai tambah dan membuka ceruk bisnis.
Sentuhan budaya dalam fesyen dan aksesori bisa menghadirkan kebaruan, meski nilai klasik dan etnik terkesan selalu sama. Aneka motif budaya daerah yang dikemas dan diterapkan dengan baik ke dalam produk aksesoris nyatanya tetap menarik minat konsumen dan seolah tak henti dieksplorasi.
Terlebih lagi, bisnis di dunia fesyen begitu semarak dan kian banyak pesaing sehingga menarik untuk terus digali. Banyaknya pameran kerajinan di kota-kota besar menjadi arena untuk membangun pasar dan meningkatkan kualitas serta desain agar tak dilupakan konsumennya.
Kini, semakin banyak produsen baru aneka kerajinan aksesori dan pelengkap fesyen yang bermunculan di tengah ketatnya bisnis sektor tersebut. Alhasil, membahas bisnis kerajinan bernuansa etnik seolah tak pernah ada titiknya.
Jadi Supplier Tas & Sepatu
Dewe Galeri dibentuk oleh Dini Rahma karena ketertarikannya pada motif etnik dan upayanya untuk menggali potensi bisnis dari sektor kerajinan lokal. Awalnya, dia sering mengoleksi kalung hingga tas. Lambat laun, kegemarannya itu mendorongnya untuk mendirikan galeri dan memilih tenun sebagai motif utama bagi produknya.
“Melihat potensi pasar yang sangat bagus, ya mulai dari hobi kemudian saya jadikan bisnis,” katanya. Bisnis Dewe Galeri dirintis pada Maret 2014 melalui kerja sama dengan perajin untuk mendalami berbagai macam tenun. Kini Dewe Galeri menyatakan sebagai supplier tas dan sepatu tenun.
Dia mengakui bahwa galeri yang dikelolanya juga menjadi ruang bisnis bagi para perajin tas. Misi lain memilih material tenun yakni untuk melestarikan kerajinan tekstil tersebut di tengah perkembangan bisnis tenun palsu atau printing motif tenun yang kini berkembang.
Dewe Galeri berharap dari awal bisa membuat produk eksklusif, khususnya menyesuaikan keinginan pemesan. Selanjutnya, Dini memproduksi tas tenun edisi terbatas dan tidak diproduksi massal. Paling tidak, lanjutnya, satu lembar kain tenun untuk menghasilkan tiga tas saja.
“Jadi, motif tas yang sudah pernah dibuat tidak akan dibuat lagi karena bahan baku kain tenun belum tentu dapat dibuat sama persis,” jelasnya.
Sejak 2014, Dewe Galeri terus memperkaya desain untuk sejumlah produk seperti tas, dompet, clutch, dompet paspor, juga dompet gantungan kunci mobil. Pada awal produksinya, Dewe Galeri hanya memproduksi tas. Namun setelah melihat kain yang kadang tersisa, Dini memutuskan untuk memproduksi produk lainnya.
Soal kuantitas, dalam sebulan bisa memproduksi 400–500 item tas dan 300 item pernak-pernik. “Jumlah itu kadang untuk memenuhi permintaan reseller masih kurang, katakanlah per reseller hanya dapat 10 item,” katanya.
Dengan penghitungan kasar harga produk sepatu dan tas pada kisaran Rp250.000 hingga Rp500.000 per item maka dalam sebulan setidaknya bisnis ini bisa mengantongi omzet 100 juta per bulan.
Dini mengakui bahwa respons konsumen dan reseller sangat baik dengan berupaya lebih dulu untuk order ketika produk terbaru mulai diumumkan melalui media sosial.
Media sosial khususnya Instagram masih menjadi sarana dominan untuk pemasaran Dewe Galeri. Ke depan diharapkan bisa memasarkan produk melalui website.